Bangsa yang lalai pada tugas dan wewenangnya akan berada diketiak bangsa lain. Karenanya, seperti kata Muhammad Iqbal, kita harus punya telinga masa depan, telinga yang menjangkau peradaban dunia, telinga yang mampu mendengar keluhan hajat hidup orang banyak, telinga yang mampu meramu semangat dan bakat anak bangsa.
Pada demikian, bangsa harus keluar dari romantisme dari berbagai segmen kepentingan. Harun Yahya, dalam bukunya "Ancaman Dibalik Romantisme" telah menguraikan dengan tajam dan jernih bahwa romentsime merupakan penyakit suatu bangsa.
Menurut Harun Yahya, aspek yang paling mengganggu dari bahaya ini bahwa kebanyakan orang tidak melihatnya sebagai bahaya.
Karena itu bangsa ini harus mempunyai imajinasi dan tata nilai kehidupan yang inheren dengan mentalitas pancasila yang transenden. Dengan demekian sumber daya manusia dapat menyongsong peradaban modern.Â
Sebab tidak sedikit bangsa jatuh karena romantisme yang tidak disadari. Harun Yahya menyadari bahwa romantisme merupakan kecendrungan psikologis yang menjauhkan dari nilai-nilai yang di yakini dan etos kebangsaan.
Muhammad Natsir
(Penulis Adalah Pemerhati Bangsa dan Vice President Pemuda OKI)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H