Budaya dan matematika adalah dua hal yang saling berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat sering kali tidak menyadari telah menerapkan ilmu matematika dalam kegiatan sehari-hari, salah satunya kegiatan terkait budaya. Contoh penerapan ilmu matematika dalam budaya diantaranya dapat dilihat pada ornamen-ornamen rumah adat dan motif batik. Artinya, kita dapat menemukan berbagai macam kosep matematika dalam budaya. Nah, keterkaitan ilmu matematika dengan budaya ini disebut sebagai etnomatematika.
Istilah etnomatematika diperkenalkan oleh matematikawan dari Brazil bernama D'Ambrosio pada tahun 1977. Etnomatetika berasal dari kata Ethnomathematic; "Ethno" yang dapat diartikan sebagai suatu kelompok budaya, seperti kumpulan suku di suatu negara yang meliputi bahasa dan kebiasaan hidup sehari-hari; "Mathema" diartikan sebagai menjelaskan serta mengelola hal nyata secara spesifik dengan cara menghitung, mengklasifikasikan, dan menentukan model suatu pola lingkungan; "Tics" yang berarti seni dalam teknik.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa etnomatematika adalah sebuah praktik matematika yang dilakukan pada sekelompok budaya seperti masyarakat suku, anak pada usia tertentu, dan kelas profesional sebagai sumber belajar.Â
Batik, salah satu warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO. Istilah batik berasal dari bahasa jawa yaitu "ba" yang berarti akan melakukan dan "tik" yang artinya titik, sehingga batik berarti membuat titik. Pada dasarnya batik terdiri dari goresan titik dan garis yang selanjutnya berkembang menjadi berbagai macam motif yang menarik sesuai dengan budaya suatu daerah. Motif batik ini juga banyak memuat konsep matematika.
Etnomatematika Batik PlumpunganÂ
Indonesia kaya akan motif batik sesuai ciri khas daerahnya masing-masing, salah satunya adalah motif Batik Plumpungan. Batik Plumpungan sendiri merupakan batik yang berasal dari Kota Salatiga. Namun, Batik Plumpungan masih jarang dikenal oleh masyarakat luas. Salah satu langkah yang dilakukan pemerintah untuk memperkenalkan Batik Plumpungan pada masyarakat adalah dengan cara mewajibkan PNS di Kota Salatiga untuk mengenakan seragam batik bermotif Batik Plumpungan.
Motif batik Plumpungan terinspirasi dari salah satu prasasti yang terletak di Desa  Plumpungan, Salatiga. Prasasti ini memiliki ukuran panjang 1,7 m; lebar 1,6 m; dengan diameter 5 m yang di atasnya tulisan bahasa Jawa kuno dan Sansekerta. Prasasti tersebut dikenal dengan nama Prasasti Plumpungan.Â
Batik Plumpungan memuat salah satu konsep matematika yaitu transformasi geometri yang meliputi translasi, rotasi, refleksi, dan dilatasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H