Mohon tunggu...
Ellena Gracia
Ellena Gracia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Profesi

Deskripsi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perangi DBD: Menyusun Strategi Layaknya Ahli Siasat

21 Juni 2024   13:21 Diperbarui: 21 Juni 2024   13:32 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : inaturalist.org

Selama kita hidup di bumi bentala ini pastilah akan berdampingan dengan orang lain juga pun beragam entitas makhluk hidup di lingkungan sekitar. Kita akan selalu bertemu dengan konflik atau perbedaan kepentingan yang bisa menyebabkan semacam pertikaian. 

Dalam kajian biologis, frasa survival of the fittest atau kesintasan yang paling layak, ini mungkin dapat sedikit menjelaskan kondisi tersebut dimana setiap individu berusaha bertahan hidup dengan caranya masing-masing. Selain hubungan antar manusia, konflik juga bisa terjadi antar spesies makhluk hidup, walau dengan nuansa yang berbeda dibanding saat pergesekan terjadi  di tengah orang-orang.

Dari sudut pandang manusia, kita dapat mengkategorikan hasil dari interaksi dan konflik dengan makhluk hidup lain sebagai merugikan dan mengancam kelangsungan hidup, misalnya menyebabkan sakit penyakit. Sakit adalah kondisi saat adanya gangguan dalam fungsi tubuh yang membuat kapasitas bekerja tubuh kurang dari normalnya. 

Penyakit bisa ditularkan dari hewan yakni disebut penyakit menular vektor. Bakteri, virus, maupun parasit penyebab sakit dibawa melalui vektor seperti nyamuk, lalat, kutu, kecoa, tikus, dan lain-lain. Sudah tidak asing kita dengan kesulitan yang muncul akibat infeksi penyakit menular, berkaca dari kejadian pandemi COVID-19 dan lebih jauh lagi dari sepanjang sejarah wabah penyakit di dunia.

Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia hingga saat ini.  Gambar di atas menunjukkan spesies nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, vektor atau hewan pembawa penyebab penyakit demam berdarah. 

Virus dengue melakukan replikasi di dalam tubuh vektornya yakni nyamuk, secara spesifik di bagian ususnya, kemudian menyebar ke jaringan lain hingga ke kelenjar liur. Nyamuk Aedes betina yang menghisap darah manusia pasien DBD akan terinfeksi virus dengue dan akan menularkan virus tersebut pada orang lain. Di dalam tubuh selama 4-7 hari, virus kian menginfeksi sel tubuh di kelenjar limfa, sumsum tulang dan lain-lain sampai menyebabkan viremia dan kemudian gejala penyakit DBD dibarengi respon imun tubuh.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pontianak, kasus penyakit DBD pada tahun 2023 hingga Desember tercatat 6.939 kasus dengan korban 77 orang meninggal. Terjadi kasus penyakit terbanyak di Kabupaten Kubu Raya sebanyak 1.153 kasus dengan 6 kematian pasien. 

Akibat tren kasus penyakit yang meningkat sepanjang tahun tersebut, Pemerintah Kota Pontianak mengadakan rapat koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan pihak terkait untuk kembali menggalakkan berbagai program penanggulangan seperti sosialisasi membersihkan lingkungan, gerakan 3M, fogging, pemberian abate, pemantauan larvasidasi dan jentik nyamuk. 

Selama upaya yang dilakukan, salah satu hambatan pada program diceritakan oleh Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono terkait ketidaksediaan beberapa masyarakat untuk mengikuti program seperti fogging. Hal tersebut berhubungan dengan kesadaran masyarakat yang masih kurang tentang urgensi kasus penyakit DBD. 

Selain karena itu, strategi pengendalian vektor termasuk secara kimiawi, biologis, dan manajemen lingkungan masih kurang efektif. Kendala teknis dari faktor ekonomi pendanaan, insektisida yang dipakai terkait resistensi dan presisi target, keberlangsungan program, serta surveilans maupun evaluasi pengendalian juga menjadi faktor hambatan yang ada.

Sejauh upaya yang ada, pendekatan yang digunakan untuk pengendalian vektor secara fisik dan kimia. Salah satu pendekatan yang menyasar secara biologis adalah dengan penyebaran nyamuk Wolbachia. Program nyamuk Wolbachia adalah salah satu inovasi dalam memerangi penyakit DBD menggunakan bakteri alami yang ditemukan dalam banyak serangga, tetapi tidak secara alami pada nyamuk Aedes aegypti. 

Nyamuk Aedes aegypti akan diinfeksi dengan bakteri Wolbachia yang mampu menghalangi replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk. Ketika nyamuk yang terinfeksi Wolbachia kawin dengan nyamuk lokal, bakteri ini akan diwariskan ke keturunan mereka sehingga populasi nyamuk yang membawa Wolbachia meningkat.

Wolbachia mengurangi kemampuan nyamuk untuk menularkan virus dengue dan juga membuat nyamuk memiliki masa hidup lebih pendek, mengurangi peluang mereka untuk menyebarkan virus. Nyamuk yang telah diinfeksi Wolbachia dilepaskan secara teratur ke dalam populasi nyamuk liar, terutama di wilayah dengan angka kejadian DBD tinggi sebagai langkah preventif dan pengendalian jangka panjang. 

Metode ini ramah lingkungan karena mengurangi ketergantungan pada insektisida kimia yang dapat menyebabkan resistensi pada nyamuk, serta tidak berbahaya bagi manusia dan hewan peliharaan. Beberapa studi dan uji coba di berbagai negara telah menunjukkan penurunan signifikan dalam kasus DBD di daerah yang menerapkan program nyamuk Wolbachia, menawarkan solusi inovatif dan berkelanjutan dalam upaya global untuk mengurangi beban penyakit DBD, terutama di daerah-daerah endemik.

Menghadapi ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) memerlukan strategi yang matang dan kolaborasi erat antara berbagai pihak. Seperti seorang ahli siasat yang menyusun rencana perang, kita juga harus mengadopsi pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi untuk mengatasi masalah kesehatan ini. 

Program-program seperti nyamuk Wolbachia, gerakan 3M, dan upaya fogging, semuanya merupakan bagian dari strategi yang lebih besar untuk memerangi DBD. Dengan memahami dan mengimplementasikan langkah-langkah ini secara efektif, kita dapat melindungi masyarakat dari dampak buruk penyakit ini. 

Hanya dengan kerja sama yang kuat dan strategi yang tepat, kita dapat memenangkan pertempuran melawan DBD dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi generasi mendatang. Perangi DBD: Menyusun Strategi Layaknya Ahli Siasat, menjadi kunci keberhasilan dalam upaya melawan penyakit yang mematikan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun