Mohon tunggu...
Muhammad Natsir
Muhammad Natsir Mohon Tunggu... Penulis - sabar

Jalan ini masih panjang!!!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Lembek Menghadapi Satu Orang, Ada Hal Ganda dalam Tubuh Pemerintah

2 Desember 2020   14:07 Diperbarui: 2 Desember 2020   14:11 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belakangan ini kita disuguhkan dengan berbagai persoalan yang dipertontonkan oleh sebagian yang lain di negeri ini. Nampaknya pemerintah begitu lemah menghadapi sekelompok kecil yang melakukan aktivitas yang meresahkan banyak orang. Dihadapan kelompok ini pemerintah seperti tak punya wibawa. Selalu dipermainkan.

Sebagai warga negara saya merasa prihatin, sebab kapasitas negara begitu kecil dihadapan kelompok tersebut dan tidak berwibawa sama sekali. Perdebatan dan pertikaian yang tak kunjung usai sungguh mengganggu akal sehat saya.

Kita bayangkan negara dipermainkan, menghadapi satu orang negara terlihat lembek. Ini ironis dengan power negara sebagai negara. Bagaimana mungkin negara dapat diandalkan untuk menghadapi masa depan yang dengan berbagai suguhan kompleksitas, sementara menghadapi  sesuatu yang ringan begitu terbengkalai dan seolah tidak berarti.

Melihat fenomena yang semakin menjadi-jadi, ancam mengancam yang dipertotonkan, keributan yang semakin membias, negara seperti  tak punya nyali, dalam hal ini pemerintah. Ini negara macam apa. Ada kesan publik negara diatur-atur, masyarakat punya aturan sendiri dan negara juga demikian. Negara tidak lagi mengkoordinir warganya, akui atau tidak ini kesan yang meresahkan.

Berbagai persoalan yang terjadi, kita mesti sadari bahwa negara ini membutuhkan eksekutor ulung yang mampu menerjemahkan pesan Presiden, yang dapat menyelesaikan semua sengketa yang terjadi dan tidak menyelipkan misi masing-masing sebagai titik awal kegaduhan. Dengan demikian wibawa negara akan tercipta, terjaga dan dirasakan oleh masyarat pada umumnya. Pemerintah yang mendapat mandat dari rakyat haruslah bekerja lebih giat lagi, keselamatan rakyat dan negara adalah hal yang utama.

Keributan demi keributan yang terjadi belakangan ini, ketegangan terus meluas, seperti ada semacam pembiaran yang sengaja dilakukan oleh pemerintah. Dua kapolda di copot, beberapa pejabat di introgasi hingga berujung pada pencopotan.  Dan berbagai dampak lainnya. Keseriusan pemerintah menegakan aturan sama sekali terlihat  tidak memberi efek jera.

Miris, untuk menghadapi satu orang, negara ini harus meributkan satu republik, sungguh luarbiasa. Padahal persoalannya sangat ringan dan sederhana. Tegakkan hukum dan keadilan.

Membiarkan satu kelompok melakukan semaunya di negara ini jelas akan berdampak pada yang lain. Akan memunculkan pendatang-pendatang baru. Sebenarnya, kalau kita pandang kedalam, sebetulnya ini problem yang berakar pada kegandaan misi pembantu Presiden.

Sejauh yang saya amati belakangan ini semenjak  HRS Pimpinan FPI pulang ke tanah air, banyak hal yang kita jumpai yang seharusnya tidak terjadi. Negara seperti tak punya alat untuk menerka hal empiris yang akan terjadi jauh-jauh hari.

Negara dalam hal ini  pemerintah tidak boleh lengah dan lalai pada tugasnya. Ancam mengancam bukan pekerjaan negara, itu pekerjaan perusahaan swasta. Pemerintah harus lebih kongkrit  mengeksekusi yang dianggap sebagai sumber masalah.

Modus-modus lain  terkesan menganggap sepele dan tidak mengedepankan asas pencegahan sebagai petugas negara. Setelah terjadi diluar dari dugaan baru kalangkabut dengan konferensi pers. Ini seperti  drama korea. Ini yang banyak kita jumpai selama ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun