Mohon tunggu...
Naufal Haikal
Naufal Haikal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah lelaki yang menyukai hal berbau horror dan misteri, saya juga menyukai hal-hal yang berkaitan dengan photografi dan videografi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Komunikasi Aksi Bela Palestina dari Berbagai Negara tentang Konflik yang Terjadi Antara Gaza Palestina dengan Israel

2 Desember 2023   14:12 Diperbarui: 2 Desember 2023   14:12 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 A. Latar Belakang 

Konflik adalah suatu keadaan di mana terdapat pertentangan, ke tidak sepakatkan, atau perbedaan pendapat antara dua pihak atau lebih. Konflik dapat timbul dalam berbagai konteks, termasuk antara individu, kelompok, atau negara. Sumber konflik bisa berasal dari perbedaan nilai, kepentingan, tujuan, atau sumber daya. Menurut fuad dan Maskanah konflik adalah benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang disebabkan karena adanya perbedaan kondisi sosial budaya, nilai, status, dan kekuasaan, dimana masingmasing pihak memiliki kepentingan terhadap sumber daya alam. 

Konflik Gaza dan israel ini telah terjadi lebih dari 100 tahun. Tepatnya pada tanggal 2 November 1917. Menteri Luar Negeri Inggris pada saat itu, Arthur Balfour, menulis surat yang ditujukan kepada Lionel Walter Rothschild, seorang tokoh komunitas Yahudi Inggris. Surat tersebut memang singkat, hanya 67 kata namun isinya berdampak terhadap Palestina yang masih terasa hingga saat ini. Surat tersebut mengikat pemerintah Inggris untuk "mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina" dan memfasilitasi "pencapaian tujuan ini". Surat tersebut dikenal dengan Deklarasi Balfour. Intinya, kekuatan Eropa menjanjikan gerakan Zionis sebuah negara di wilayah yang 90% penduduknya adalah penduduk asli Arab Palestina. Mandat Inggris dibentuk pada 1923 dan berlangsung hingga 1948. Pada 1947-1948 tersebut Israel telah mengancurkan lebih dari 500 desa dan kota yang membuat 15 ribu orang Palestina terbunuh. Hal inilah yang membuat Israel dengan pasukan Zionis nya berhasil menguasai 78% wilayah Palestina, sedangkan 22% sisanya masih menjadi wilayah Palestina yang saat ini dikenal Tepi Barat dan Jalur Gaza. Setelah itu, pada 5 Juni 1967 sisa wilayah Palestina termasuk Jalur Gaza dikuasai Israel. Tak tinggal diam, Palestina melakukan perlawanan pada Desember 1987 di Jalur Gaza.

Hal itu dilakukan karena empat warga Palestina tewas setelah bertabrakan dengan truk milik Israel, sehingga protes menyebar ke Tepi Barat dan hal inilah yang menjadi awal terbentuknya gerakan Hamas yang melakukan perlawanan bersenjata kepada Israel. Perlawanan itu berakhir dengan adanya perjanjian Oslo tahun 1993 dengan isi perjanjian pembentukan pemerintah sementara di wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza, Otoritas Palestina. Namun bentrok kembali terjadi pada 28 september 2000, dan sejak saat itu Israel terus menerus melakukan serangan berkepanjangan di Gaza yaitu pada 2008, 2012, 2014, 2021, dan 2023 saat ini.

Hal ini kemudian menjadi alasan utama konflik berkepanjangan yang terjadi di IsraelPalestina Konflik Israel -- Palestina adalah konflik yang paling lama berlangsung di wilayah Timur Tengah dan konflik ini tidak hanya di lihat dari kejadian 5 atau 10 tahun belakang. Pada konflik tersebut telah merambah ke dunia internasional Di mata dunia, konflik berkepanjangan dari kedua negara ini terus menerus menjadi bahan perbincangan yang selalu aktual. Salah satu tindakan yang jelas dilakukan oleh dunia internasional adalah dengan menjadikan peristiwa konflik ini sebagai isu hangat yang pantas untuk dijadikan berita, yang bukan saja sebagai cara agar dunia tahu apa yang terjadi, namun juga agar lebih banyak pihak lagi yang bisa memberi solusi. 

Namun pada saat ini konflik antara kedua belah pihak semakin panas, di mana Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina, yang dimana ini sebagai bentuk Israel melakukan perlawanan balik atas penyerangan Hamas ke daerah Israel . namun di sisi lain Hamas melakukan penyerangan tersebut karena atas dasar serangan balik terhadap serangan-serangan Israel sebelumnya yang dimana negara Palestina mengalami serangan terus menerus ke arah kota-kota di palestina yang sehingga menyebabkan Hamas melakukan serangan balik ke arah Israel.

B. Kajian Pustaka

 

a) Filsafat Komunikasi 

Filsafat komunikasi merupakan salah satu cabang filsafat yang mempelajari landasan, prinsip, dan teori yang berkaitan dengan komunikasi. Hal ini mencakup pemahaman tentang bagaimana individu atau kelompok mengirimkan, menerima, memahami dan menafsirkan pesan dalam konteks yang berbeda. Filsafat komunikasi mengeksplorasi konsep-konsep seperti makna, kebenaran, etika, keadilan, kekuasaan, dan banyak aspek filosofis lainnya yang berkaitan dengan komunikasi manusia. Ini membantu untuk memahami sifat komunikasi, baik dalam konteks interpersonal dan massa, serta dalam konteks sosial, politik dan budaya. Filsafat komunikasi mempelajari fenomena komunikasi dari sudut pandang filosofis(Imran, 2013; Setiawan, 2019). Sedangkan menurut Rorong, 2019 Konsep utama dalam filsafat komunikasi adalah filsafat komunikasi mempertanyakan bagaimana simbol dan bahasa digunakan dalam komunikasi dan bagaimana mereka mempengaruhi pemahaman dan persepsi manusia terhadap realitas. 

b) Ontologi 

Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada tahun 1636 M. untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis. Dalam perkembanganya Cristian Wolff membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari ontologi. Namun pada kenyataannya, ontologi hanya merupakan bagian pertama metafisika, yakni teori mengenai yang ada, yang berada secara terbatas sebagaimana adanya dan apa yang secara hakiki dan secara langsung termasuk ada tersebut. 

Secara etimologis, istilah ontologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata ontos yang berarti ada atau keberadaan dan logos yang berarti studi atau ilmu. Sedangkan menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. 

c) Aksiologi 

Menurut Wibisono seperti yang dikutip Surajiyo (2007), aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan value and valuation. Bramel seperti yang dikutip Amsal (2009) membagi aksiologi dalam tiga bagian, yakni moral conduct, estetic expression, dan socio-political life. Moral Conduct, yaitu tindakan moral. Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan yang mana bidang ini melahirkan keindahan. Dan terakhir yang membidani lahirnya filsafat kehidupan sosial politik. 

Aksiologi juga membahas mengenai benar dan salah, sedangkan menurut Dewi Rokhmah (2021) menjelaskan korelasi aksiologi dengan nilai maka aksiologi berhubungan dengan baik dan buruk, berhubungan dengan layak atau pantas, tidak layak atau tidak pantas. Disaat para ahli ilmu dulu ingin membentuk satu jenis ilmu pengetahuan maka sebenarnya dia harus atau telah melakukan uji aksiologi. 

Pertimbangan etis menjadi esensial dalam menganalisis hak-hak dan kewajiban yang mungkin bertentangan dalam upaya menyelesaikan konflik. Pentingnya nilai-nilai keagamaan dan nasionalisme juga tergambar, di mana identitas etnis dan agama menjadi komponen penting dalam konflik tersebut. Aksiologi mempertanyakan dampak nilai-nilai ini terhadap persepsi pihak yang terlibat dan bagaimana hal itu membentuk ketegangan serta hambatan terhadap perdamaian. Dalam konteks penelitian, filsafat ilmu aksiologi mencermati bagaimana metode penelitian dan penyajian data dapat mencerminkan atau memengaruhi nilai-nilai tertentu. Etika penelitian menjadi penting untuk memastikan bahwa penelitian tersebut tidak hanya objektif secara ilmiah, tetapi juga mempertimbangkan implikasi moral dan dampak sosialnya. Dengan memahami aksiologi dalam konflik Palestina, kita dapat mencari solusi yang lebih inklusif dan etis. Kesadaran terhadap nilai-nilai universal, hak asasi manusia, dan keadilan dapat membantu membentuk landasan bagi penyelesaian konflik yang berkelanjutan, menghormati hak-hak semua pihak terlibat, dan mengarah pada perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut. 

d) Epistemologi 

Epistemologi diartikan sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasarnya, serta penegasan bahwa seseorang memiliki pengetahuan. Azyumardi Azra menambahkan bahwa sebagai ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi, epistemologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan dipelajari secara substantif. Achmad Charris Zubair berpendapat epistemologi merupakan suatu ilmu yang secara khusus mempelajari dan mempersoalkan secara dalam mengenai apa itu pengetahuan, dari mana pengetahuan itu diperoleh serta bagaimana cara memperolehnya.

C Pembahasan

Langkah-langkah pertahanan Palestina dari berbagai negara ditinjau dari teori aksiologis.

Seperti diketahui, aksiologi sendiri merupakan salah satu bentuk mempengaruhi pengetahuan. Jika ilmu yang dibicarakan di sini adalah ``tindakan masing-masing negara dalam membela Palestina,'' maka secara tidak langsung mengacu pada pembahasan mengenai dampak  tindakan yang dilakukan masing-masing negara dalam membela Palestina. Ada banyak konsekuensi yang diakibatkan oleh tindakan yang dilakukan berbagai negara untuk melindungi Palestina.


Diawali dengan tindakan yang dilakukan masing-masing negara, misalnya melalui politik luar negeri. Tindakan yang dilakukan di masing-masing negara antara lain  demonstrasi membela Palestina yang dihadiri oleh hampir seluruh warga  dunia. Untuk mendukung Palestina dan sebagai protes terhadap Israel, juga terjadi tindakan boikot atau pelarangan penggunaan atau konsumsi produk Israel  oleh berbagai negara. 

Dari perspektif epistemologis, fenomena komunikasi langkah-langkah pertahanan Palestina oleh negara-negara dalam konteks konflik Palestina-Israel-Gaza mengacu pada bagaimana pengetahuan dipahami, dikonstruksi, dan disebarluaskan dalam kaitannya dengan konflik tersebut.
 

Negara-negara yang mengambil tindakan membela Palestina memiliki akses terhadap sumber daya pengetahuan dan informasi dari berbagai sumber, antara lain:

 

  • Laporan berita, dokumen pemerintah, analisis akademis, sumber kemanusiaan, dan pengalaman pribadi. Sumber-sumber ini menjadi dasar pengetahuan  tentang konflik.
  • Perspektif dan Perspektif Ketersediaan informasi dari berbagai sumber  menciptakan perspektif yang berbeda-beda. Negara-negara yang memiliki akses langsung terhadap konflik atau  memiliki ikatan sejarah dengan kawasan tersebut mungkin memiliki pemahaman yang berbeda dibandingkan  negara-negara yang  jauh dari zona konflik.
  • Teknologi dan media sosial. Peran media sosial dalam menyebarkan informasi dan memungkinkan partisipasi aktif  dalam mengekspresikan opini publik juga memegang peranan penting dalam epistemologi. Sumber informasi kini tidak  hanya berasal dari organisasi formal seperti media, namun juga dari individu dan kelompok yang berpartisipasi dalam diskusi online.
    Epistemologi, seperti pertanda kebenaran di medan perang informasi, menembus kegelapan yang menyelimuti setiap fakta dan cerita.

Di tengah hiruk pikuk berita yang saling bertentangan, kita memikirkan bagaimana pengetahuan bisa menjadi senjata penghancur atau senjata persatuan. Di sela-sela runtuhnya tembok persepsi, kita menjumpai luka-luka kemanusiaan yang terkikis dalam setiap konflik.

Epistemologi membuka jendela untuk memahami penderitaan manusia di tanah Palestina dan Israel dengan setiap kata yang dikonstruksi dan setiap gambaran yang tersebar. Ini bukan sekedar sengketa wilayah, tapi pertarungan memperebutkan jiwa dan keadilan. Ketika dihadapkan pada gelombang penderitaan, epistemologi menjadi peta batin yang memandu kita melewati labirin kebenaran yang berbeda. Pentingnya epistemologi dalam konflik ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai hakikat manusia.

  • Bagaimana kita sebagai manusia menanggapi penderitaan orang lain?
  • Bagaimana kita memahami dan menghormati kehidupan yang terjebak dalam  ketidakpastian?

Pertanyaan ini membutuhkan lebih dari sekedar pengetahuan. Kita harus menggunakan hati dan hati nurani kita untuk memahami, berempati, dan bertindak.

Memang epistemologi membuka ruang eksplorasi lebih dalam mengenai hakikat manusia di tengah konflik  dua masyarakat yang terperosok dalam spiral kebencian. Dalam setiap diskusi dan refleksi, kita dihadapkan pada tantangan untuk mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dibandingkan perbedaan. Mungkin di sana kita bisa menemukan titik temu yang melampaui konflik dan mengarah pada pemahaman perdamaian sejati.

Dalam konteks konflik baru-baru ini antara Palestina dan Israel, ontologi  membantu kita memahami gagasan mendasar yang mendasari pandangan kedua belah pihak mengenai keberadaan, identitas, dan klaim  tanah. Ontologi adalah cabang filsafat yang mempertanyakan alam dan keberadaan, dan dapat mencakup pemahaman tentang bagaimana masing-masing pihak memandang dirinya dan dunia di sekitarnya.

Pertama-tama, dari sudut pandang bangsa Palestina, ontologi mereka  berkaitan dengan hak mereka atas tanah yang merupakan tanah leluhur mereka dan diakui sebagai  bagian integral dari identitas nasional mereka. Mereka mungkin menganggap diri mereka mempunyai ikatan sejarah dan budaya yang kuat dengan negara ini.  Ontologi Palestina juga dapat mencakup hak untuk menentukan nasib sendiri dan  negara  merdeka.

 

Di pihak Israel, ontologi tersebut mungkin terkait dengan hak sejarah dan agama negara tersebut di wilayah tersebut. Pemahaman mereka tentang keberadaan dan identitas mungkin didasarkan pada klaim sejarah terkait identitas Yahudi dan keyakinan agama terkait tanah tersebut. Bagi Israel, tanah ini dapat dianggap sebagai bagian penting dari keberadaan dan kelangsungan bangsa.

 

Ketika pandangan-pandangan ini bertabrakan, timbullah kontradiksi ontologis. Masing-masing pihak merasa mempunyai hak hukum atas tanah tersebut berdasarkan pemahaman ontologis. Perbedaan  interpretasi sejarah, identitas etnis atau agama, dan klaim kedaulatan dapat menimbulkan konflik. Dalam konteks konflik Palestina-Israel, ontologi tidak hanya menjadi sebuah konsep filosofis tetapi juga sebuah lagu emosi.

Setiap kali keputusan yang menggemparkan terjadi, Ontologi menciptakan melodi kesakitan yang bergema di hati nurani. Di sini, ontologi menjadi sumber cahaya emosional di tengah kegelapan konflik, membimbing kita untuk memahami dan merangkul sifat manusia di tengah kebrutalan perang. Ontologi juga membuka jendela harapan akan keadilan dan perdamaian. Bagaimana konflik ini membawa kita pada pemahaman yang lebih dalam mengenai keterhubungan keberadaan manusia dan mengajak kita untuk bersatu dalam upaya menciptakan dunia yang lebih manusiawi?

Hal ini memberi kita perspektif filosofis untuk mempertimbangkan jalur sifat manusia dan hubungannya dengan kelangsungan hidup umat manusia di tengah badai perang. Solusi jangka panjang mungkin memerlukan dialog yang menghormati dan memahami perspektif ontologis masing-masing pihak untuk mencapai kesepakatan yang adil dan berkelanjutan di masa depan.

D. Kesimpulan 

Terjadinya konflik antara Palestina dan Israel membuat seluruh dunia menyoroti konflik yang terjadi antara kedua negara tersebut. Konflik kedua negara ini hingga disoroti oleh PBB dan PBB pun turun tangan terhadap konflik yang sedang berlangsung di kedua negara ini. Tak sedikit negara yang berpihak kepada Palestina, karena banyaknya korban berjatuhan, selain itu dalam hal makan hingga ke peralatan medis pun kesulitan untuk warga Palestina. Banyak negara yang hingga terjun langsung ke lokasi di Gaza, Palestina yang sedang terkena dampak dari konflik tersebut dan memberikan dukungan berupa makanan hingga peralatan medis. Di Indonesia pun melakukan bantuan dari kejauhan yaitu melakukan adanya demonstrasi yang dilakukan di berbagai wilayah Indonesia seperti yang dilakukan di Monumen Nasional, Jakarta. 

Demonstrasi yang dilakukan di berbagai wilayah Indonesia ini dapat dilihat dari sisi filsafat ilmu yaitu aksiologi, ontologi, dan epistimologi ini bisa kita pelajari untuk memahami konteks dari permasalahan atau konflik yang sedang berlangsung antara Palestina dengan Israel. Pada sisi ilmu filsafat aksiologi, demonstrasi ini memiliki dampak bagi warga Palestina yaitu memberikan sebuah dukungan melalui jarak jauh. Selain itu, demonstrasi yang dilakukan warga Indonesia juga salah satunya adalah memboikot produk -- produk yang mendukung gerakan Israel, sehingga banyak warga Indonesia yang memilah dan memilih ulang untuk produk kesehariannya. 

Dalam sisi ilmu filsafat epistimologi bisa dipelajari bahwa adanya demosntrasi yang dilakukan oleh beberapa negara untuk mendukung Gaza, Palestina ini adalah sudut pandang yang bisa dilihat atau diakses oleh beberapa negara yang letaknya jauh dari daerah konflik tersebut untuk menyuarakan tentang esensi kemanusiaan, yang dimana Israel memberikan sebuah ancaman dan beberapa serangan kepada warga di Gaza, Palestina. Maka dari itu dari sisi epistimologi, kita dapat mengakses beberapa informasi tentang konflik ini sehingga melakukan adanya aksi demonstrasi. 

Sedangkan dalam ilmu filsafat ontologi, aksi demonstrasi yang dilakukan di berbagai negara ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mendukung warga Gaza, Palestina. Dengan memiliki tujuan yang sama yaitu kemanusiaan dan hak warga Palestina yang seharusnya menjadi hak mereka. Aksi demonstrasi ini dilakukan untuk mendukung warga Palestina walau dari kejauhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun