Mohon tunggu...
Nathaniela DindaAzalia
Nathaniela DindaAzalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya merupakan mahasiswi aktif semester 6 jurusan Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Arms-Race AS-Rusia: Perbedaan Ideologi dan Kepentingan Nasional Sebagai Pencetus Arms-Race?

7 Mei 2023   15:20 Diperbarui: 7 Mei 2023   15:24 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ditambah, negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Rusia merupakan dua negara yang memiliki impact dan privilage yang besar untuk masing-masing ideologi yang mereka anut dan mereka  coba untuk sebarkan. 

Karena seperti yang kita ketahui biasanya, negara-negara midpower maupun non-power akan cenderung lebih gampang untuk di konstruksikan agar mereka memiliki ide atau ideologi yang sama dengan negara adidaya, seperti yang sudah di sebutkan diatas, bahwa kita juga tidak bisa menghindari fakta negara-negara adidaya tentu memiliki privilage lebih ketimbang negara-negara lainnya yang non-superpower. 

Dalam sebuah jurnal yang saya baca, ada sebuah pernyataan bahwa mantan presiden Amerika Serikat, George Bush, mengklaim bahwa invasi Amerika terhadap Iraq pada saat itu memiliki salah satu tujuan yaitu untuk menyebarkan ideologi yang mereka anggap sebagai ideologi yang lebih ideal untuk negara Iraq, itu juga dilakukan oleh Amerika sebagai respon terhadap adanya ancaman dari negara Iraq yang pada saat itu dipimpin oleh Sadam Husein. 

Disini mungkin dapat kita lihat bagaimana besarnya privilage Amerika sebagai negara adidaya dapat dengan mudah menyebarkan ideologi yang mereka yakini dan National Interest terhadap negara yang mungkin mereka anggap sebagai ancaman. Jika dulu mungkin penyebaran ideologi dilakukan secara terang-terangan, menurut saya negara-negara adidaya di masa kini memiliki metodenya masing-masing untuk dapat menyelipkan ideologi yang mereka anut ke negara-negara lain. Metode tersebut dapat berbentuk hubungan diplomasi, kerjasama militer dan sebagainya. 

Tentu hal itu lah yang terjadi pada masa perang dingin, ideologi dan kepentingan nasional menjadi salah dua pencetus terjadinya perlombaan gengsi antar negara adidaya tersebut, memang tidak ada konfrontasi militer secara langsung, namun secara tidak langsung kedua negara tersebut berlomba-lomba menunjukkan kualitas mereka masing-masing dengan berdasarkan ideologi yang mereka bawa. 

Dominasi yang ditunjukkan Amerika Serikat pada perang dingin juga pada akhirnya mengakibatkan adanya aliansi-aliansi politik, ini yang saya sebutkan sebagai privilage negara adidaya, adalah bagaimana mereka dengan mudah membentuk aliansi politik yang mengikutsertakan negara-negara non-power yang lebih rentan dimasuki ideologi-ideologi yang pada akhirnya mengakibatkan terbentuknya aliansi.

Tanggapan Mengenai Persaingan Negara-Negara Superpower

Mungkin untuk memberhentikan adanya persaingan diantara negara-negara adidaya maupun persaingan negara-negara non-adidaya itu tidak mungkin, karena tidak mungkin untuk secara total memberhentikan adanya persaingan dan perlombaan senjata namun mungkin kita dapat meminimalisir persaingan yang ketat antara negara. 

Cara yang mungkin dapat ditawarkan adalah adanya hubungan diplomasi yang lebih tidak terkotak-kotakan berdasarkan ideologi yang dipegang, lebih ke menghargai ideologi negara masing-masing tanpa harus merasa ideologi mana yang lebih baik, karena pada akhirnya kita hidup untuk negara kita masing-masing. 

Tapi karena cara tersebut mungkin sangat 'utopis' dan mungkin sulit diterapkan, maka menurut saya negara-negara yang bersifat lebih netral harus berusaha menjadi agen mediator bagi negara-negara adidaya yang bersaing, menjalin hubungan diplomasi tanpa memandang blok, tanpa memandang kamu Amerika dan kamu Rusia, melainkan menjalin hubungan diplomasi untuk menciptakan kerjasama yang lebih baik. 

Bahwa dengan adanya negara-negara yang bersifat netral mungkin dapat menjadi contoh bahwa ketidakberpihakkan juga dapat memberikan dampak positif, hidup dengan pendirian masing-masing tanpa adanya intervensi terhadap negara lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun