Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Dari sabang sampai merauke, terdapat beragam budaya. Warisan nusantara yang paling menarik perhatian saya adalah keseniannya. terutama tarian. tarian tradisional memiliki keeksotisan tersendiri. Mempunyai nilai yang bahkan tidak bisa dibandingkan bahkan dengan modern dances yang memukau sekalipun.
Beruntungnya saya ketika saya memasuki masa sekolah tinggi menengah atas, bidang seni tari mendapat apresiasi khusus. Pada saat kelas 11 smester 2, guru seni tari kami mengadaan pagelaran tari sebagai ujian praktek pelajaran seni semester genap. 11 kelas memiliki konsep dan jenis tari yang berbeda. kelas saya 12 Ipa 1 mendapat kesempatan membawakan tarian Rampak Kendang. Asingkah? saya cukup asing dengan tarian ini pada saat itu. Saya pikir yang akan menjadi pemeran utamanya adalah mereka para pria, ternyata dugaan saya salah. Wanita lah yang memegang peran utamanya Konsep tarian ini sendiri dibagi menjadi 5 kelompok. Penari Kendang, bidadari, penari kipas, lengser, dan bangsawan. Saya termasuk dalam kelopok bidadari. Latihan yang kami lakukan sungguh sangat melelahkan, juga menyenangkan. banyak teman-teman saya yang semula tidak "exited" dengan menari, berubah haluan. Mereka sungguh semangat menjalani latihan walaupun latihan dilakukan sampai malam. sungguh sangat menyita waktu. Tapi semua kami jalani dengan suka cita.
Akhirnya saat yang ditunggu pun datang. Aula SMAN 8 Bandung disulap menjadi panggung pentas yang walaupun tidak mewah tapi memiliki aksen. saya dan teman-teman saya sudah berada di sekolah sekitar jam 4.30 pagi, untuk make up do. Setelah itu dilakukan pengocokan nomor penampilan. saya mendapat giliram ke-6. Lumayan menunggu sedikit.
Giliran kami pun tiba. setelah melakukan doa bersama, satu per satu kelompok melakukan tugasnya dengan apik. Dimulai dengan lengser bermonolog, dilanjut bidadari, lalu masuk penari kipas, diselingi dengan lengser kembali, pada bagian akhir kami melakukan tarian bersama di atas panggung sementara para wanita perkasa penari kendang menari di bawah panggung dan menjadi sorotan utama. "IPA 1!" komando salah seorang dari kami yang disambut dengan "Oy oy oy!!" mengakhiri penampilan kami dan ditutup dengan manis oleh stagetool yang memeriahkan.
Begitulah sekilas cerita mengenai pengalaman saya pada saat SMA. Saya yang sangat menyuakai kesenenian tradisional sangat berterimakasih pada pihak terkait karena telah mau membantu memelihara warisan kita yang sangat berharga ini. bagaimana pun segala warisan budaya negeri ini patut kita jaga. Jangan terlalu terpengaruh dengan kebudayaan asing yang sudah merebak di Indonesia. Mempertahankan identitas diri sendiri merupakan hal yang paling penting. Semoga hal-hal semacam ini dapat terus berlanjut, dan semoga saya dapat menginspirasi anda untuk lebih mencintai kebudayaan sendiri.
Natrya P S
[caption id="attachment_288423" align="aligncenter" width="640" caption="sesaat sebelum penampilaan"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H