Surabaya merupakan ibukota provinsi Jawa Timur yang termasuk salah satu kota besar yang ada di Indonesia. Kota besar pasti memiliki lebih banyak lapangan pekerjaan sehingga memiliki daya tarik yang besar bagi pemburu pekerjaan yang berada di sekitar kota tersebut. Hal itu menyebabkan banyak sekali migrasi dari orang-orang yang tinggal di daerah sekitar kota Surabaya. Migrasi sendiri adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari satu tempat ketempat lain melampau batas politik/negara ataupun batas administratif atau batas bagian suatu negara (Rozy Munir, 1981).
Salah satu daerah Surabaya yang terkena fenomena ini adalah pada daerah kawasan Bantaral Rel Bengkel Kereta Api Sidotopo RT.06 RW.02 Kelurahan Simokerto, Kecamatan Simokerto Surabaya. Disana ada pemukiman di samping rel bengkel kereta api. Menurut Kartu Keluarga yang diperoleh penulis, kebanyakan warga yang ada disini adalah orang Madura karena tanah kelahiran mereka adalah di Madura. Jadi dapat disimpulkan migrasi terjadi pada daerah ini entah tujuan para imigran adalah untuk mencari pekerjaan atau yang lainnya.
Daerah ini memiliki suatu masalah yang akan diangkat oleh penulis pada artikel ini. Selain memiliki rumah yang berukuran relatif kecil dan berhimpitan satu dengan lainnya sehingga terkesan kumuh, daerah ini juga memiliki angka usia produktif yang lebih dari dua kali usia non produktif. Berarti dapat disimpulkan bahwa beban tanggungan usia produktif di kawasan ini bisa dikatakan tinggi menurut indeks dependency ratio. Â Berikut adalah tabel persebaran penduduk menurut umur tahun 2017 pada kawasan ini supaya dapat dipahami lebih jelas.
Yang lebih mencengangkan lagi, selain disaat hitungan kasar beban ketergantungan di kawasan ini adalah 2 banding 1, ada masalah lain yang menyebabkan masalah ini semakin berat. Perhatikan grafik berikut.
Bisa dibayangkan betapa beratnya beban usia produktif di kawasan ini. Sudah memiliki masalah beban ketergantungan tinggi ditambah lagi usia produktifnya malah banyak yang tidak bekerja. Hal ini selanjutnya dapat menyebabkan kesejahteraan menurun dikarenakan para usia produktif tidak mampu memenuhi kebutuhan diri mereka sendiri dan kebutuhan orang usia non produktif yang mereka tanggung.
Masalah ini harus dapat segera diselesaikan sebelum warga pada kawasan ini merasa nyaman terhadap hal yang harusnya menjadi masalah ini. Ada 2 solusi yang terpikir oleh penulis.
Pertama, pembangunan lapangan pekerjaan di kawasan ini atau sekitarnya dan dibangun sesuai kemampuan per rentang umur. Semisal ada anak usia 17 tahun pada kawasan ini yang sudah tidak bersekolah dan harusnya bekerja, maka harus dibangun sektor industri kecil dan anak tersebut diarahkan untuk menjadi karyawan di sektor tersebut dengan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka seperti menjadi penjaga toko atau cleaning service. Yang penting mereka tidak menganggur sehingga angka beban ketergantungan berkurang.
Kedua, adalah bantuan dana dari pemerintah. Warga disosialisasikan menggunakan dana tersebut untuk membangun usaha milik warga sendiri agar mereka dapat melakukan hal mandiri untuk menopang kehidupan mereka di kawasan ini. Sekilas memang hasilnya berbentuk "usaha" atau "industri" seperti solusi pertama. Yang membuat beda adalah pemilik usaha tersebut. Untuk industri atau usaha di solusi pertama dimiliki oleh non warga sekitar sedangkan untuk solusi ini, usaha atau industri kecil dimiliki oleh warga sekitar. Dan juga solusi kedua ini memaksa warga agar bisa mandiri dengan usahanya sendiri.
Kesimpulannya adalah kawasan Bantaral Rel Bengkel Kereta Api Sidotopo RT.06 RW.02 Kelurahan Simokerto, Kecamatan Simokerto Surabaya ini memiliki masalah yaitu angka beban ketergantungan tinggi ditambah usia produktifnya banyak yang tidak atau belum bekerja. Maka diharuskan kepada pemerintah untuk membangun sektor industri untuk memperbanyak lapangan pekerjaan atau memandirikan warga dengan memberikan dana untuk pembangunan usaha atau industri kecil milik warga sendiri.
Oleh : Natsir Azzam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H