Perubahan ini tidak hanya memberikan kestabilan di belakang, tetapi juga memberi Leverkusen keleluasaan lebih dalam membangun serangan. Dua gelandang sayap, yang seringkali menjadi kunci dalam menghidupkan serangan, diberikan peran penting dalam memperluas sayap permainan tim. Mereka tidak hanya bertanggung jawab dalam memberikan lebar permainan, tetapi juga berperan dalam memberikan umpan-umpan yang kreatif untuk membongkar pertahanan lawan.
Alonso juga menggunakan gelandang tengah dengan bijaksana dalam sistem ini. Mereka menjadi poros penting dalam mengatur ritme permainan, memastikan kontrol bola dan distribusi yang akurat dalam membangun serangan. Dengan pola permainan yang terorganisir dengan baik, Leverkusen mampu mengontrol jalannya pertandingan dan mengimbangi permainan lawan, baik dalam serangan maupun bertahan.
2. Prinsip High Pressing dan Kontrol Posisi Memaksa Lawan ke Kesalahan
Alonso juga menerapkan prinsip high pressing yang agresif, terutama di area tengah lapangan. High pressing adalah taktik di mana tim berusaha untuk menekan lawan sejak zona pertahanan mereka sendiri, dengan tujuan untuk merebut bola kembali secepat mungkin dan memulai serangan. Dalam konteks Leverkusen yang dikelola oleh Alonso, high pressing menjadi salah satu aspek kunci dari gaya bermain mereka. Mereka tidak hanya menekan lawan dengan tiga pemain depan dan dua gelandang tengah, tetapi juga melakukan ini dengan intensitas tinggi dan koordinasi yang baik. Ketika tim lawan mencoba untuk membangun serangan dari belakang, Leverkusen akan segera menekan mereka dengan tiga pemain depan dan dua gelandang tengah. Ini tidak hanya mengganggu aliran permainan lawan, tetapi juga memberikan kesempatan bagi Leverkusen untuk merebut bola di area lawan dan menciptakan peluang gol.
Selanjutnya, kontrol posisi juga menjadi kunci dalam strategi pertahanan yang efektif. Dalam fase bertahan, Leverkusen dibawah Alonso terbiasa menjaga disiplin posisi yang ketat. Pemain-pemainnya memiliki pemahaman yang baik tentang pola pergerakan dan penekanan, sehingga mereka dapat bekerja sama untuk menutup ruang dan mencegah lawan untuk menembus pertahanan mereka. Dengan demikian, mereka tidak hanya mampu mengurangi jumlah gol yang diterima oleh tim, tetapi juga meminimalkan peluang lawan untuk menciptakan serangan berbahaya.
Secara keseluruhan, kombinasi antara high pressing yang agresif dan kontrol posisi yang ketat membuat Leverkusen menjadi tim yang sulit untuk ditaklukkan di lapangan. Mereka tidak hanya memaksa lawan ke dalam kesalahan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengontrol jalannya permainan dan menciptakan peluang-peluang bagi mereka sendiri. Mereka mampu mengurangi jumlah gol yang diterima oleh tim dengan menutup celah di belakang dan melakukan pressing yang efektif.
3. Fleksibilitas dalam Serangan Kreativitas dan Dinamika di Lini Depan
Di sisi penyerangan, Leverkusen dibawah Alonso memperlihatkan pola permainan yang sangat dinamis dan kreatif, memanfaatkan kekuatan individual dan kerja sama tim untuk menciptakan peluang-peluang berbahaya. Dengan kehadiran pemain-pemain seperti Moussa Diaby, Florian Wirtz, dan Patrick Schick, tim ini mampu menghasilkan serangan-serangan cepat dan kombinasi-kombinasi cerdas.
Salah satu pemain yang mencuat di bawah kepelatihan Alonso adalah Florian Wirtz, yang pada usia muda 20 tahun telah menjadi salah satu pemain kunci Leverkusen. Dalam perannya sebagai gelandang serang, Wirtz menunjukkan kematangan dan kreativitas yang luar biasa. Dia tidak hanya memiliki kemampuan passing yang brilian, tetapi juga mampu menciptakan peluang bagi rekan setimnya dengan visi permainan yang luar biasa. Akan tetapi ada satu aspek yang menjadi evaluasi bagi seorang Florian Wirtz adalah keseimbangan tubuhnya (body balance). Ia terkadang mudah kehilangan penguasaan ketika mendapatkan gangguan dari lawan. Hal itu membuat Wirtz tidak bisa menahan bola dengan lama, disebabkan oleh kuda-kuda dan body balancenya yang tidak begitu kuat. Selain itu kesalahan umpan dan sentuhan masih sering menjadi masalah bagi Wirtz.Terkadang arah passingnya mudah ditebak oleh lawan dan di beberapa momen dribblingnya terlihat kurang sempurna, karena jarak bola yang terlalu jauh dari kakinya atau temponya yang terlalu lambat sehingga bola dapat direbut oleh lawan terlebih dahulu. Solusinya Wirtz bisa melakukan latihan pada umpan, sentuhan dan bisa belajar dari pemain senior yang sudah lebih berpengalaman soal mental agar tidak mudah goyah di dalam tekanan bek lawan.
Selain itu, peran Alex Grimaldo sebagai bek kiri juga patut diperhatikan. Dengan kualitas teknis yang tinggi dan kemampuan serangan yang baik, Grimaldo tidak hanya solid dalam pertahanan tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam membangun serangan dari belakang. Kehadirannya memberikan dimensi ekstra dalam menyerang dari sisi lapangan. Aspek yang masih menjadi kelemahan dari Grimaldo sendiri adalah atribut bertahannya yang masih kurang menonjol, karena didalam strategi Alonso sendiri Ia lebih banyak digunakan sebagai “Attacking Wing-Back”. Solusi yang dapat diberikan adalah dengan sering melakukan scanning pada area blind side. Fungsi ini disebut dengan fungsi balance. Grimaldo dapat melakukan marking dan covering dengan lebih baik lagi agar kemampuan atau atribut bertahannya dapat berkembang.