Penulis :
Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd. (Dosen FKIP Unissula)
Naufa Izzul Muna (34202100033)Â
(Mahasiswa Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unissula)
Pendidikan adalah upaya untuk membantu peserta didik agar mereka mampu mengerjakan tugas kehidupan secara mandiri dan bertanggung jawab secara oral dan asusila. Selain itu pendidikan juga memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan manusi- manusia yang berkualitas. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana atau alat untuk melahirkan insan dan generasi yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbukti luhur.
Pada masa sekarang minat dan kualitas pendidikan cukup rendah, hal tersebut terjadi karena kurang berhasilnya proses pembelajaran yang sering membuat peserta didik jenuh, apalahi dalam pendidikan atau pembelajaran matematika. Yang dimana stigma semua orang pada matematika itu sulit, karena proses pembelajaran matematika  yang bisa dikatakan itu- itu saja.
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas pokok mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui pendidikan dasar dan menengah formal. Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa peran guru sangat penting dalam proses menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas, baik secara intelektual maupun moral.Â
Di Indonesia, profesi menjadi guru sangat banyak, khususnya profesi guru yang mengajar pembelajaran matematika. Matematika adalah cara untuk menemukan jawaban atas masalah yang dihadapi manusia, cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan menghitung, dan yang paling penting berpikir untuk diri kita sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan, Hasratuddin (2014).
Matematika sebagai ratu ilmu atau mother of science, artinya matematika merupakan sumber ilmu pengetahuan lainnya. Ada begitu banyak ilmu pengetahuan, penemuan dan pengembangannya bergantung pada matematika (Andriani, 2008). Dengan belajar amtematika siswa dapat berpikir kritis dan terampil serta memiliki konsep dasar matematika pada pembelajaran lain maupun pada matematika itu sendiri dan dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajan matematika yang dapat dikatakan monoton dapat mempengaruhi pola piker peserta didik dan membuat peserta didik jenuh, apalagi pada masa pandemic covid-19 yang dimana semua pembelajaran yang awalnya offline (luring) menjadi online (daring), hal tersebut dapat menambah kejenuhan peseta didik jika tidak diimbangi dengan pendidik yang kreatif dan aktif untuk membangun suasana kelas menjadi lebih  hidup.
Dalam masa daring pembelajaran matematika kontemporer sangat diperlukan, agar pembelajaran tidak hanya mengacu pada materi, ppt, dan sebagainya. Kemajuan teknologi pada era society 5.0 telah mengubah segala hal, perubahan pada sector pendidikan yang terlihat pada pemanfaatan teknologi informasi dan computer dalam kegiatan belajar mengajar.
Banyak sekali aplikasi atau sebagainya yang berkembang dan dapat dijadikan sarana atau alat belajar mengajar, seperti quizizz msebagai media pembelajaran matematika menyenangkan.. sehingga peserta didik dikelas dapat belajar dimanapun, kapanpun, dan dengan cara apapun. Contoh lain adalah penggunaan kahoot pada pembelajaran matematika, kahoot adalah platform pembelajaran berbasis game yang pada awalnya hanya digunakan sebagai teknologi dibidang pendidikan baik di sekolah maupun lembaga mpendidikan lainnya.Â
Namun, sekarang kahoot bisa digunakan sebagai sarana permainan yang dapat mengasah otak dan dapat membantu peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Menggunakan kahoot dapat menyampaikan materi diseragamkan, proses pembelajaaran menjedi lebih menarik, interaktif karena adanya unsur artificial intekegence atau terdapat unsur kecerdasan buatan pada media tersebut.
Selain aplikasi yang telah disebutkan, ada jug amedia pembelajran matematika yang akan menarik perhatian peserta didik, yaitu media komik. Media komik adalah media pembelajaran bahasa nonproyeksi berupa tulisan disertai gambar-gambar yang menarik yang dapat dilihat dan dibaca (Sugiartinengsih, 2018). Mengapa komik? Karena peserta didik dan sebagaimana orang dewasa juga menyukai komik. Komik mempunyai sifat sederhana, jelas dan mudah dipahami sehingga menjadi media yang informatif dan edukatif (Ramdhani, Magfirah, & Hambali, 2020).
Referensi
https://journal.uii.ac.id/RPI/article/download/18351/11042
https://journal.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/article/download/2249/1777
https://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/qalasadi/article/download/2127/1378
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/SAP/article/viewFile/1023/1004
https://journals.unisba.ac.id/index.php/matematika/article/download/1375/766
https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/Menara/article/viewFile/418/399
https://journal.intelekmadani.org/index.php/ijipublication/article/download/117/96
https://ejurnal.teknokrat.ac.id/index.php/jurnalmathema/article/viewFile/951/534
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H