Mohon tunggu...
Nathanael raymundus
Nathanael raymundus Mohon Tunggu... Mahasiswa - MOTOVLOGER and otomotif antusias

mahasiswa BUDDHI DHARMA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hilangnya Hak Anak demi Sepeser Uang

17 Januari 2022   17:23 Diperbarui: 17 Januari 2022   18:02 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hak asasi anak terkadang sering diabaikan oleh banyak orang tua di Indonesia, bahkan sampai ada orang tua yang tega merenggut hak kebebasan anaknya untuk belajar maupun bermain demi mendapatkan uang.

Seperti halnya terjadi kepada anak anak dibawah umur yang disuruh oleh orang tuanya untuk menjadi pengemis atau pengamen dijalan, bahkan ada anak yang sedang di usia balita dijadikan sebagai topeng atau gimmick untuk mendapakan belas kasihan orang lain untuk mendapakan uang.

Ai Maryati Sholihah selaku komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Memberitahukan pada webinar yang diadakan oleh mahasiswa universitas buddhi dharma (UBD) Kamis (21/10/2021) bahwa sejak dari didalam kandungan sampai dewasa, orang tua seharusnnya bisa memberikan kebebasan kepada anaknya untuk mendapatkan hak anak seperti bermain, ber-kreasi, beragama, berindentitas dan juga pendidikan.

Namun sayangnya, yang terjadi di lapangan adalah banyak orang tua yang tidak tahu bahwa hak anak adalah suatu yang sangat penting untuk kebutuhan petumbuhan mental dan juga daya rangsang otak anak,

Ai Maryati sholihah juga mengatakan selama pandemi Covid-19 banyak pengaduan terkait kondisi anak di keluarga, mulai dari anak ditelantarkan hingga dilacurkan. Beban ekonomi keluarga menjadi pemicu memperkerjakan anak.

Meskipun pemerintah sudah melarang mengemis di jalanan, tapi faktanya mereka tidak kehabisan akal, mereka merubah pola agar seolah-olah bukan mengemis. Bahkan ada yang sengaja lebih memilih keluar pada malam hari karena minimnya petugas yang mengawasi. 

Misalnya, ada anak-anak yang seolah-olah menjual tissue atau buku, tapi setelah mendekat ke pembelinya mereka bilang butuh makan atau meminta sedikit uang.

Banyak juga temuan KPAI para pengemis sengaja menepi di pinggir jalan dengan gerobak atau biasa disebut manusia gerobak. Mereka hanya memakirkan gerobaknya dan membawa sejumlah anggota keluarga, agar menimbulkan empati dari masyarakat.

"Belum lama saya juga melihat orang dengan berkostum karakter tertentu, seperti kelelahan, duduk di pinggir jalan yang mengundang belas kasihan, dan hal itu dilakukan berulang kali. Ada lagi para pengemis yang sengaja melewati jalan, yang sering dilewati publik figur, artis, atau orang tertentu, agar dilihat. Sebenarnya banyak cara atau modus dalam mengundang kepedulian, dengan mengemis di jalan," ungkapnya.

Masyarakat juga sering melihat anak digendong atau digandeng sambil mengamen, bahkan dicubit agar mereka menangis. Semuanya jadi modus untuk mengundang belas kasihan.

"Mungkin saja ada yang benar-benar membutuhkan belas kasih, namun bagi kita yang memberinya, sebenarnya tidak hanya cukup dengan kasihan, belas kasih dan memberi. Karena dengan memberi, berarti membiarkan mereka untuk tetap hidup di jalan" katanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun