Mohon tunggu...
Irsyadi AN
Irsyadi AN Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa

Hanya ingin belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(Ber)Bahasa -- Tantangan Afektif dalam Pendidikan Bahasa

25 Juli 2024   16:05 Diperbarui: 25 Juli 2024   17:37 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tindakan berbahasa dalam kerangka keberlanjutan pendidikan memiliki dampak yang luas dan mendalam. Penggunaan bahasa yang efektif, inklusif, dan mendukung nilai-nilai keberlanjutan dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang positif, memberdayakan siswa, dan mempromosikan keberlanjutan. Dalam konteks ini, bahasa tidak hanya menjadi alat untuk menyampaikan pengetahuan tetapi juga menjadi sarana untuk membentuk sikap, nilai, dan keterampilan yang mendukung tujuan pendidikan yang berkelanjutan.

Meskipun tindakan berbahasa memiliki potensi besar untuk mendukung pencapaian berbagai indikator pengembangan berkelanjutan (SDGs), namun aspek pendidikan dapat menjadi lokus awal dimana tindakan berbahasa akan memperoleh perlakukan yang terukur dan sistematis. Pembiasaan tindakan berbahasa yang baik di sekolah akan mengantisipasi terjadinya pelanggaran dan kekerasan akibat bahasa. Demikian pula, paradigma pengajaran dan pembelajaran bahasa yang beriorientasi pada tindakan berbahasa (bukan hanya kompetensi (ber)bahasa) akan menjadi langkah konseptual untuk mendorong pembiasaan tersebut. Secara logis, dengan menggunakan bahasa yang inklusif, empatik, dan efektif, kita dapat mendorong pendidikan berkualitas, kesetaraan, pengurangan ketimpangan, perdamaian, keadilan, dan kemitraan yang kuat.

Memasukkan tindakan berbahasa dengan kemungkinan-kemungkinan indikator pada aspek keberlanjutan dalam pendidikan akan memaksimalkan kesempatan pelajar untuk mendapatkan lingkungan belajar yang kondusif, efektif, dan nyaman. Kondisi ini juga akan memaksimalkan potensi pelajar untuk berkomunikasi secara efektif dan menjalin hubungan baik antarpelajar. Pada akhirnya, integrasi tindakan berbahasa ke dalam indikator SDGs dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih adil, damai, dan berkelanjutan bagi semua. Bahasa, tidak sekedar means of communication, melainkan tindakan etik yang memiliki konsekuensi logis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun