Mohon tunggu...
Naufal Adi Prasetyo
Naufal Adi Prasetyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030119 UIN Sunan Kalijaga

Topik konten yang saya sukai adalah seperti rekomendasi film-film dan terkadang saya juga menyukai topik-topik berkaitan yang sedang hangat dibicarakan seperti salah satunya seputar mental health ataupun berita internasional

Selanjutnya

Tutup

Seni

In Omnia Paratus: Sebuah Pertunjukkan Gratis yang Dihadirkan oleh ISI

10 Mei 2024   22:25 Diperbarui: 10 Mei 2024   22:31 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampilan Orkestra pada Acara In Omnia Paratus. Dokumen Pribadi

Pada hari Rabu 8 Mei kemarin, Dosen-dosen dari Program Studi Penciptaan Musik Institut Seni Indonesia Yogyakarta mengadakan pertunjukkan musik orkestra. Adapun tema yang dihadirkan dalam pertunjukkan ini adalah "In Omnia Paratus: Transformasi Daya Seni". Concert Hall ISI menjadi tempat diselenggarakannya pertunjukkan orkestra malam kemarin. 

Di malam itu karya-karya orkestra dari sembilan Dosen Program Studi Penciptaan Musik disajikan. Diantaranya adalah Siciliano karya dari Ovan Bagus yang menjadi pembuka dari karya-karya akan ditampilkan selanjutnya, "Coral Reef" karya Haris Natanael, "Eundaimonia" karya Hans Cahya, "Memory" karya Puput Pramuditya, "Three Progression" karya Adi Wijaya, "Dialog" karya Hadi Susanto, "Langkahku, Parangtritis, Lullaby" karya Royke Bobby Koapaha dan terakhir adalah karya dari Budhi Ngurah yang menjadi Music Director pada malam pertunjukkan tersebut, "Fantasia In Bali". Budhi Ngurah sebagai Music Director bersama F-Hole Strings Orchestra menjadi sorotan penonton dipertunjukkan itu.

Para Penonton In Omnia Paratus. Dokumen Pribadi
Para Penonton In Omnia Paratus. Dokumen Pribadi

Adapun penonton yang hadir dipergelaran musik orkestra hampir memenuhi semua kursi yang ada di Concert Hall. Pasalnya, pertunjukkan ini terbuka bagi semua orang dan juga gratis, tentu hal ini dimanfaatkan bagi para pengunjung dari semua kalangan tidak hanya para pecinta atau pegiat musik, untuk hadir meramaikan In Omnia Paratus. 

Para penonton akan diajak menikmati karya-karya musik orkestra, dan juga melihat keahlian para mahasiswa Program Studi Penciptaan Musik dalam memainkan berbagai alat musik dan saling berkolaborasi dalam memainkannya. Dari situ juga penonton juga dapat melihat kualitas dari musik-musik ciptaan para dosen Program Studi tersebut. Jadi terdapat keterpaduan antara dosen-dosen yang menciptakan music orkestranya dengan mahasiswa mereka yang memainkan berbagai instrumen strings.

Dalam pertunjukkan tersebut juga, para penonton diperkenalkan dengan penjelasan singkat mengenai musik-musik yang akan dimainkan yang dibacakan oleh MC . Perkenalan mengenai musik-musik tersebut juga diperkenalkan melalui booklet yang dapat diakses melalui scan QR yang berada ditempat registrasi sebelum masuk ke dalam pertunjukkan. 

Berikut ini, dalam artikel ini akan menjelaskan juga kepada teman-teman mengenai musik-musik tersebut supaya kita juga bisa mengenal serta dapat mengapresiasi karya-karya yang dihasilkan dosen-dosen jurusan musik Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini pada In Omnia Paratus:

1. Siciliano

Yaitu ciptaan dari Ovan Bagus yang memiliki ciri khas pada alunan musiknya yaitu berbentuk musik tarian yang dibalur dengan jenis suita yang berasal dari Italia. Tambahan sedikit mengenai penjelasan sebelumnya, bahwa yang dimaksud suita merupakan sebuah rangkaian musik yang terdiri dari beberapa bagian yang saling terkait dan sering dimainkan secara berkesinambungan. 

Atau juga dapat dijelaskan sebagai sekelompok gerakan instrumental yang berbeda-beda dan biasanya dimainkan dengan kunci yang sama. Lalu awalnya juga suita ini merujuk pada musik yang digunakan untuk menunjukkan tarian yang tujukan untuk dipentaskan, akan tetapi seiring berjalannya waktu, suita berkembang menjadi lebih kompleks dan merujuk pada berbagai jenis komposisi. Musik tarian yang sejenis dengan ciptaan Ovan Bagus ini banyak ditemukan pada karya-karya suita Italia serta khusunya ditemukan pada periode Barok dan Klasik.

Lanjut kepada pembahasan mengenai Siciliano. Karena tergolong ke dalam bentuk musik tarian italia, musik ini dicirikan dengan alunan melodi yang mengalun, dimainkan dengan sukat 6/8, serta dimainkan dengan tempo yang sedang.

2. Coral Reef

Karya dari ciptaan Haris Natanael ini menggambarkan sebuah filosofi dari  batu karang diantara deburan ombak. Di mana walaupun batu karang selalu terkena hantaman dari benturan air laut, batu karang tetap kokoh bertahan. Lalu kadangkala deburan ombak air laut dating dengan tenang yang memberikan romantisasi  dari gemanya suara air laut. 

Jadi jika dihubungkan dengan kehidupan manusia, saat manusia dihadapkan pada sebuah benturan yang datang menghampirinya, manusia itu dapat tetap bertahan hanya dari seberapa iman yang terdapat dalam dirinya. Akan tetapi adakalanya hidup manusia dihiasi dengan nuansa romantic, seperti bagaimana kita, manusia menjalani dan melangkah dalam hidup ini?

Gambaran tersebut dimainkan dalam sebuah komposisi yang dialunkan oleh instrumen cello.

3. Eudaimonia

Hans Cahya dalam karya nya ini terisnpirasi dari "Eudaimonia" yang merupakan konsep dalam filsafat Yunani Kuno, yaitu mengajak kita untuk merenung mengenai esensi dari hidup manusia. Dari renungan tersebut akan muncul sebuah pertanyaan-pertanyaan seperti tentang tujuan akan hidup dan mencapai kebahagian sejati. 

Alunan musik yang diciptaan Hans Cahya ini menggambarkan bagaimana manusia mencari makna, serta menyoroti pentingnya kesadaran diri dan pertumbuhan spiritual dalam mencapai eudaimonia. Lalu penggunaan berbagai nuansa musik juga menambah imajinasi pendengar dalam meresapi perjalanan kehidupan dengan berbagai warna dan rasa yang ada didalamnya.

4. Memory

Ide karya Puput Pramuditya ini berangkat dari ilustrasi deskriptif romantisme kenangan masa kecil yang dipenuhi dengan perasaan gembira, sedih, kecewa, marah hingga perasaan bahagia yang diekpresikan melalui bunyi musical yang disusun dari berbagai artistik kompositoris. "Memory" juga dimainkan dengan Teknik humming yang memberikan kekayaan timbre atau warna suara.

5. Three Progression

Singkatnya, ini merupakan karya music string orchestra yang terdiri dari tiga bagian, yaitu cepat, lambat, cepat. Lebih lanjut komposisi music ciptaan Joko Supriyatno ini pada bagian satunya cepat sehingga not-not triol keluar pada bagian ini. Not-not triol ini dimainkan secara tutti atau secara bersamaan dan terkadang juga dimainkan secara bergantian antar instrumen. Selanjutnya pada bagian dua, dimainkan dengan tempo lambat. Terakhir pada bagian tiga, merupakan gabungan dari bagian satu dan dua yang dimainkan dengan tempo cepat.

6. Children song No. 1

Ide yang ditawarkan oleh Adi Wijaya cukup unik yaitu mengangkat tema yang terinspirasi dari kehidupan dan gerakan anak-anak saat bermain. Komposisi dari "Children Song No. 1 ini berusaha mempresentasikan dinamika dan variasi gerakan mereka melalui penggunaan berbagai warna dan tekstur musik yang dimainkan dalam sebuah string orkestra. 

Sehinggga karena hal itu, music karya Adi Wijaya ini memiliki irama yang cepat dan lincah, dengan motif-motif melodi yang sederhana namun penuh dengan kejutan. Jadi melalui "Children Song No. 1" para pendengar diajak  kedalam dunia anak-anak yang penuh dengan kebebasan dan imajinasi.

7. Dialog

Selanjutnya ada karya dari Hadi Susanto yang dengan tema "Dialog" yang memiliki esensi percakapan yang lazimnya terdapat pada sebuah cerita atau teaterikal. Walaupun begitu komposisi dari "Dialog" ini tidak terikat dalam pada sebuah cerita atau teaterikal. Karena pada dasarnya juga dalam literatur music yang mengatakan bahwa music adalah Bahasa universal. 

Jadi dialog yang ditampilkan dalam komposisi musik ini dimanifestasikan pasa sebuah percakapan  dari setiap instrument. Sederhananya komposisi ini menanngkap esensi dialog yang diekspresikan kedalam komposisi musik. Lalu ekspresi tersebut dapat diartikan oleh para pendengarnya sebagai dialog kepada diri sendiri, orang lain, alam semesta dan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

8. Langkahku, Parangtritis, Lullaby

Komposisi karya dari Royke Bobby Kaopaha ini merupakan sebuah komposisi yang terdiri dari tiga karya pendek. Adapun karya yang satu ini berbeda dengan 8 karya lainnya karena merupakan sebuah komposisi storytelling. Di mana kedua judul diawal, berisi lagu puisi karya Untung Basuki. Dan sementara karya ketiganya merupakan sebuah lagu pengantar tidur.

9. Fantasia In Bali

Komposisi karya Budhi Ngurah ini menjadi karya penutup. Yang mana musik ini menggambarkan dan bercerita tentang bagaimana suasana di Bali. Karya nya ini adalah impresi komponis atau dalam karya nya ini, Budhi Ngurah mengekspresikan peristiwa-peristiwa yang dialaminya melalui bentuk bunyi yang dituangkan dalam sebuah karya musik. Adapun komposisi dari "Fantasia In Bali" ini menggunakan tangga nada pentatonik dan idiom music Bali.

Penutup Acara In Omnia Paratus. Dokumen Pribadi
Penutup Acara In Omnia Paratus. Dokumen Pribadi

Gimana? Setelah mengetahui lagu-lagu orkestra yang diciptakan sama dosen-dosen ISI Yogyakarta? Tentu kita semua harus bangga yaa! cukup sekian penjelasan yang dapat dipaparkan. Semoga informasi yang disajikan oleh artikel ini dapat bermanfaat tentunya bagi temen-temen sekalian. Oh iya juga buat kalian yang ingin menambahkan tentang pengalaman atau bahkan pengetahuan kalian mengenai orkestra sangat dibolehkan untuk komentar. Sampai jumpa!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun