Kabupaten Bandung - Senin 11 Juli 2022, LPPM UPI mengadakan kembali KKN dengan topik Pemberdayaan Masyarakat berbasis SDG’s Desa dan MBKM yang diikuti oleh lebih dari 7.200 mahasiswa. Topik ini berfokus pada 18 tema, salah satu tema yang dilaksanakan oleh Mahasiswa KKN 97 adalah desa berjejaring yang berlokasi di Desa Mekarrahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung.
Menurut sekertaris Desa Mekarrahayu, Saeful Hidayat, S.Sos. I, menuturkan “sektor yang saat ini cukup berkembang di Desa Mekarrahayu adalah sektor ekonomi, khususnya UMKM. Harapan kami, UMKM di desa Mekarrahayu dapat meningkat secara kualitas maupun kuantitas lebih jauh lagi.” Berdasarkan hal tersebut Mahasiswa KKN 97 memutuskan untuk mencanangkan Program Kerja Pendataan, Sosialisasi Digital, dan pendampingan UMKM di desa Mekarrahayu.
Bentuk pendampingan yang dilakukan adalah mengenalkan pelaku UMKM dengan media digital yang tujuannya menyiapkan pelaku usaha untuk menghadapi revolusi Industri 4.0.
Kamis (28/07/2022) didapati Program Kerja pendataan menghasilkan data yang mencapai lebih dari 100 pelaku UMKM yang tersebar di beberapa RW, diantaranya RW 01, 02, 04 dan 28. Pendataan dimulai dari RW 04 yang banyak terdapat pelaku UMKM dilanjut ke RW 02, 01 dan RW 28. Dari pendataan tersebut diperoleh data pelaku UMKM di Desa Mekarrahayu banyak bergerak di bidang usaha klontong.
Diketahui usaha lainnya berupa Mebeul dan Kuliner. Bersamaan dengan program kerja tersebut, Sosialisasi terhadap pentingnya digitalisasi usaha disampaikan kepada para pelaku UMKM. Sosialisasi dilakukan untuk meningkatkan Awareness pelaku UMKM bahwa digitalisasi dapat meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan optimalisasi usaha yang dijalankan oleh para pelaku UMKM.
Jum’at (29/07/2022) Setelah pendataan dan sosialisasi selesai, Program Kerja pendampingan UMKM pun dilancarkan. difokuskan pada UMKM Keripik Kaca “Mauwi”. Input yang dilakukan yaitu mendampingi, dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh keripik kaca “Mauwi”.
Diketahui permasalahan tersebut adalah kurang baiknya pengemasan produk, belum mengantungi legalitas, belum menjalankan digitalisasi berupa pemanfaatan media sosial dan belum mempraktekkan pembuatan laporan keuangan. Sedangkan output yang diharapkan dari program kerja pendampingan UMKM ini adalah UMKM “Mauwi” dapat mengetahui juga memahami pengemasan produk yang baik, langkah-langkah mengantungi legalitas usaha, memanfaatkan Media Sosial untuk keperluan usaha dan dapat mempraktikkan pembukuan keuangan.
Koordinator KKN 97 bagian UMKM, LuthFi Maulana Malik menyampaikan “setiap Input dan Output dipilah dan diproses sesuai dengan kemampuan kami dan kemampuan pelaku Usaha. Kami bantu pelaku usaha untuk memahami cara berbisnis secara teori dan memberi contoh berupa praktek dan demonstrasi secara langsung kepada Pelaku UMKM “Mauwi”.
Tahap pertama dari Program kerja ini dijalani oleh Divisi Packaging Produk dan Packaging Distribusi yang dikoordinasi oleh Agnes Noparenti dan Revian Gumilar. Kedua koordinator menyetujui bahwa kemasan pada suatu produk haruslah dibuat semenarik mungkin untuk menarik hati calon pembeli dan dapat membuat isi kemasan jauh lebih aman. Agar kemasan dapat jauh lebih menarik lagi selain pergantian jenis kemasan dibuatlah Stiker produk sesuai arahan Klinik Kemasan Kabupaten Bandung
Agnes Noparenti menuturkan “Tahap pertama dari program kerja ini adalah konsultasi, evaluasi, dan eksekusi perubahan kemasan yang semulanya hanya plastik yang disegel menggunakan lilin menjadi kemasan Pouch yang terdapat ZipLock agar kemasan yang sudah dibuka dapat ditutup kembali dan membuat keripiknya lebih awet.”
“Kami memiliki Ide jika suatu saat Mauwi melakukan ekspansi terutama dalam pengiriman jarak jauh, alangkah baiknya jika Mauwi memiliki alat Airfilling untuk kemasannya agar isi dari kemasan tersebut tidak banyak yang hancur karena terlindungi oleh Udara di dalam kemasan” Tambah Revian.
Akan tetapi alternatif yang dilakukan untuk sekarang adalah melakukan double protection di saat pengiriman dengan menggunakan bubble wrap luar dan dalam untuk meminimalisir hancurnya isi kemasan.
Tahap kedua adalah praktek pembuatan laporan keuangan dasar dan pembekalan Bisnis agar keuangan Usaha “Mauwi” dapat lebih terkontrol dan terawasi. “Kami bantu demonstrasikan laporan keuangan dan pembekalan istilah-istilah penting dalam dunia usaha agar laporan keuangannya dapat lebih transparan.” Ujar Elisa Fitri salah seorang Anggota Divisi Laporan keuangan.
Tahap ketiga adalah praktek pemanfaatan Sosial media yang dijalani dengan pembuatan akun Instagram dan platform e-Commerce yang kemudian diisi oleh konten-konten yang menarik untuk menarik minat konsumen. Langkah fokus terhadap 1 UMKM dijalani dengan harapan UMKM lain dapat merasa termotivasi oleh “Mauwi” yang menjadi salah satu Pioneer dalam memanfaatkan digitalisasi.
Penulis: LuthFi Maulana Malik, Agnes Noparenti, Revian Gumilar, Elisa Fitri
Dosen Pembimbing: Ibu Harpa Sugiharti, S.Pd.,S.Li.,M.S.Ak.,CFP.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H