Mohon tunggu...
Nati Sajidah
Nati Sajidah Mohon Tunggu... -

Penulis buku Crayon Untuk Pelangi Sabarmu (Quanta-Elexmedia: 2015) |Bertumbuh di Komunitas Pencinta Al-Quran KOMPAQ | my words www.pelangisabar.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup ini Egois Sajalah

12 Agustus 2013   02:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:25 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jika benar hidup ini adalah persaingan, fokuslah pada bagaimana kita mengoptimalkan kemampuan terbaik kita. Membuka kunci segala ketidakmungkinan. Mendaki terjal, menembus pembatas. Maka sejatinya persaingan itu ada pada diri sendiri. Menaklukan keterbatasan, kepuasan yang terlalu dini, perasaan ketidakberdayaan, dan segala mental block lainnya.

Cukup dikatakan PECUNDANG seorang yang mengisi persaingan hanya dengan menyibukkan diri memuja kehidupan orang lain, dan memanjakan diri dengan keterbatasan pribadi yang dielu-elukan."Saya memang orangnya begini, tidak bisa jika lebih dari ini.." "Saya memang tidak seberuntung mereka.. Ini memang nasib kehidupan saya.."

Jangan menjadi TUHAN. Merasa paling mengetahui padahal membatasi diri. Merasa bisa meramal seluruh kehidupan, padahal tak cukup punya nyali untuk memperbaiki?

Jangan mendahului ALLAH. Selama napas masih berhembus, selama itu pula kita miliki kesempatan melakukan perbaikan kehidupan. Melaju dan melesat.

Fokus pada kehidupan sendiri. Jangan terus menjadi penonton.

Perhatianmu pada dengki atau ucapan yang menyakitkan hati, hanya akan menguras waktu. Membobol pertahanan, tahu-tahu waktu telah berlalu dan kau belum melakukan apa-apa. Lantas tanyakan saja, apakah segala perhatian pada ketersakitan hati itu membantumu lebih kuat pendirian di hadapan lawan? Menjadikan diri lebih menawan? Kehidupan lebih maju dari sebelumnya? Ah, tak.

Fokus saja pada apa yang bisa kita lakukan dengan kemampuan terbaik yang dimiliki.

Kebaikan, sebelum ia berpengaruh bagi orang lain, ia pertama-tama menguntungkan bagi pelakunya. Maka EGOISLAH dalam beribadah. Kita melakukan ini dan itu, adalah untuk kebaikan diri di hadapan Tuhan. Melakukan kebaikan ini dan itu, adalah untuk menambah berat timbangan baik di akhirat nanti.

Saat manusia melakukan sesuatu atas tujuan kepuasan orang lain, itu sama saja ia "menyumbang", sedangkan dirinya sendiri fakir. Orang lain terpuaskan. Diri sendiri bangkrut karena tak mendapatkan pahala amal.

Di sinilah kita jumpai hakikat keikhlasan dalam hidup.

Ikhlas bukan sikap pasif. Apalagi sikap menyerah pasrah pada keadaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun