Mohon tunggu...
Naufal Adhitya
Naufal Adhitya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Patung Kwan Sing Tee Koen (Kongcho) Layak Dipasang atau Harus Dirobohkan?

8 November 2017   15:45 Diperbarui: 8 November 2017   16:49 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Patung atau tugu adalah suatu symbol atau penghormatan terhadap suatu pahlawan atau dewa , Namun , bagaimana jika sebuah patung menjadi konflik sosial dan hingga menjadi konflik nasional? baru baru ini , di wilayah Tuban  Jawa Timur terdapat konflik yang cukup menggemparkan social media , yaitu dengan adanya patung Kwan Sing tee koen atau Kwan Kon yang biasa di panggil oleh masyarakat tuban kongcho.

Baru Baru ini , banyak masyarakat di social media , dan luar daerah mempermasalahkan patung yang akrab di panggil kongco itu karena memiliki tinggi 30 Meter yang tingginya melebihi ukuran patung patung pahlawan nasional. Padahal saya sendiri dan bahkan orang orang tuban pun tidak mempermasalahkan hal itu , mengapa bisa terjadi konflik itu ? dan apa reaksi orang tuban atas konflik yang terjadi di daerahnya sendiri? Banyakkah warga tuban yang memprotes keadaan patung itu , lalu apa dampak patung tersebut untuk orang tuban?

jadi ceritanya patung tuban ini menjadi konflik di karenakan banyak masyarakat di luar sana yang menyaut pautkan politik , suku , agama dan ras dalam patung tersebut , misalnya ada yang beranggapan bahwa kota tuban yang awalnya bumi wali sekarang tergeser ikon kotanya menjadi kota patung china terbesar di Indonesia, Bukan seperti itu , itu hanyalah provokasi dari masyarakat luar yang tidak suka akan kehadiran patung dewa kongco tersebut , nyatanya kami orang tuban tetap menjujung tinggi rasa nasionalisme tanpa menghubungkan suku agama dan ras di dalamnya.

Ada lagi yang beranggapan bahwa masyarakat tuban tertindas dan terlecehkan oleh patung kongco yang ada di klenteng kwan sing bio , nyantanya warga dari ujung tuban barat sampai  warga pelosok desa yang biasanya di warung kopi juga rata rata orang islam pun santai saja menanggapi itu , toh mereka masih dengan santainya ngopi di warung walaupun di social media heboh gempar sana sini minta merobohkan patung itu , mereka beranggapan bahwa masyarakat tuban sudah tidak menjadi kota wali tapi malah kita orang tuban masih menggunakan nama Sunan Bonang ketika orang luar kota bertanya tuban itu iconya apa.

Jadi tidak ada sama sekali warga Tuban yang tersinggung dan takut icon Sunan Bonang tergeser oleh patung kongco. Perlu kalian ketahui , bahwa patung tersebut di ciptakan bukan untuk mengambil alih kedudukan patung kuda liar tuban atau mengganti icon tuban bumi wali , menjadi tuban bumi kongcho , namun patung ini di buat agar masyarakat tau bahwa sejarah kongcho itu seperti apa , layaknya patung kuda liar pastinya ada cerita nya juga mengapa tuban memakai patung kuda liar sebagai icon kota tuban, saya pribadi cukup aneh saja mendengar kota saya di landa konflik sosial yang di sebabkan oleh sebuah patung.

Padahal Negara kita Negara pancasila yang harusnya kita saling bertoleransi satu sama lain , maka dari itu orang tuban masih santai santai saja karena masyarakat tuban sangat bertoleransi terhadap siapapun ras apapun agama apapun kita semua satu kesatuan Negara Indonesia. Seharusnya masyarakat luas juga berfikir positif dari pembuatan patung tersebut , mana mungkin para peziarah sunan bonang pindah haluan ?  tidak kan , jika memungkinkan , patung tersebut malah bisa digunakan sebagai objek wisata tuban dan menjadi daya tarik wisatawan dari Negara maupun mancanegara.

Itu malah menjadikan warga asing lebih banyak berkunjung ke Indonesia dan menambah visa Negara kita. Dan dampak dari objek wisata itu juga akan membantu warga tuban untuk mencari mata pencaharian , seperti berjualan makanan di sekitar klenteng , atau menjual souvenir , dan lain lain .  Maka dari itu seharusnya kita tidak perlu membesar besarkan masalah seperti ini. Intinya kalau kalian beranggapan icon tuban akan terganti oleh patung kongcho tersebut mungkin kalian berlebihan , Ini hanya masalah perizinan saja.

Menurut Atok Baiq di kutip dari https://www.kompasiana.com/kangathok/5982984626bfc661294702f2/inilah-penjelasan-konflik-patung-dewa-perang-yang-heboh-dibincangkan "Hingga saat ini patung Kongco memang belum mengantongi izin. Sehingga, banyak yang mempersoalkan. Ditambah lagi masih ada konflik pengurusan di internal klenteng yang hingga saat ini belum selesai". Untuk menghindari konflik yang semakin meluas akhirnya saat ini patung tersebut sedang di tutup oleh kain karena sudah sempat di resmikan namun izin untuk di dirikan belum ada. Jadi inti masalah yang seharusnya kalian debatkan itu adalah izin , bukan masalah pelecehan atau penggantian icon tuban. Ya kali patung yang di bangun dengan dana 2,5 miliar di robohkan Cuma Cuma, jadi tolong berhenti membuat provokasi dengan mengatas namakan agama , suku  dan ras , kami warga tuban merasa tidak terusik dengan adanya patung tersebut , karena agama itu keyakinan masing masing bukan paksaan , membela agama itu benar tapi sebagai warga tuban kami menghargai perbedaan. Jadi selama kuda tuban masih liar , tetap saja kuda itu akan Berjaya di kota tuban.

 Saran dari saya pribadi , jadikanlah perbedaan menjadi persatuan , karena para pahlawan kita dengan susah payah membuat sembhoyan persatuan dan kesatuan , untuk me merdeka kan bangsa kita ini dengan darah dan air mata. Jangan goyang dengan perbedaan agama , suku , ataupun ras. Jadi sudah tahu inti konfliknya ? jadi itu hanyalah masalah perizinan bukan pelecehan. :)

Rifqi Hindami -- Universitas Dian Nuswantoro. Prodi, Ilmu Komunikasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun