Semuanya berawal dari proyek p5 kita yang sangat rumit karena membuat pertunjukan. dimana pulau yang kami tampilkan yaitu Kalimantan (Borneo).
Dalam perjalanan kami menyiapkan mulai dari naskah, properti, drama, dan kostum, Selalu ada perpecahan atau kesulitan ketika latihan, mulai dari yang tidak setuju, mengejek, dan juga tidak ikut serta dalam latihan. Dalam proses latihan kami dibagi menjadi beberapa peran, ada yang menjadi Rakyat, Penari, Sutradara, Perlengkapan, Prajurit dan lain lain.
Masalah pun mulai muncul ketika kami mulai latihan menari, saat latihan menari ada yang sungguh sungguh ingin latihan dan ada juga yang bermalas malasan, dari situlah munculnya beberapa pihak yang tidak setuju, maka terjadilah perkelahian.
Akhirnya dikemudian hari, yang tadinya bermalas malasan mulai tumbuh rasa niat akan latihan. Kondisi kelas semakin hari semakin membaik, munculah kekompakan dan latihan menari bersama pun menjadi lebih mudah, namun masih saja ada beberapa orang yang tidak mau ikut serta.
Sedikit demi sedikit, tim perlengkapan mulai mencicil untuk membeli properti yang akan digunakan untuk pentas. Latihan pun menjadi lebih maksimal karena adanya properti, tapi tetap saja ada orang yang susah untuk diajak kerja sama, keadaan kelas pun menjadi menegangkan, ada yang saling mengejek dan ada juga yang saling marah.
"Kalian bisa ngga sih sekali aja bisa diatur?!” kata Bagong.
“Emang kenapa sih? dari tadi juga ngga serius latihannya!” jawab Kedok.
Dari situlah mulai ada beberapa kelompok yang saling membahas teman yang lain tentang keburukannya ketika latihan. Perjalanan pun berlanjut, semua murid mulai afal tariannya, naskah dramanya pun sudah hampir selesai.
Setelah naskah sudah selesai dibuat, kini latihan pun dimulai dari awal drama sampai akhir menari. Tim Perlengkapan mulai mencicil membuat properti lainnya seperti batu yang terbuat dari kardus, pohon yang terbuat dari ranting dan kayu, dan juga tombak serta lain lainnya. Kostum untuk menari juga sudah didapatkan. Namun beberapa orang mengatakan aturan yang berbeda beda, sehingga beberapa pihak menjadi bingung apa tugas yang harus mereka lakukan,
“Kamu bakal ngurus bagian batu dan karpet aja” kata Bagong.
“Tugas mu mudah kok, cuman tinggal bawa kursi, terus dilanjut menari” jawab Faiz.
Dari kejadian itu, seringlah diadakan evaluasi bersama agar aturan menjadi satu dan tidak berubah ubah. Hari pentas semakin dekat, latihan pun dilakukan terus menerus, setelah semua nya afal bagiannya masing masing, diadakan penampilan bersama agar guru guru mengetahui sudah sampai manakah proses tiap tiap kelas, penampilan pun berjalan dengan lancar beberapa guru mengatakan bahwa kelas kita lah yang penampilanya paling bagus diantara kelas kelas lainnya.
Kami senang mendapat pujian dari guru guru tersebut, kami semakin rajin untuk latihan. Hari pentas pun tiba, kami mulai mengatur bagaimana posisi ketika tampil nantinya, kami mulai mengenakan kostum, dan berfoto bersama sebelum tampil, acara pun dimulai, acara diawali dengan pembukaan oleh kedua MC.
Kemudian dilanjutkan dengan penampilan dari orkestra, dan penampilan lainnya, tiba saat nya kelas 10 D tampil dengan penampilan khasnya dari daerah Papua, dimulai dari cerita adanya peperangan antar suku, dan diakhiri oleh tarian khas Papua yang sangat meriah.
Dilanjutkan oleh penampilan dari kelas 10 C, menceritakan tentang dua orang laki laki yang memperebutkan satu wanita, kedua laki laki itu berkelahi hingga yang menang lah yang menjadi tunangannya, kemudian berpestalah mereka dengan menunjukan beberapa pasangan lainnya, dan diakhiri oleh tarian khasnya.
Tampilah kelas kita yaitu kelas 10 E, penampilan kami diawali oleh cerita dimana suatu daerah di Kalimantan mengalami kekeringan, hingga penduduk membutuhkan padi untuk dikonsumsi, raja di daerah tersebut bingung apa yang harus ia lakukan, berbagai cara telah ia pikirkan, namun tetap saja ia tidak mendapatkan solusinya, hingga raja pun tertidur, dan didalam mimpinya ia didatangi oleh seorang Tuhan yang mengatakan bahwa ia haru mengkorbankan putrinya agar padi kembali tumbuh, ketika raja bangun ia mengatakan kepada putrinya apa yang disampaikan oleh peri didalam mimpinya, putri itu pun menyetujui perkataan raja, dan menerima untuk dipenggal dan dijadikan korban agar padi kembali muncul.
Pada hari pemenggalan semua rakyat menghadiri acara pemenggalan tersebut, kemudian dipenggalah kepala putri tersebut, hebatnya setelah kepala putri dipenggal, padi benar benar muncul begitu saja.
“Padi?, padi?, padiii!!” kata Amel.
Semua rakyat kaget akan kedatangan padi itu, rakyat pun berbahagia karena adanya padi. Kemudian diakhiri dengan tarian khas Kalimantan yang diawali oleh 5 orang penari, dan disusuli oleh penari lainnya.
Penampilan dari kelas kami pun selesai dan berjalan dengan lancar, semua penonton bertepuk tangan. Kami sekelas senang akan penampilan kami yang luar biasa diatas panggung. Acara pada hari itu dilanjutkan oleh penampilan kelas lainnya dan penampilan band musik, serta penampilan penampilan berikutnya, acara hari itu berlangsung dengan sangat meriah.
Hingga sampai juga diakhir acara tersebut, kami semua diperbolehkan untuk kembali pulang kerumah, kami semua senang tugas penampilan p5 kami akhirnya selesai, lalu kami berdoa bersama sebelum pulang agar bisa sampai dirumah dengan selamat. Lalu kami pulang kerumah masing-masing dengan keadaan bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H