Ya, ada beberapa pihak yang khawatir bahwa akan ada masalah baru yang muncul yaitu kurangnya minat dan keinginan siswa untuk memilih Pramuka sebagai ekstrakurikuler mereka.Â
Bisa jadi tidak ada satupun peserta didik yang mendaftarkan diri mereka untuk mengikuti kegiatan Pramuka. Hal ini dapat mengancam eksistensi dari kegiatan Pramuka di Indonesia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekhawatiran dari beberapa pihak setelah penerapan kebijakan tersebut, di antaranya adalah golongan Generasi Z.
Generasi Z atau sering dipanggil Gen Z terdiri dari individu yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012, kini telah menjadi fokus perhatian dalam konteks kebijakan ini.Â
Alasannya karena Generasi Z memandang kegiatan Pramuka sebagai kegiatan yang membosankan dan tidak relevan, sehingga hal tersebut membuat mereka tidak ingin mendaftarkan diri untuk mengikuti Pramuka. Selain itu, Generasi Z sekarang ini mudah kecanduan gawai dan mudah dipengaruhi oleh sosial media yang terus merajalela.Â
Perkembangan teknologi dan penggunaan sosial media yang berlebihan dapat berpotensi memperburuk masalah seperti berkurangnya partisipasi Generasi Z dalam kehidupan sehari-hari, gangguan pada interaksi sosial, dan rentan terhadap penyakit mental. Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana Pramuka bisa terus diminati dan terus bisa dikembangkan serta diadaptasikan dengan perkembangan zaman saat ini.
Apa selanjutnya?
Beberapa dari kita pasti bertanya "Apa selanjutnya untuk Pramuka?" Apakah akan ada adaptasi dalam strategi pendidikan karakter mereka? Apakah akan ada inovasi dalam cara Pramuka terlibat dengan siswa di sekolah?Â
Tentunya, tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut, namun hal yang bisa kita lakukan adalah mencari solusi yang kreatif dan efektif untuk memastikan Pramuka tetap diminati dan diikuti oleh para peserta didik. Kita juga harus bisa mengadaptasikan Pramuka sesuai dengan perkembangan zaman dan teknologi, tanpa menghilangkan esensi dari Pramuka itu sendiri.Â
Menurut saya, solusi terbaik yang dapat ditawarkan adalah mengintegrasikan kegiatan Pramuka dengan teknologi dan kegiatan-kegiatan Pramuka harus menggunakan pendekatan STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, Mathematics). Hal ini dilakukan agar peserta didik yang mengikuti Pramuka diberikan kebebasan untuk berkreasi dan berkarya serta agar kegiatan Pramuka tidak begitu-begitu saja.Â
Semoga kedepannya kegiatan dengan seragam ikonik itu masih terus diminati. Semoga mayoritas peserta didik juga masih bisa terlibat secara aktif di dalam dinamika kegiatan Pramuka, agar mereka dapat melatih kemandirian, kemampuan Leadership atau kepemimpinan, menanamkan rasa Compassion atau kepedulian terhadap sesama dan alam. Semoga nilai-nilai dan manfaat Pramuka tetap relevan serta terjangkau bagi generasi muda Indonesia.Â