Refleksi diri mungkin terdengar berat, tapi sebenarnya bisa dimulai dengan hal-hal receh yang justru menyenangkan. Contohnya:
Menulis Jurnal
Gak perlu menggunakan gaya bahasa puitis. Curahkan saja isi kepala ke kertas seperti curhat tetapi dengan diri sendiri. Tulis hal-hal seperti, Hari ini aku marah karena apa? Apa pelajaran dari kejadian itu?
Jurnal ini ibarat kamus hidup yang bisa kamu buka kapan pun apabila butuh pengingat. Sekaligus sebagai aset yang merekam kamu yang ada di masa lalu.
Meditasi atau Mindfulness
Bukan harus duduk bersila di atas matras. Coba fokus pada napas selama 3 menit sambil minum kopi pagi, atau mengamati rasa cokelat yang meleleh di lidah, ataupun sekedar santai sambil merenung di kursi besi minimarket. Ini cara sederhana untuk reset pikiran dari kebisingan sehari-hari.
Berbicara dengan Orang Terdekat
Kadang, kita butuh perspektif orang luar untuk melihat diri sendiri lebih jelas. Misalnya, tanya pasangan atau sahabat, Menurutmu, kebiasaan burukku yang paling mengganggu apa?. Siap-siap dengar jawaban jujur yang mungkin bikin speechless.
Apabila sudah mendengarkan, jangan baper, ingat bahwa setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda terhadapmu, jadikan saja jawabannya sebagai pembelajaran atau bahan evaluasi.
Membuat Daftar Syukur
Hampir mirip dengan menulis jurnal, tetapi hal ini biasanya dilakukan secara lebih santai. Semisal, sebelum tidur, catat 3 hal kecil yang bikin kamu bersyukur hari ini misalnya, "lagi buru-buru, pas banget transportasi umumnya lagi gak ngaret, jadi gak telat sampai ke kantor" atau "Akhirnya crush nyadar juga kalau gue hadir di hidupnya"
Nah hal itulah yang kemudian menjadi daftar koleksi momen bahagia yang bisa kamu buka pada saat sedang badmood.
Akhirnya, Refleksi diri bukan cuma soal bercermin untuk mengantar pikiran ke masa lalu, tapi juga tentang bagaimana kita merancang langkah ke depan dengan lebih peka.
Awal tahun ini, coba ganti mindset, alih-alih mengejar target harus jadi orang sukses, fokuslah pada bagaimana jadi versi diri yang lebih utuh
Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan grind mentality atau terobsesi pada pencapaian instan. Dengan memaknai momen kecil, kita justru bisa menemukan atau paling tidak lebih peka terhadap keajaiban (suatu kebetulan) yang selama ini tidak pernah kita sadari.