Sumber : https://hellosehat.com/gigi-mulut/gigi-anak/karies-gigi-pada-anak-sering-terjadi/
Siapa pembaca disini yang mengetahui karies gigi? Atau ternyata pernah mengalami karies gigi? Seperti yang kita tau, karies gigi atau biasa dikenal gigi berlubang merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi pada balita dan anak-anak, bahkan orang dewasa. Karies gigi adalah kondisi dimana struktur dan lapisan gigi seseorang rusak dan terjadi secara bertahap. Karies gigi dapat disebabkan oleh kebiasan makan makanan manis atau jarang menyikat gigi, sehingga bakteri di mulut dapat hidup dan berkembang biak. Salah satu bakteri penyebabnya adalah Streptococcus mutans atau lebih mudah kita singkat saja ya jadi S. mutans. S. mutans ini memang sering ditemui pada penderita karies gigi karena lingkungan gigi dan mulut merupakan “rumah” bagi mereka. Gimana ya biar S. mutans ini bisa hilang? Ada loh salah satu caranya yaitu menggunakan enzim fibrinolitik. Kok bisa ya? Gimana sih caranya? Yuk kenalan dulu sama enzim fibrinolitik supaya kita tahu bagaimana caranya .
Enzim fibrinolitik merupakan enzim yang ikut berperan dalam proses pembekuan darah dengan cara mendegradasi protein utama pembekuan darah, yaitu fibrin melalui interaksi fibrinogen dan trombin. Enzim ini bekerja agar tidak terjadi penggumpalan darah saat proses pembekuan darah sehingga tidak terjadi penyumbatan pada pembuluh darah. Kemampuan ini yang menjadikan enzim fibrinolitik dijuluki sebagai agen trombolitik.
Enzim fibrinolitik dapat ditemukan pada seluruh makhluk hidup terutama bakteri. Biasanya bakteri Bacillus yang paling sering ditemui untuk menghasilkan enzim ini. Selain itu, ditemui juga bakteri Streptococcus hemolyticus untuk menghasilkan streptokinase dan Staphylococcus aureus untuk menghasilkan staphylokinase. Wah banyak juga ya jenis dari enzim fibrinolitik. Kelainan pada pembekuan darah akibat ketidakseimbangan pembentukan fibrin dan fibrinolisis dapat menyebabkan trombosis dan penyakit lain seperti kardiovaskular. Lalu, apa hubungannya enzim yang berperan pada pembekuan darah dengan karies gigi?
Enzim fibrinolitik dapat ditemukan pada berbagai jenis makanan fermentasi, seperti tempe, douchi, natto, dan chungkookjang. Makanan fermentasi adalah makanan yang dalam prosesnya menggunakan peran bakteri, kapang, atau mikroorganisme lainnya. Contohnya adalah natto, makanan khas Jepang menggunakan Bacillus subtilis dapat memproduksi enzim nattokinase yang memiliki aktivitas fibrinolitik. Selain itu, makanan tradisional khas Korea chungkookjang juga menjadi sumber enzim fibrinolitik. Chungkookjang merupakan produk pangan dari kacang kedelai yang difermentasi menggunakan bakteri Bacillus sp.. Chungkookjang dapat disebut sebagai pangan fungsional karena memiliki berbagai kandungan bioaktif, seperti isoflavon dan memiliki efek bagi kesehatan, seperti menurunkan inflamasi, mengandung antioksidan, dan memiliki pengaruh baik pada fungsi memori, sehingga dapat mencegah penyakit alzheimer.
Sumber: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352618115000220
Bagaimana cara mendapatkan enzim fibrinolitik ini dari chungkookjang ya? Kita harus mengerti bahwa enzim fibrinolitik merupakan enzim yang diproduksi oleh bakteri. Makanan chungkookjang memiliki enzim fibrinolitik yang dihasilkan oleh bakteri Bacillus vallismortis Ace02. Untuk mendapatkan enzim fibrinolitik dari mikroorganisme ini, kita harus punya chungkookjang yang dapat ditemui di berbagai tempat, seperti pasar tradisional, restoran, dan rumah di Korea. Setelah itu, chungkookjang diambil sebagian lalu dilarutkan dalam pelarut untuk mendapatkan bakteri penghasil enzim fibrinolitik dan dapat memisahkan enzim fibrinolitik.
Selain mendapatkan bakteri yang menghasilkan enzim dan mendapatkan enzim itu sendiri dari chungkookjang, dilakukan juga uji untuk memastikan bahwa enzim yang didapatkan ini adalah enzim yang memiliki aktivitas fibrinolitik dan dihitung aktivitas enzimnya. Bakteri yang dapat memproduksi enzim ini kemudian diuji materi genetiknya untuk mengetahui spesies bakterinya. Enzim fibrinolitik yang didapat juga kemudian dilakukan pemurnian dan dihitung berat molekulnya. Selain itu, enzim fibrinolitik yang didapat juga dihitung berat molekulnya dan dianalisis asam aminonya.
Pada chungkookjang yang diambil, didapatkan 200 koloni bakteri dan 38 koloni diantaranya memiliki aktivitas fibrinolitik yang cukup besar. Dari hasil uji materi genetik yang dilakukan, bakteri yang diambil ini memiliki kemiripan sebesar 99,6% dengan bakteri Bacillus vallismortis yang memiliki kedekatan dengan Bacillus subtilis dan Bacillus amyloliquefaciens. Bakteri yang didapat ini ditetapkan sebagai Bacillus vallismortis Ace02. Dari hasil uji aktivitas enzim fibrinolitik, enzim yang diproduksi dari B. vallismortis Ace02 ini memiliki aktivitas paling tinggi dibandingkan dengan enzim yang diproduksi dari B. subtilis (KCTC1027), B. licheniformis (KCTC1732), B. amyloliquefaciens (KCTC1660), dan B. firmus (KCTC3626). Hasil purifikasi enzim fibrinolitik yang didapat adalah menghasilkan yield sebesar 18%.
Dari uji analisis asam amino yang dilakukan pada enzim fibrinolitik, enzim fibrinolitik yang didapat ini identik dengan subtilisin BPN’ dari bakteri B. amyloliquefaciens sebesar 96,7% dan subtilisin DJ-4 dari bakteri Bacillus sp. DJ-4 sebesar 99,6%. Di samping itu, enzim ini berbeda dengan enzim fibrinolitik lainnya, seperti Carls (subtilisin carlsberg) dari bakteri B. licheniformis, CK dari bakteri Bacillus sp. CK11-4, dan subtilisin nattokinase dari B. subtilis (natto).
Hal menarik lainnya adalah bahwa enzim fibrinolitik ini juga mirip dengan enzim litik L27 dari Bacillus licheniformis yang berasal dari tanah. Litik adalah kemampuan untuk membunuh atau mematikan. Enzim litik L27 ini memiliki kemampuan untuk membunuh bakteri berbahaya bagi manusia salah satunya S. mutans yang sudah kita ketahui menjadi penyebab utama pada karies gigi.
Dari hasil uji kemiripan enzim, terbukti bahwa enzim fibrinolitik bakteri B. vallismortis Ace02 mirip dengan enzim litik L27. Hal ini menunjukkan bahwa enzim fibrinolitik Ace02 ini dapat memiliki aktivitas litik untuk S. mutans dan aktivitas fibrinolisis juga pada pembekuan darah. Jadi, inilah hubungannya enzim fibrinolitik dengan karies gigi. Hasil ini membuka potensi bagi peneliti untuk melakukan penelitian selanjutnya, bagaimana enzim fibrinolitik Ace02 ini memiliki aktivitas litik, terutama pada bakteri S. mutans. Selain itu, perlu juga untuk mengetahui pengaruh enzim ini pada lisis S. mutans.
Melihat potensi yang ada, enzim fibrinolitik Ace02 ini dapat dikembangkan untuk dijadikan agen pencegahan untuk karies gigi. Enzim fibrinolitik Ace02 dapat dilakukan pengembangan proses produksinya, misalkan menjadi skala industri. Salah satu pengembangannya adalah dengan cara mengemas enzim menjadi suatu produk yang dapat dikonsumsi seperti permen namun memiliki manfaat untuk mencegah karies gigi.
Karies gigi juga banyak dialami oleh balita dan anak-anak, maka sangat baik jika kedepannya enzim ini dikemas menjadi suatu produk dan banyak disukai oleh anak-anak. Selagi menunggu penelitian selanjutnya, ada baiknya nih kita langsung konsumsi makanan fermentasi chungkookjang loh pembaca. Keberadaan enzim fibrinolitik yang dapat kita temui di makanan fermentasi menjadi salah satu faktor bagi kita untuk mengonsumsi makanan fermentasi selain dari manfaat dari makanan fermentasi itu sendiri.
Referensi
Altaf F, Wu S, Kasim V. 2021. Role of fibrinolytic enzymes in anti-thrombosis therapy. Front Mol Biosci. 8: 680397.
Kim JB, Jung WH, Ryu JM, Lee YJ, Jung JK, Jang HW, Kim SW. 2007. Identification of a fibrinolytic enzyme by Bacillus vallismortis and its potential as a bacteriolytic enzyme against Streptococcus mutans. Biotechnol Lett. 29: 605-610
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H