Mohon tunggu...
Nathan Prima Zada
Nathan Prima Zada Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Hai saya bersekolah di MTsN Kota Padang Panjang

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ayam Lado Hijau Koto Gadang

14 Oktober 2024   22:31 Diperbarui: 14 Oktober 2024   22:54 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Koto Gadang adalah sebuah desa kecil yang terletak di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Desa ini berada di dataran tinggi Bukittinggi, tepatnya di kawasan Ngarai Sianok. Desa ini bukan hanya terkenal karena pemandangan alamnya yang indah, tetapi juga karena warisan kuliner yang sudah ada sejak zaman nenek moyang---ayam lado hijau. Makanan ini sudah menjadi kebanggaan warga Koto Gadang dan dikenal ke seluruh penjuru Minangkabau.

Diceritakan bahwa ayam lado hijau pertama kali diperkenalkan oleh penduduk Koto Gadang pada masa penjajahan Belanda. Saat itu, ayam adalah bahan makanan yang relatif mudah didapatkan, terutama di kampung-kampung. Sedangkan cabai hijau dan rempah-rempah lainnya sudah sejak lama tumbuh subur di tanah Minangkabau, sehingga memunculkan ide untuk menggabungkan keduanya menjadi hidangan yang kaya rasa.

Asal mula penggunaan lado (cabai) hijau sendiri berhubungan erat dengan tradisi memasak masyarakat Koto Gadang yang sering bereksperimen dengan berbagai jenis bumbu dan rempah. Pada awalnya, kebanyakan hidangan di Minangkabau menggunakan cabai merah sebagai bahan utama, tetapi masyarakat Koto Gadang menemukan bahwa cabai hijau memberikan rasa yang lebih segar, pedas, namun tetap ringan di lidah. Inilah yang membuat ayam lado hijau berbeda dari hidangan Minang lainnya.

Hari ini aku akan membantu ibuku membuat ayam lado hijau.

Setibanya dirumah setelah berbelanja dari pasar, ibuku sedang sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk ayam lado hijau.

Aku pun duduk di bangku dapur, memperhatikan ibuku mengolah bahan-bahan. Ayam kampung segar sudah siap dipotong, sementara cabai hijau, bawang merah, bawang putih, dan kunyit sudah ditumbuk halus dalam lesung.

      Ayam lado hijau ini bukan cuma soal masakan. Ini warisan dari nenek moyang kita. Dulu, di Koto Gadang ini, orang Belanda pun suka memakannya," cerita ibuku sambil terus mengaduk bumbu di wajan besar.

"Benarkah, bu?" tanyaku penasaran.

"Iya. Pada masa kolonial, orang Belanda yang tinggal di sini sering mencoba masakan lokal, dan ayam lado hijau ini jadi salah satu yang mereka sukai. Tapi, tentu saja, kita tidak mau mereka ambil resepnya. Ini milik kita, milik orang Koto Gadang.

Proses memasak ayam lado hijau memang tidak sebentar. Setelah bumbu ditumis hingga harum dan berubah warna, potongan ayam kampung dimasukkan, lalu diaduk perlahan agar bumbu meresap sempurna. Tak lupa, ibuku menambahkan sedikit perasan jeruk nipis untuk memberi rasa segar yang khas.

"Di sini, semua serba alami, tak ada bumbu instan seperti di kota," ujar ibuku. "Itu sebabnya rasa ayam lado hijau kita tak akan pernah bisa ditiru."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun