Mohon tunggu...
Nathania eka Salsabilla
Nathania eka Salsabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca, healing

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kesulitan Pembelajaran Matematika Sekolah Inklusi untuk Anak ABK

31 Oktober 2024   10:15 Diperbarui: 31 Oktober 2024   10:39 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nathania eka salsabilla (34202200020), Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung.

Dosen Pengampu: Nila Ubaidah, S.Pd., M.Pd.

Pendidikan inklusif, sebuah konsep yang mengusung nilai kesetaraan dan aksesibilitas bagi semua anak, telah menjadi fokus utama dalam dunia pendidikan modern.  Konsep ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan mendukung bagi semua siswa, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus (ABK).  Namun, dalam praktiknya, implementasi pendidikan inklusif masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam bidang pembelajaran matematika.

Matematika, sebagai ilmu yang bersifat abstrak dan logis, seringkali menjadi momok bagi banyak siswa, terlebih bagi anak-anak ABK yang memiliki karakteristik belajar yang berbeda.  Mereka mungkin menghadapi kesulitan dalam memahami konsep matematika, menyelesaikan soal, atau bahkan mengikuti proses pembelajaran di kelas.  Kesulitan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti gangguan belajar, keterlambatan perkembangan, atau kondisi fisik yang spesifik.

Anak-anak ABK memiliki kebutuhan belajar yang unik dan beragam.  Mereka mungkin memerlukan pendekatan pembelajaran yang lebih individual, modifikasi kurikulum, atau alat bantu belajar yang khusus.  Namun, tidak semua sekolah inklusif memiliki sumber daya dan tenaga pengajar yang memadai untuk memenuhi kebutuhan khusus ini.  Kurangnya pelatihan dan pemahaman tentang strategi pembelajaran yang efektif untuk anak-anak ABK menjadi salah satu kendala utama dalam mengatasi kesulitan belajar matematika.

Selain itu, stigma dan prasangka terhadap anak-anak ABK masih menjadi hambatan dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.  Seringkali, anak-anak ABK dianggap sebagai beban atau siswa yang "kurang mampu" dibandingkan dengan siswa lainnya. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya motivasi dan kepercayaan diri pada anak-anak ABK, sehingga mereka merasa sulit untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran matematika.

Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mengatasi kesulitan belajar matematika yang dihadapi oleh anak-anak ABK di sekolah inklusif. Artikel ini akan membahas berbagai faktor yang menyebabkan kesulitan belajar matematika pada anak-anak ABK, serta strategi pembelajaran yang efektif untuk membantu mereka mencapai potensi belajar yang optimal.  Dengan memahami tantangan dan solusi yang ada, diharapkan dapat tercipta lingkungan belajar yang lebih inklusif dan mendukung bagi semua siswa, termasuk anak-anak ABK, sehingga mereka dapat belajar matematika dengan lebih mudah dan menyenangkan.    

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Pembelajaran Matematika pada Anak ABK  

Kesulitan belajar matematika pada anak-anak ABK dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi:

  • Gangguan Belajar: Anak-anak dengan gangguan belajar seperti disleksia, disgrafia, atau diskalkulia mungkin mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika, menyelesaikan soal, atau bahkan membaca dan menulis angka. Disleksia: individu dengan kesulitan dalam hal membaca dan mengeja. Discalculia: individu kesulitan dalam menggunakan konsep hitungan. Disgrafia: Individu dengan kesulitan dalam menulis dengan tangan (Hidayah, 2019).
  • Keterlambatan Perkembangan: Anak-anak dengan keterlambatan perkembangan, seperti autisme atau sindrom Down, mungkin mengalami kesulitan dalam memahami konsep abstrak, mengikuti instruksi, atau berinteraksi dengan lingkungan belajar.  Mereka mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk memproses informasi dan menyelesaikan tugas.
  • Kondisi Fisik: Anak-anak dengan kondisi fisik tertentu, seperti gangguan penglihatan atau pendengaran, mungkin mengalami kesulitan dalam mengakses materi pembelajaran atau mengikuti instruksi guru.  Mereka mungkin memerlukan alat bantu belajar yang khusus, seperti buku teks braille atau alat bantu pendengaran.

Faktor eksternal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar matematika pada anak-anak ABK meliputi:

  • Kurangnya Sumber Daya: Sekolah inklusif mungkin tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan khusus anak-anak ABK, seperti guru yang terlatih, alat bantu belajar, atau program pembelajaran yang disesuaikan.
  • Kurangnya Dukungan dari Orang Tua: Orang tua mungkin tidak memiliki pengetahuan atau keterampilan yang cukup untuk mendukung anak-anak ABK dalam belajar matematika.  Mereka mungkin tidak tahu bagaimana membantu anak-anak mereka mengatasi kesulitan belajar atau bagaimana berkomunikasi dengan guru.
  • Stigma dan Prasangka: Stigma dan prasangka terhadap anak-anak ABK dapat menyebabkan kurangnya motivasi dan kepercayaan diri pada anak-anak ABK, sehingga mereka merasa sulit untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran matematika.

Strategi Pembelajaran yang Efektif untuk Anak-anak ABK

Untuk mengatasi kesulitan belajar matematika pada anak-anak ABK, diperlukan strategi pembelajaran yang efektif dan disesuaikan dengan kebutuhan khusus mereka.  Beberapa strategi yang dapat diterapkan meliputi:

  • Pendekatan Pembelajaran Individual: Setiap anak ABK memiliki kebutuhan belajar yang unik.  Oleh karena itu, penting untuk menerapkan pendekatan pembelajaran individual yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.  Guru dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran, seperti pembelajaran langsung, pembelajaran kooperatif, atau pembelajaran berbasis proyek, untuk membantu anak-anak ABK memahami konsep matematika dengan lebih mudah.
  • Modifikasi Kurikulum: Kurikulum matematika dapat dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan kebutuhan khusus anak-anak ABK.  Misalnya, guru dapat menyederhanakan materi pembelajaran, menggunakan contoh-contoh yang lebih konkret, atau memberikan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas.
  • Alat Bantu Belajar: Alat bantu belajar dapat membantu anak-anak ABK dalam memahami konsep matematika dan menyelesaikan soal.  Alat bantu belajar yang dapat digunakan meliputi:
  • Alat bantu visual: Gambar, diagram, dan model dapat membantu anak-anak ABK dalam memahami konsep matematika yang abstrak.
  • Alat bantu manipulatif: Blok, manik-manik, dan alat bantu lainnya dapat membantu anak-anak ABK dalam belajar matematika melalui pengalaman langsung.
  • Perangkat lunak komputer: Perangkat lunak komputer dapat membantu anak-anak ABK dalam belajar matematika dengan cara yang lebih interaktif dan menyenangkan.
  • Dukungan dari Orang Tua: Orang tua dapat memainkan peran penting dalam membantu anak-anak ABK belajar matematika.  Mereka dapat memberikan dukungan emosional, membantu anak-anak mereka menyelesaikan tugas, dan berkomunikasi dengan guru.
  • Kerjasama Antar Tenaga Profesional: Guru, orang tua, dan tenaga profesional lainnya, seperti terapis atau psikolog, dapat bekerja sama untuk membantu anak-anak ABK mengatasi kesulitan belajar matematika.

Contoh Penerapan Strategi Pembelajaran

Berikut adalah beberapa contoh penerapan strategi pembelajaran yang efektif untuk anak-anak ABK dengan kesulitan belajar matematika:

  • Anak dengan disleksia: Metode Eja, Pada metode ini, guru mengajarkan siswa dengan menggunakan teknik asosiasi antara huruf dengan bunyi. Metode Fernaid, Metode Fernaid juga dikenal dengan metode VAKT (visual, auditory, kinesthetic and tactile). Metode Gillingham, Metode Gillingham merupakan metode yang dikenal sebagai metode yang terstruktur dan berorientasi pada keterkaitan huruf dan bunyi. Setiap huruf diajarkan dengan menggunakan kartu yang diberikan warna yang berbeda. Metode Kesan Neurologis, Metode ini terdiri dari kegiatan membaca secara besama-sama dengan cepat antara guru dan siswa (Yuliana & Khotim, 2022).
  • Anak dengan autisme: Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang terstruktur dan berulang untuk membantu anak memahami konsep matematika.  Guru juga dapat menggunakan alat bantu visual dan manipulatif untuk membantu anak belajar matematika melalui pengalaman langsung.
  • Anak dengan gangguan penglihatan: Guru dapat menggunakan buku teks braille, alat bantu pendengaran, atau perangkat lunak komputer yang ramah akses untuk membantu anak belajar matematika.

Kesulitan belajar matematika pada anak-anak ABK di sekolah inklusif merupakan tantangan yang kompleks dan memerlukan solusi yang komprehensif.  Penting untuk memahami bahwa setiap anak ABK memiliki kebutuhan belajar yang unik dan memerlukan pendekatan pembelajaran yang individual.  Dengan menerapkan strategi pembelajaran yang efektif, seperti pendekatan pembelajaran individual, modifikasi kurikulum, alat bantu belajar, dan dukungan dari orang tua, diharapkan dapat membantu anak-anak ABK mengatasi kesulitan belajar matematika dan mencapai potensi belajar yang optimal.

Selain itu, penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan mendukung bagi semua siswa, termasuk anak-anak ABK.  Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kebutuhan khusus anak-anak ABK, memberikan pelatihan yang memadai bagi guru, dan menyediakan sumber daya yang memadai untuk mendukung pembelajaran anak-anak ABK.

Penting untuk diingat bahwa anak-anak ABK memiliki potensi belajar yang sama dengan anak-anak lainnya.  Dengan dukungan dan bimbingan yang tepat, mereka dapat belajar matematika dengan mudah dan menyenangkan.  Dengan demikian, mereka dapat mencapai kesuksesan dalam pendidikan dan kehidupan mereka.

Daftar Pustaka

Hidayah, N. (2019). Pendidikan Inklusi dan Anak Berkebutuhan Khusus Children and Family Education Center Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. 130.

Yuliana, D., & Khotim, N. S. (2022). Strategi Guru Dalam Pembelajaran Bagi Siswa Disleksia Di Sekolah Luar Biasa Negeri Seduri Mojosari. Aulada: Jurnal Pendidikan Dan Perkembangan Anak, 4(1), 27--48. https://doi.org/10.31538/aulada.v4i1.882

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun