Kepercayaan di Indonesia sangat beragam, dari Sabang hingga Merauke. Banyak sekali kepercayaan yang ada di Indonesia sehingga Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman SARA. Keanekaragaman ini sebenarnya sudah ada sejak zaman pra-aksara karena kepercayaan adalah suatu hal yang sudah diturunkan turun temurun dari zaman ke zaman sehingga kepercayaan ada pada zaman dahulu, ke zaman sekarang, dan ada di masa depan. Kepercayaan ini pun masih bisa dirasakan hingga saat ini dengan adanya beberapa peninggalan. Namun agama belum dikenal pada masa pra-aksara karena tidak ada undang-undangnya. Pada zaman sekarang terdapat undang-undang yang menyatakan bahwa setiap masyarakat harus memilih agama yang ingin dipeluk olehnya dan bersifat bebas, tidak diberikan batasan untuk memilih sebuah agama. Karena keberagaman yang ada, kita seharusnya saling rukun satu sama lainnya sehingga trilogi kerukunan muncul sebagai pedoman masyarakat Indonesia dalam menjalankan kerukunan sesama agama. Namun trilogi ini kadang-kadang bisa menimbulkan konflik antar agama sehingga perlu diadili dengan mengunakan undang-undang yang telah dibuat.Â
Budaya kepercayaan ini sudah aja sejak zaman pra-aksara, tapi bagaiman proses perkembangan kepercayaan ini dari zaman ke zaman? Pada masa Paleolithikum yang berlangsung selama 60.000 tahun yang lalu belum mengenal kepercayaan karena pada masa ini mereka hanya melakukan pemburuan untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Cara berburu dan mengumpulkan makanan dengan memungut langsung dari alam disebut sbagai food gathering. Yang diamana mereka sangat ketergantungan dengan persediaan makanan di alam. Jika persediaan makanan tidak ada maka mereka memutuskan untuk melakukakn sistem berpindah-pindah tempat atau disebut sebagai nomaden yang dimana alam ini menghasilkan makanan berdasarkan musimnya. (DRS. YUSLIANI NOOR, M. Pd MANSYUR, S. PD, M. HUM, 2015)Â
Kepercayaan pada masa Paleolithikum beragam, seperti Animisme dan Dinamisme. Animisme adalah kepercayaan terhadap sesuatu dari alam yang memiliki rasa makhluk spiritual yang biasanya dihuni di pohon, sungai terjun, dan bebatuan. Sedangkan Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda di sekitar manusia yang diyakini memiliki kekuatan gaib seperti api, air, pohon, bintang, bebatuan, atau manusia. ( Debora, 2022). Â Tradisi dari Animisme ini masih ada contohnya kepercayaan di Jawa, Yogyakarta yang dimana masyarakat mempercayai penguni laut pantai selatan yakni Nyai Roro Kidul. (Kompas, 2021) Contoh dari kepercayaan Dinamisme itu seperti keris, tombak, pedang, dan sebagainya. (Kompas, 2021). Â Namun pada zaman ini kepercayaannya belum dipengang kuat oleh masyarakat karena mereka masih fokus pada cara mereka bertahan hidup.Â
Zamanpun berkembang dari Paleolothikum ke zaman Mesolithikum dan zaman Neolithikum , yang dimana zaman ini manusia mulai menerapkan sistem menetap dengan membuat rumah panggung atau meneteap di gua yang dekat dengan sungai. Pada zaman ini manusia menerapkan sistem cocok tanam dan pembagian tugas, seperti laki-laki bertugas untuk memburu sedangkan wanita bertugas untuk memasak. Berhuma adalah teknik bercocok tanam dengan melakukan membersihkan hutan dan menanamnya, jika hasil tanah tidak subur maka mereka akan berpindah dan mencari bagian huta yang subur. Sehingga pada masa kini, kita masih mengenal sistem bercocok tanam. Mereka juga menerapkan sistem ternak sehingga mereka sudah bisa menguasai seluruh isi bumi. Kepercayaan pada masa ini adalah penghormatan dan pemujaan roh nenek moyang atau sistem kepercayaan animisme.Â
Zaman Megalithikum adalah zaman yang memiliki kebudayaan yang berkaitan dengan kehidupan religius manusia. Zaman ini lebih ke perkembangan animisme karena terdapat hasil budayanya seperti :
Menhir.Â
Menhir adalah tugu batu yang dibuat dengan memiliki tujuan untuk menghormati nenek moyang. Tugu ini terletak di daerah Belubus, kecametan Guguk, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Tinggi tugu ini adalah 125 cm dan berbentuk gagang pedang. Tugu ini menandakan tanda kuburan. Dibagian bawah terdapat hiasan berupa 2 buah garis yang dipahat melingkar disekitar kaki menhir.Â
Dolmen.Â
Merupakan meja untuk menaruh sesajen. Kakinya terbuat dari menhir dan atasnya ditaruh batu untuk menjadikan alas meja. Dolmen ini dapat ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat.Â
Peti kubur.Â
Digunakan untuk menguburkan jenazah. Kuburan ini dapat ditemukan di Ende Nusa Tenggara Timur. Tinggi teras bawah sepanjang 80 cm, panjangnya 510 cm, dan lebarnya 320 cm. Ukuran teras kedua memiliki ukuran dengan tinggi 69 cm, panjang 400 cm, dan lebar 250 cm.Â