Mohon tunggu...
Nat Kris
Nat Kris Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dapatkah Budaya Asli Indonesia Bertahan Seiring Kemajuan Zaman?

15 Oktober 2018   14:50 Diperbarui: 15 Oktober 2018   15:12 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seperti yang kita ketahui, budaya dapat digambarkan sebagai sebuah ciri khas atau pola hidup suatu kelompok masyarakat yang memiliki sifat berkembang, hal ini berarti bahwa suatu budaya harus bisa mengikuti perkembangan/kemajuan zaman. 

Namun apakah sifat berkembang ini berlaku untuk budaya Indonesia? Kalau kita melihat kenyataannya, Presiden Joko Widodo pernah mengatakan bahwa “Budaya asing telah masuk ke Indonesia secara besar-besaran, masyarakat harus mengantisipasi supaya budaya sendiri tidak kalah bersaing.”   

Hal ini membuktikan bahwa banyak masalah sosial yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. Termasuk salah satunya adalah sifat anak muda yang kebarat-baratan. 

Kebarat-baratan dalam hal ini bisa dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda. Pertama, dari sisi positif, sebagai contoh anak muda menjadi lebih disiplin dan tepat waktu. 

Pengaruh ini tentunya sangat menguntungkan/bermanfaat bagi masa depan negara. Namun bagaimana jika yang terjadi sebaliknya? Seperti gaya berpakaian yang lebih terbuka dan sifat individualisme. 

Berbicara mengenai gaya berpakaian mungkin kita berpikir bahwa pakaian barat bagus tapi apakah itu sesuai atau mungkin terlalu berlebihan untuk digunakan di Indonesia. Hal seperti ini tentu merugikan bagi negara Indonesia yang selama ini terkenal dengan budaya berpakaian sopan.a

Mirisnya, ketika kita berbicara mengenai realita maka saat ini lebih banyak anak muda yang mempraktekkan budaya asing yang negatif seperti jarang terlihat adanya gotong royong atau kerja bakti yang biasanya rutin dilakukan pada masa lampau. Lantas apa yang melatarbelakangi mereka melakukan semua hal itu? Ada 2 faktor yang mempengaruhi mereka yakni faktor eksternal dan faktor internal. 

Apa yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah pengaruh lingkungan sekolah atau masyarakat yang memaksa mereka untuk ikut-ikutan. Adapun faktor internal adalah munculnya rasa ingin menjadi seperti orang lain dan dianggap keren karena mengikuti tren/perkembangan zaman. Sebetulnya, tanpa mereka sadari yang mereka lakukan perlahan-lahan akan mengikis budaya bangsa.

Oleh karena itu, solusi paling praktis adalah rakyat Indonesia harus bisa membandingkan budayanya berada di posisi mana.  Maka dari itu, dapat disimpulkan apa saja kelebihan dan kelemahan budaya bangsa dibandingkan budaya luar. Sehingga, rakyat Indonesia bisa mendapatkan nilai-nilai baik dari kedua budaya yang ada. 

Sebagai contoh kita bisa menerapkan sikap tepat waktu yang dimiliki oleh budaya luar, lalu kita bisa mengambil sikap kebersamaan yang dimiliki oleh budaya Indonesia. Pola pikir seperti ini harus ditanamkan dalam generasi penerus bangsa.

Hal lain yang bisa menjadi solusi adalah seharusnya rakyat Indonesia bisa bercermin untuk melihat bahwa banyak figur publik maupun perajin dunia (internasional) yang membuat karya berdasarkan budaya Indonesia. 

Berbicara mengenai budaya Indonesia di  kancah internasional maka dapat kita lihat banyak sekali orang luar yang senang dan tertarik dengan kebudayaan Indonesia. Sebagai bukti nyata berikut adalah  beberapa budaya Indonesia yang sudah mendunia. 

Pertama, keris pada 25 November 2015, telah diakui oleh UNESCO sebagai ‘karya agung warisan kemanusiaan’. Kedua, angklung pada 19 Januari 2011 dinobatkan sebagai salah satu bagian dari World Heritage dan pemerintah Indonesia mendapatkan sertifikat khusus untuk itu. Hal -hal tersebut membuat popularitas budaya Indonesia kian meningkat di dunia internasional.

Rupanya budaya Indonesia mulai diajarkan pada anak-anak di luar negeri. Ini jelas menandakan bahwa budaya Indonesia harus dipertahankan keberadaannya dan anak muda Indonesia sepatutnya bangga akan hal ini.  

Tidak hanya bangga, generasi muda juga harus berperan aktif dalam menyebarkan budaya Indonesia ke luar negeri, jadi bukan hanya mereka yang mengadopsi budaya asing namun orang asing juga dapat mengadopsi budaya Indonesia. Dengan cara ini eksistensi budaya Indonesia dapat dipertahankan.

Referensi: 1 2 3 4 5 6 7 9 10 11

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun