Disamping itu Ketika beliau melakukan seminar atau bepergian ke suatu tempat, beliau selalu didampingi oleh penerjemah, salah satu dari orang yang sering menemani beliau adalah kaka kelas senior yang telah mengenalkan si pemuda tersebut dengan Syekh Dr. Fathallah, kita sebut saja namanya Pendowo . Dan Pendowo juga lah yang menerjemahkan beliau Ketika mengisi seminar di Masjid Istiqlal yang dihadiri banyak ulama besar dari berbagai negara.
Setelah perkenalan Syekh Fathallah dengan si pemuda terjalin, lambat laun hubungan dan keakrabannya semakin terbentuk. Suatu saat ia dimintai bantuan oleh Syekh Fathallah untuk memesankan grab melalui pesan whatsapp guna beliau melakukan perjalanan ke suatu tempat untuk menghadiri suatu  acara di ibu kota Jakarta, tentunya dengan menggunakan bahasa arab. " Hal yumkin laka an tuhjizanii assayyarata lidzhihabi ilaa wizaarotu addiniyah ?", notif pesan dari syekh Fathalah masuk di handphone si pemuda. Awalnya si pemuda itu pun masih terbata-bata dan canggung ketika percakapan berlangsung, karena ia pun sebelumnya tak pernah berkomunikasi secara langsung dengan penutur asli dari Arab, namun lama kelamaan seiring berjalanya waktu ia pun dapat terbiasa dan memahami apa yang di maksud oleh Syekh tersebut.
Pernah suatu  Ketika Pendowo yang menjadi tangan kanan Syekh itupun mengajak pemuda tersebut untuk menemani Syekh Fathallah ke suatu mall yang ada di Jakarta guna membeli suatu barang. Si pemuda itupun dengan antusias ikut membersamai pendowo dalam perjalanannya dan dalam heningnya perjalanan, terpecahlah dengan suatu pertanyaan dari sang syekh kepada si pemuda, "Yaa Syabab hal turidu an tasytariya syaian fil mall ? fa inni ahutsuka bi an laa tasytariya ayya syaiin liannahu mata' ad dunya fa hasbu wa annahu qoliilun fa laa haajata laka bihi!" dengan nada dan raut wajah  yang sedikit bergura dan berseri. Yang kurang lebih artinya itu "wahai pemuda apakah kamu mau membeli sesuatu di mall? Namun saya sarankan kepada mu agar tidak membeli sesuatu apapun, karena hal itu hanyalah kenikmatan dunia semata yang bernilai rendah dan tidaklah ada suatu kebutuhan bagimu dengan hal itu!". Si pemuda itu langsung meng-iyakan seraya menganggukan kepala karena mengerti apa yang di katakan oleh syekh tersebut. Sesampainya mereka di mall, di waktu luang si pemuda itu memberanikan diri untuk berkomunikasi dengan syekh itu secara perlahan, dan dengan begitu dia pun dapat menambah pengalaman dan wawasan guna bekal dirinya nanti.
Keakraban antara ke duanya pun semakin lama semakin dekat dan bertambah pula komunikasi yang mereka bangun. Ketika si pemuda itu sedang menjalani hari kuliah seperti biasanya tiba-tiba sebuah nada dering terdengar masuk ke handphone si pemuda yang tak lain itu merupakan sebuah pesan dari syekh Fathallah, isi pesanya adalah beliau meminta bantuan untuk menemaninya ke suatu Bank. Dengan segera ia pun bergegas dan meminta izin ke dosen yang sedang mengampu di kelasnya guna menemui syekh Fathallah di Bank, selama kegiatan transaksi itu berjalan, di awali dari si pemuda menannyakan apa yang di inginkan syekh tadi kemudian mencoba untuk menerjemahkan dan menjelaskan  kepada karyawan yang bertugas, hal itupun berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan dan kendala. Kemudian setelah selesai transaksi, syekh tersebut mengucapkan terimakasih kepada si pemuda yang dibalas dengan anggukan kepala oleh si pemuda.
Waktu terus berjalan tanpa hentinya, hari demi hari telah di lewati sehingga  penugasan cendekiawan Mesir itu pun telah usai tepat pada tanggal 31 januari 2024 yang berarti itu adalah detik terakhir bagi beliau untuk tinggal di tanah air Indonesia tercinta. Satu hari sebelum hari terakhir beliau di Indonesia, beliau meminta si pemuda untuk menemaninya guna menyelesaikan semua transaksi uang yang ada pada kartu debitnya agar ditukar kedalam kurs dolar US. Berawal dari menuju cabang Bank Mandiri yang ada di sekitar kampus, namun ternyata Bank tersebut offline atau sedang tidak beroperasi kala itu. Kemudian dari situ beliau  menginginkan untuk berlanjut ke suatu tempat money canger atau penukaran kurs uang, karena beberapa hari sebelumnya beliau telah melakukan perjalanan dalam rangka menghadiri sebuah acara ke beberapa negara seperti Jepang, Malaysia, Uzbekistan, Singapore dan lain sebagainya. Dengan cepat si pemuda tersebut mengantarkan beliau ke tempat yang ingin di tujunya, sesampainya mereka di tempat yang dituju, secara langsung pemuda itu membantu beliau ketika transaksi berlangsung, dan setelah semua itupun selesai dan hari mulai petang, si pemuda bergegas Kembali pulang ke tempat tinggalnya di pesantren untuk beristirahat dan melakukan kegiatan seperti biasanya.
Di hari setelahnya, rabu tanggal 31 januari 2024 tepat dimana itu adalah hari terakhir bagi sang cendekiawan Mesir tinggal dan juga tiba dimana hari perpisahan antara si pemuda dengan nya. Pada pukul 21.45 pesawat beliau akan take off dari bandara Soekarno hatta menuju bandara internasional kairo (CAI), oleh karena nya sang cendekiawan menghubungi si pemuda untuk datang menemui beliau di kediamanya waktu sore hari setelah melaksanakan ibadah sholat ashar. Kemudian setelah si pemuda tiba di kediaman sang cendekiawan Mesir, ia langsung menghubungi beliau bahwa dirinya telah sampai tepat di depan kediamannya. Beberapa menit kemudian sosok kulit putih tinggi besar dengan mengenakan jubah cokelat dan kopyah hitam itu keluar dari kediamanya dan berkata "Hal mumkin laka an tuhjiza li as sayyarata lidzihabi ilaa mathoor Soekarno-Hatta? wa intbih! anna al alaamata hiya fiil babi atsalisi wa la tansa an dzaka! Lianna hadza syaiun muhimmun jiddan li nafsii wa hadza huwa maa sa yutsabbitunii nafsi ilaa al makaani alladzi uriduhu huwa am laa." Dengan nada yang cukup hati-hati dan serius. Yang artinya " bisakah kamu pesan kan saya grab car untuk pergi ke bandara Soekarno-Hatta? dan ingat! Tujuanya itu di gate 3, jangan lupa akan hal itu! Karena itu merupakan hal yang sangat penting bagi saya, yang mana itu akan menentukan diri saya sampai atau tidaknya ke tempat yang saya tuju. Si pemuda langsung memahami dan memesankan grab car yang dinginkan nya tersebut.
Sambil menunggu kedatangan mobil yang ia pesan, si pemuda berbincang bincang sederhana dengan cendekiawan Mesir itu, dan di tengah pembicaraan tersebut si pemuda meminta doa kepada beliau agar segala urusannya  itu dimudahkan khususnya dalam perihal belajar. Sontak Cendekiawan mesir itu menjawab dengan doa "thayyib, assa Allahu subhanahu wata'ala an yusahhila wa yuyassiro kulla umuurika fiil ilmi wa atta'allumi khossotan, wa asaa Allahu an yaj'alaka min ulamai al iindonesiyi. Si pemuda langsung mengamini do'a yang di panjatkan beliau untuknya, namun tak berhenti sampai situ dan beliau melanjutkan do'anya kembali " wa yajalaka Allahu mitsla Pendowo!" dengan cepat ia pun menjawab doa yang kedua kalinya dengan jawaban " wa asaa allhu an yajaluni mitslakum antum yaa syaikh" . Dan beliau pun secara spontan langsung tersenyum tipis setelah mendengar uacapan dari si pemuda. Arti dari doa pertama nya tersebut adalah " baik, semoga Alloh subhanahu wata'ala memudahkan segala urusanmu, khususnya dalam perihal ilmu dan belajar juga menjadikan mu bagian dari ulama Indonesia". Kemudian do'a yang kedua nya yaitu" dan menjadikanmu seperti Pendowo" yang di jawab langsung oleh si pemuda " dan semoga allah menjadikan diriku seperti engkau yaa syaikh". Sang cendekiawan Mesir itu mendoakan seperti hal nya tadi tak lain karena Pendowo merupakan pelajar yang intelektual, gigih dalam belajar dan juga beribadah, di samping itu dia juga menjadi tangan kanan kesayangan beliau selama cendekiawan Mesir itu tinggal di Indonesia dan sekarang si pemuda itupun mencoba untuk mengikuti titah jejaknya Pendowo. Setelah percakapanpun selesai cendekiawan Mesir itu memberikan beberapa barang miliknya yang sudah tidak mungkin akan beliau bawa dan beberapa uang saku yang sebaian besar untuknya dan Sebagian lagi untuk Pendowo yang kala itu ia masih sedang menjalani program Beasiswa MOSMA ( Mora Overseas Student Mobility Awards) di Tunisia yang di selenggarakan oleh Kementrian Agama Indonesia.
Akhirnya tak lama lima menit setelah itu mobil Honda HRV dengan plat nomor B 7754 CGF datang menghampiri, dan si pemuda itu pun membantu mendekatkan barang-barang milik syekh fathallah di sebelah mobil yang akan beliau tunggangi dengan tujuan Bandara Soekarno-Hatta. Di penghujung akhir pertemuannya meraka mengambil foto bersama tepat di depan kediaman cendekiawan Mesir itu, setelah itu dilanjutkan dengan berjabat tangan sembari beliau berkata " aquulu syukron jazilan laka yaa Rosyiid alaa kulli musa'adatika li nafsii wa baroka Allahu fiikum" yang artinya " saya mengucapkan banyak terimakasih kepada mu yaa Rosyiid atas segala bantuan yang kamu berikan kepadaku, semoga Allah memberkahimu". Kemudian perlahan mobil yang di naiki oleh cendekiawan Mesir itu menghilang dari pandangan Rosyid bagaikan pelangi yang datang setelah hujan rintik yang tenang nan syahdu. Iyah benar nama pemuda yang dari awal itu adalah Muhammad Naufal Al Rosyid.
Tahun demi tahun silih berganti tak terasa Rosyid kala itu telah duduk di semester akhir dari studi strata satunya. Yang pasti ia pun tengah sibuk dengan penugasan skripsinya, disamping hal tersebut ia juga masih aktif mengajar di pesantren yang di tempatinya semenjak semester dua itu. Melihat beberapa temanya yang masih bersantai-santai, nongkrong sana sini ia masih saja memikirkan tugas akhir kuliahnya agar cepat selesai dan bagaimana cara ia kan melanjutkan studi pendidikannya setelah itu. Rosyid pun selalu mencari cara bagaimana agar dirinya dapat melanjutkan studi pendidikanya tanpa membebani kedua oarang tuanya untuk kesekian kalinya, karena ia paham betul bagaimana kondisi ekonomi yang di alami keluarganya saat itu, dan tak lupa ia selalu meminta kepada sang Maha kuasa agar apa yang ia impikan di Kabulkan Nya.
Tiga hari sebelum ia melaksanakan sidang skripsi, ia mendapat panggilan untuk mengahadap ke ruang Dekan di fakultasnya. " ya allah ada pertanda apa ini? apakah saya telah melakukan kesalahan atau hal apa? aku berharap semoga ini adalah hal yang terbaik bagiku ya allah." Rosyid bergumam dalam hatinya yang dipenuhi kegelisahan. Kemudian ia pun menemui bu Dekan di ruangannya dengan memberanikan diri dan tetap percaya diri.
Di sebuah ruangan ber-Ac yang tertata rapi dengan di hiasi vas bunga dan buku di atas meja.