Mohon tunggu...
Nathan Andrew Anindito
Nathan Andrew Anindito Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Gaya Busana pada Cerminan Kepribadian Diri

3 Desember 2022   16:25 Diperbarui: 3 Desember 2022   16:35 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fashion sebagai bagian yang tak dapat dilepaskan dair penampilan serta gaya keseharian. Benda-benda seperti baju dan  aksesori yang dikenakan bukanlah sekadar epilog tubuh dan hiasan, lebih dari itu juga menjadi sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan identitas pribadi. Berikut ini merupakan beberapa gambaran secara luas dan umum gaya berpakaian yang mencerminkan kepribadian diri seseorang.

  • Conventional Style adalah cara berpakaian conventional umumnya terlihat sangat sederhana, biasanya bercorak warna abu-abu, hitam, putih atau warna pucat lainnya. Orang yang cara berpakaiannya ini tidak memikirkan penampilan buat terlihat tampak kerenMereka tergolong mempunyai kepribadian tertutup, pemalu, kurang percaya diri, enggan merogoh risiko dan menentukan pakaian yang membuatnya dengan mudah diterima masyarakat.
  • Casual Chic, hampir sama dengan conventional, namun yang membedakan keduanya adalah kemauan untuk menambahkan sedikit sentuhan pada pakaiannya supaya tidak terlihat membosankan. Memakai outter seperti jaket atau flannel ditambah sentuhan jam tangan, kaca mata atau kalung yang membentuk nilai plus berasal stylenya. Mereka yang cara berpakaiannya seperti ini umumnya lebih percaya diri, lebih mencolok dan menarik dikalangan masyarakat, tidak tertutup akan masukan hal baru.
  • Designer Style adalah mereka yang suka  mengenakan pakaian mahal dan bermerek. Meski terlihat nyaman mempunyai segalanya, namun mereka yang berpakaian mirip ini sebetulnya memiliki krisis ciri-ciri, tidak nyaman pada penampilan dirinya sendiri, terlalu mengandalkan materi untuk menutupi kepercayaan  dirinya yang minim.
  • Gothic Dresses, mendeskripsikan seseorang yang senang berpakaian nuansa hitam atau gelap, memakai riasan tebal berwarna gelap, serta umumnya memiliki tato atau tindikan dibeberapa bagian tubuh.  gaya ini umum dianut oleh remaja. Mereka tergolong dalam kategori orang yang ensitive, menyukai seni, emosional besar yang terpendam,  mencari perhatian, kurang dewasa, sering  merasa stress serta depresi.

Terlepas dari itu kepribadian seseorang akan dapat lebih jelas terlihat dari bentuk komunikasi atau penyampaian serta respon yang diberikan orang tersebut saat berbicara. 

Setiap orang memiliki gaya busananya masing-masing. Gaya busana tersebut jika diperhatikan memiliki sebuah acuan yang dipanuti. Hal tersebut tidak lain disebabkan oleh adanya figur panutan bergaya yang menjadi tren atau kesukaan dari banyak orang. Selebriti adalah suatu kategori sosiologi yang unik, mereka dapat menjadi ekspresi diri dan sekaligus pembangkit inspirasi bagi para konsumen. Rasa ingin tampil seperti figur inilah yang juga menjadi pengaruh terbesar bagi banyak orang untuk berbusana. Selain itu, adanya rasa puas dan bangga akan kemiripan gaya busana dengan orang-orang dikomunitas yang sama juga akan membuat banyak orang di dalam komunitas tersebut nyaman untuk mengekspresikan dirinya dengan gaya yang sama. 

Semua pengaruh diatas tidak lain adalah hasil kerja dari media pemasaran dan periklanan yang beterbangan dimana-mana. 

PENUTUP

Kesimpulan dari pembahasan kasus ini adalah bahwa gaya busana atau fashion menjadi bagian yang penting untuk menyampaikan ekspresi diri seseorang. Arus informasi juga menjadi alat penting bagi masyarakat untuk dapat mengetahui seperti apa tren fashion yang diminati. Dengan kata lain, media memiliki peran besar dalam mengkonstruksikan mengenai bagaimana khalayak dapat tampil cantik atau tampan.

DAFTAR PUSTAKA

Retno Hendariningrum & M. Edy Susilo, 2008, Fashion Dan Gaya Hidup : Identitas Dan Komunikasi

Barnard, Malcolm, 2006, Fashion as Communication, diterjemahkan oleh Idy Subandy Ibrahim, Fashion sebagai Komunikasi Cara Mengkomunikasikan Identias Sosiasl, Seksual, Kelas dan Gender, Jalasutra, Yogyakarta.

Chaney, David, 2004, Lifestyle Sebuah Pengantar Komprehensif, Jalasutra, Yogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun