Dampak Kurangnya Peran Ayah dalam Pertumbuhan Anak
Nathania Annisa Belgis
UNICEF menyebutkan sebanyak 2.999.577 anak tidak mendapatkan peran seorang ayah atau biasa disebut dengan Fatherless. Fatherless merupakan salah satu fenomena dimana anak tidak mendapat peran seorang ayah dalam segi finansial maupun emosional. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengalami fenomena ini. Hal ini menjadi salah satu faktor utama pola pikir patriarki tetap eksis hingga saat ini. Banyak orang yang menganggap fatherless hanya sebuah ungkapan rasa kurang syukur seorang anak terhadap orang tua. Padahal, fatherless dikategorikan sebagai akar masalah dari perilaku anak. Dampak yang ditimbulkan mulai dari emosi yang tidak stabil, perilaku kasar, hubungan sosial, kepercayaan diri, hingga ketiadaan dukungan emosional dari lingkungan sekitar. Selain itu dampak yang ditimbulkan juga tidak hanya secara emosional, namun juga berpengaruh pada sosial, akademis, serta perilaku. Fatherless sering diremehkan oleh generasi terdahulu. Pola pikir mereka yang dibentuk akan sifat patriarki menyebabkan mereka hilang empati pada anak, sehingga sering kali para orang tua hanya memperhatikan kesalahan anak terhadap orang tua tanpa menelaah kesalahan orang tua pada anak. Orang tua terkesan tak acuh pada perilaku anak sehingga hal ini akan terus berkelanjutan dan menimbulkan respon terhadap stress cenderung lebih dominan.
Dampak Emosional
 Masih banyak dari masyarakat Indonesia mengira bahwa mengurus anak hanya tugas seorang ibu, padahal mengurus serta mendidik anak merupakan tugas bersama antara kedua orang tua. Ketika seorang anak mulai kehilangan peranan salah satu dari orang tuanya, maka Ia akan mulai kehilangan jati diri mereka. Sehingga, dampak emosional yang ditimbulkan berupa selalu merasa tidak aman, merasa kesepian, rasa cemas, hilangnya kepercayaan diri seorang anak juga menjadi beberapa hal dampak dari fatherless itu sendiri. Beberapa diantaranya bahkan merasa tidak memiliki tempat aman untuk berkeluh kesah. Padahal, orang tua seharusnya menjadi rumah serta tempat paling aman untuk anak-anaknya untuk berteduh.
Dampak Sosial
Interaksi orang tua dengan anak akan menjadi salah satu tolak ukur bagaimana interaksi sosial anak dengan orang sekitarnya. Bagaimana cara anak berkomunikasi, nada yang anak gunakan, serta bagaimana seorang anak mengatasi suatu masalah dengan orang lain. Jika hubungan anak dengan orang tua tidak harmonis, maka hubungan sosial anak di luar juga terpengaruh. Kesulitan berinteraksi di lingkungan umum, serta sulitnya membentuk hubungan yang sehat dengan pasangan. Anak akan selalu diliputi rasa curiga, serta takut kehilangan yang berlebihan. Di beberapa kasus bahkan anak yang kurang akan peranan seorang ayah, cenderung lebih susah diatur hingga menjadi pelaku pem-bully an yang marak terjadi akhir-akhir ini.
Dampak Perilaku
Sebagaimana kita ketahui anak merupakan peniru ulug. Perilaku ini merupakan cerminan dari apa yag dilakukan dari lingkungan sekitarnya. Interaksi antar kedua orang tua serta antar anak kepada orang tua menjadi penentu seorang anak berperilaku. Apabila dari lingkungan terdekat tersebut bermasalah. Maka, seorang anak dapat berperilaku secara buruk dimana pun ia berada. Dengan terbentuknya perilaku yang buruk ini, akan menimbulkan masalah-masalah beruntun lain, seperti tindakan kriminal bullying, dll. Selain dari cara berkomunikasi yang buruk, dampak lain yang dapat ditimbulkan, yatu sulitnya mengelola emosi. Hal ini disebabkan, karena seorang anak mendapat banyak tekanan akibat keretakan hubungan yang ditimbulkan oleh kedua orang tua. Sehingga, anak akan tumbuh dengan pembawaan emosi yang sulit untuk diungkapkan serta kontrol emosi yang buruk.
Faktor yang Mempengaruhi Dampak
Dari dampak yang sudah dijelaskan, tetunya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dampak tersebut, antara lain ;
1.Usia Anak Ketika Kehilangan Sosok Ayah
Faktor ini akan sangat menentukan bagaimana seorang anak berperilaku kedepannya. Apabila ia kehilangan sosok ayah pada rentan usia anak-anak hingga remaja, ia akan lebih condong dalam memiliki perilaku yang buruk. Hal ini dikarenakan, anak anak yang kehilangan sosok ayah pada usia anak-anak hingga remaja kehilangan figur pelindung dan juga pemimpin dalam kehidupannya. Namun, apa bila seorang anak kehilangan sosok ayah pada rentan usia remaja menuju dewasa, ia lebih bisa mengontrol perilakunya tetapi kontrol terhadap emosinya lebih tidak stabil. Hal ini dikarenakan, pada usia remaja menuju dewasa seoran anak lebih bisa berpikir logis tetapi perasaannya cenderung tidak bisa menerima apa yang terjadi dihidupnya.
2.Kualitas Hubungan dengan Ibu
Pada faktor ini sikap, sifat, dan peran ibu sangat dibutuhkan oleh seorang anak. Karena ibu akan menjdai satu-satunya orang tua yang akan berperan dalam kehidupan seorang anak tanpa sosok ayah. Oleh karena itu, pada situasi ini seorang ibu haruslah memiliki sikap yang tenang dan juga sabar. Selain itu, ibu juga harus bisa menjadi teman terdekat seorang anak sehingga anak tersebut tidak mencari tempat nyaman lain yang mungkin menjadi tempat buruk bagi ia tumbuh. Apabila seorang ibu tidak mengambil peran ini dengan baik, kemungkinan besar anak yang tumbuh tanpa sosok ayah ini akan mencari tempat pelampiasan lain yang menurutnya nyaman Namun, belum tentu lingkungan tersebut adalah lingkungan yang baik.
3.Dukungan dari Keluarga dan Lingkungan
Anggota keluarga lain, selain ibu, diharapkan dapat bekerja sama untuk menciptakan lingungan yang baik sehingga tidak memperburuk dampak yang akan terjadi. Terutama, apabila anak tersebut hidup dalam rumah bersama keluarga besarnya. Anggota keluarga lain harus menghormati bagaimana cara didik ibu kepada anak tersebut dan bekerja sama dalam memberikan lingkungan yang nyaman dalam tumbuh kembang anak.
4.Kondisi Ekonomi dan Sosial
Di Indonesia sendiri jenjang ekonomi diklasifikasikan menjadi tiga jenjeng, yakni, kelas bawah, kelas menengah, dan kelas atas. Tidak bisa dipungkiri anak yang kehilangan figur ayah namun memiliki kelas ekonomi atas cenderung lebih baik ketimbang anak tanpa figur ayah pada ekonomi kelas bawah atau menengah. Hal ini disebabkan, anak dengan ekonomi kelas atas dapat membeli kebutuhan tersier yang membahagiakan mereka. Lain hal apabila anak yang tidak memiliki figur ayah ini berada pada kelas menengah atau bawah. Anak yang berada pada jenjang ekonomi ini cenderung lebih mudah murung. Hal ini dikarenakan keinginan tersier anak tersebut sulit untuk dituruti. Selain itu, kurangnya waktu bersama ibu karena sang ibu harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Cara Mengurangi Dampak
Adapun beberapa cara untuk mengurangi dampak yang terjadi pada anak yang kehilangan figur ayah diantara lain;
1.Dukungan emosional dari Ibu dan keluarga
Cara didik seorang ibu dan juga keluarga terdekat lain menjadi penentu seorang anak tanpa ayah bersikap. Bagaimana keluarga terdekat dapat menjadi temn terdekatnya juga, sehingga anak tidak mencari pelampiasan ditempat lain yang justru akan memperburuk sikap atau perilakunya.
2.Mencari figur ayah pengganti
Figur ini dapat dicari diberbagai sosok yangmungkin bisa menjadi panutan si anak. Contoh terdekat adalah kakek. Kakek dapat menjadi figur pengganti seorang anak tanpa ayah. Namun ada baiknya, ibu juga mengetahui siapa yang dijadikan anak sebagai ayah pengganti. Selain kakek, contoh lain seperti paman, guru, kakak, dsb. Juga dapat menjadi figur ayah pengganti.
3.Kegiatan ekstrakulikuler dan sosial
Faktor ini menjadi faktor eksternal yang dapat mengurangi dampak yang terjadi pada anak yang kehilangan sosok ayah. Dengan banyaknya kegiatan sosial atau ekstrakulikuler yang diikuti anak maka pikiran anak tidak berfokus pada masalah keluarga yang terjadi. Selain itu, miat dan bakat anak akan mudah dikembangkan dan bisa menjadi pelampiasan yang baik apabila ia merasa jenuh dengan situasi yang ada pada keluarganya
4.Konseling dan terapi
Ibu yang mungkin merasa situasi dalam rumah tangganya semakin buruk dapat melakukan konseling pada psikolog agar dapat membantunya dalam mengerti perkembangan perilaku anak. Dengan bantuan psikolog, diharapkan anak dapat mengeluarkan seluruh keluh kesahnya dan emosinya pada psikolog. Sehingga, ibu mengerti bagaimana harus bersikap pada anaknya. Selain itu, pihak ibu juga dapat melakukan konseling agar medapat wawasan baru dalam mendidik dan menghadapi anak tanpa figur ayah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H