Mohon tunggu...
Nathalia
Nathalia Mohon Tunggu... -

just outside my window..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Permaisuri Negeri Ngotjoleria

30 November 2010   09:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:10 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu menjelang senja, di beranda istana Negeri Ngtjoleria, Permaisuri sedang menikmati jagung bakar pemberian dari penasihat istana,Bambank. Permaisuri menikmatinya sambil leyeh-leyeh di sebuah amben bambu. Ya amben bambu, walau tinggal di istana, permaisuri tidak akan pernah lupa asal muasal dirinya yang ditemukan Bagindang ASA di tepi sungai saat hendak berburu dan memancing dulu. Bagindang menemukan Permaisuri sedang menangis tersedu, hanya gara-gara pahanya yang belang kuning seperti yang pernah di foto oleh paparazzi Danny, terjepit amben bambu yang mulai renggang susunannya. "Siapa namamu nona manis?" Begitu kata Bagindang ASA, saat mencoba menghiburnya. "Ingdul, Tuan" "Ingdul? Nama yang aneh" Bagindang berpikir sambil menggaruk-garuk bokongnya. "Mengapa kau menangis nona manis?" "Lihat, pahaku terjepit belahan bambu ambenku.. huaaaa..." Ingdul memperlihatkan pahanya yang memerah hitam biru belang, (kok warnanya aneh? tanya Om Danny aja kalo masalah warna ya? red) karena terjepit irisan-irisan bambu dari ambennya. Dari pahanya yang mulus, Bagindang melihat sinar belang-belang kuning memancar keluar. Sinarnya mengingatkan Bagindang akan kisah Ken Arok, bahwa jodoh Ken Arok adalah Ken Dedes, seorang gadis yang dari pahanya mengeluarkan cahaya putih dari surga. Bagindang terpana, firasatnya semakin kuat, bahwa perempuan yang menangis di hadapannya adalah jodoh yang diberikan sang Betara Kala untuknya, untuk mendampinginya memerintah Negeri Ngotjoleria hingga semakin menjadi negeri yang Gemah Ripah Ngotjolawi dan akan menguatkan kesan kemonarkian (kalau ndak percaya, tanya kepada yang punya kendaraan berplat AB=Anti Body eh Beye). Ingdul menangis semakin keras. Tangisannya membuat pasukan monyet yang dipimpin Panglima Moko kocar-kacir lari ke hutan. Suara tangis Ingdul bagai lengkingan yang getarannya bisa didengar telinga kawanan Kampret liar dari jarak seribu gunung berapi. "Cup..cup, berhentilah menangis nona manis, suara tangisanmu memang merdu, tapi akan semakin merdu bila kau diam" Ingdul tersedak. Dia berhenti menangis. Baru kali ini seorang pria dengan tenangnya mendengarkan suara tangisannya. Biasanya yang mendengar akan segera lari tunggang langgang dan terbirit-birit lintang pukang menyelamatkan diri. Ingdul berfirasat, laki-laki di depannya adalah laki-laki yang pernah ada dalam mimpinya saat purnama bersinar sebelah. Dalam mimpinya Ingdul dipersunting seorang pangeran yang telah berhasil menaklukkan naga dan menyelamatkannya dari kungkungan kastil tinggi selaksa Rapunzel yang dikurung Ibu tirinya (kenapa ibu tiri selalu jahat? karena dia cinta pada ayahku saja, gitu kata Unyil, red). "Mengapa tuan tetap bertahan mendengar tangisanku? Sementara, selama ini, orang-orang langsung bergegas kabur laksana minum avtur saat mendengarnya, mereka tidak ada yang sanggup bertahan" "Nona manis yang lugu, lihatlah telingaku, aku memakai headphone segede gaban, aku memang selalu memakainya bila hendak berburu ke hutan, lalat-lalat suka merubungi telingaku yang seksi ini, mereka pikir, telingaku mirip Nepenthes .. hehehe.." Bagindang terkekeh sambil memamerkan headphonenya. Ingdul hanya tercengang memandang headphone yang menutup kedua daun telinga pria di depannya. Di sebelah kanannya tergambar Kim Kardashian yang hampir tersuruk ke depan gara-gara keberatan belahan dada dan di bagian kirinya ada gambar Dewi Persik dengan rambut panjangnya menutupi kedua dadanya yang lupa pakai bra. "Maukah kau ikut denganku nona manis? aku akan menjadikanmu permaisuri di negeri ku yang damai. Tidak ada airmata di sana. Negeriku menganut asas Bhineka Tunggal Tawa, dan kami berpegang teguh kepada UUN 45" "UUN 45? apakah itu Tuan? Ingdul semakin terlongo-longo mendengarnya (di EYD ada kata longo nggak sih? kalau pakai bengong terus kan bosan, red). "UUN 45 itu adalah Undang-Undang Ngakak dari jam 4 sore sampai jam 5 pagi, begitu nona manise, setelah sebelumnya kita ketik reg spasi bebas” "Oohh..." "Ups, jangan lama-lama membuka mulutnya. Asap sulfatara keluar dari mulut mungilmu nona, aku tidak memakai masker, Upin dan Ipin, meminjamnya kemarin" Secara reflek, Ingdul lantas menutup mulutnya. Lantas dia pun tersenyum sangat manis. Manis senyum ingdul semakin membuat Bagindang meleleh, serupa permen gula kapas yang menciut tersapu angin. "Jadi, maukah nona, kuboyong ke istanaku yang indah?" "Ehm.. tapi aku mengajukan satu syarat Tuan, bolehkah?" "Jangankan satu, sayang, 100 selir eh permintaan pun aku sanggup, apa? ..apa.. ayo cepat sebutkan permintaanmu" Kata Bagindang dengan tak sabar. "Aku ingin amben bambu ini dibawa serta" "Hah? hanya amben ini saja? yakin? tidak ada yang lain? bukankah amben ini malah melukaimu barusan?" "Justru amben ini yang memberiku kecantikan, Tuan. Setiap batangnya adalah susuk diriku, untuk tetap terlihat cantik dan menarik, sehingga tidak harus melakukan operasi plastik" "Hmm... baiklah!.. Pengawal, ayo cepat panggul amben bambunya. Sekalian kipas satenya, lumayan untuk ML kalau dia gerah karena terlalu sering membuat orang jadi mendesah-desah!" Bagindang lantas mengulurkan tangannya kepada Ingdul. Ingdul meraihnya cepat-cepat. Kesempatan sering tidak datang untuk kedua kalinya bukan? Bagindang kemudian memboyong Ingdul ke istananya. Acara perburuan ke hutan dihentikan. Bagindang sudah tidak berselera lagi untuk menangkap kijang, Bagindang lebih tertarik kepada kijang yang bisa dibelai dan diurai. Singkat cerita (ini memang harus sedikit disingkat, kan bukan PR 1000 kata, red) Bagindang mempersunting Ingdul. Namun nama Ingdul bukanlah nama yang indah untuk nama seorang permaisuri kerajaan. Atas saran Perdana Menteri Firman Sepedaan eh Seponada, Bagindang menggantinya menjadi Inge. Kembali ke selera asal, pulanglah ke ABC eh salah, itu iklan, pengdul! (pengdul=pengarang dudul) kamu kan bukan Hitachi yang senang menabur benih eh link di mana-mana tanpa komen sebagai pembayaran iklannya. Kembali ke awal cerita, situasi dan kondisi sang Permaisuri yang sedang asik menikmati jagung bakarnya sambil membaca novel Melukis Langit karya novelis terkenal Mak Kit Rose (ingat Mak Kit Rose, bukan Mak Erot, itu jatah Amalludin, red), lengkap dengan foto dirinya yang memakai ikat kelapa eh kepala dan pakaian training olahraganya, ketika seorang pamong praja eh pengawal istana datang menghadapnya. "Lapor Permaisuri, saya lapar, ups mahaf Permaisuri, saya mau melapor" kata Budi van Boil. Permaisuri bangun dengan malas. Posisinya yang sedang tidur-tiduran dan dibelai oleh sepoi-sepoi angin, membuatnya segan menanggapi pengawalnya yang datang menghadap. "Iya apa ada?" Oh ya, setelah Ingdul eh Inge menjadi Permaisuri, Bagindang menyekolahkannya di Liverpol sana, agar ketika kembali ke Negeri Ngotjoleria, Permaisuri bisa memilih wig kualitas terbaik sehingga penyamarannya tidak mudah terbongkar seperti Gayus di negeri tetangga. Permaisuri harus menyamar bila ingin mengadakan kunjungan mendadak ke berbagai lembaga-lembaga pemerintahan Negeri Ngotjoleria, agar dia tidak usah berhadapan dengan para penjilat yang bertekad satu suara bila menyambutnya. Mereka satu suara melakukan APS (Asal Permaisuri Suka). Sebab kelamaan di Enggeris, maka permaisuri suka terbalik-balik bila berbicara. "Ada apa, itu yang benar Permaisur" "Eh suka-suka saya ta' iyeu, mau bilang ada apa, apa ada, kau pengawal tidak boleh membantah, sejak kapan kau menggantikan Profesor Gustaaf?" "Siap Permaisuri" "Siap!..siap!, kamu kaya Cirus aja, siap-siap terus, katakan apa ada?" Permaisuri meletakkan jagung bakarnya. Seleranya telah menguap bersamaan aroma parfum minyak nyong-nyong dari Boil pengawalnya. "Saya ingin melapor bahwa Kanselir Negeri Kenthir beserta Camatnya telah datang, juga rombongan dari desa Rangkat dengan Yang Dipertuan Agong Mommy sebagai kepala sukunya" "Wokeh, persilahkan mereka masuk, antarkan saja mereka ke gedung rapat dewan, mumpung anggota dewan belum kembali dari berkeliling jualan jamu bareng Yuk Nani" (Wokeh itu trade mark Valentino Yayat, maka harus dicantumkan sumbernya agar lepas dari jeratan hukum sosial plagiat dan copas, red). "Siap Permaisuir eh suri" BVB lantas menyingkir dari hadapan permaisuri, sedang Permaisuri Inge bergegas masuk ke dalam istana untuk memberitahukan kepada Bagindang ASA. "Kang Mas! Kang Mas, dicari Mad Mizan eh.. aduuhh..!" Permaisuri mengaduh, dia hampir saja tersandung peliharaan Babeh yang berkeliaran di dalam istana seperti hantu-hantu di gedung sekolah sihir Harry Potter. "Kenapa sayang, jangan teriak-teriak, ini kan istana bukan terminal Lebak Bulus tempat Mays berkeliaran setelah kehabisan ongkos saat turun dari Cijapun dan menjadi preman” "Sorry Bagindang, begindang loh, tamu-tamu dari Negeri Kenthir dan Rangkat sudah datang. Mereka pasti ingin memberi ucapan selamat kepada Bagindang yang telah mengalahkan kepopuleran Admin beserta kode 502/504 celana jeans belelnya itu" "Mereka sudah datang? sudah lama? kenapa tidak bilang dari tadi? memang Dukun Gentong belum memberimu obat hari ini agar dudulsmu sedikit berkurang?" "Enak saja, Bagindang menyalahkan saya, mereka yang baru saja datang. Mungkin mereka kesininya naik Mayasari atau berparade dengan sepedanya si Sari" Permaisuri langsung cemberut. Dengan cemberut sebenarnya membuat wajahnya yang hitam manis, terlihat semakin manis. Sebab itulah Bagindang senang menggodanya walau Bagindang tetap pada hobinya, mencari selir-selir baru untuk menambah daftar koleksinya. "Maaf sayang, saya bercanda kok" Bagindang mencubit pipi Permaisuri dengan genit, membuat Permaisuri tersipu malu. "Ah Bagindang bisa saja. Itu sebabnya saya mau melupakan Romano" "Jangang sebut-sebut Romano lagi, saya sebal mendengarnya" (sengaja bilang jangang, Bagindang kan orang Makassar, pengdul jadi teringat lagu Anging Mamiri, red). "Cepat Bagindang, mereka nanti terlalu lama menunggu, lebih cepat lebih baik, baru bersama kita bisa" Bagindang menggamit tangan Permaisuri. Mereka bersandingan menuju gedung rapat dewan di mana para tamu dipersilahkan menunggu.

****

Di dalam aula gedung dewan, para tamu dari Negeri Kenthir dan Rangkat saling bercengkrama. Banyak diantaranya malah saling bertukar  pandang mencari jodoh dan selingkuhan. Hanya seorang utusan dari negeri Kompas, sibuk sendiri berkeliling mencicipi aneka jenis makanan. Maklum, ketika yang lain memilih naik dengan bus dan truk, dia malah naik onthel pinjaman dari Pak Guru Bain, makanya agak ngraggas. Sebuah kue tart ukuran super besar diletakkan di tengah ruangan di depan panggung kehormatan. Kue beraneka warna, dengan banyak bunga-bunga mawar dari gula di sekelilingnya. Di puncaknya ada sebuah lambang serupa bintang besar yang akan berfungsi sebagai kembang api yang secara otomatis akan melontarkan bunga api yang indah saat beberapa lilin di sekitarnya dinyalakan. Bayangkan saja seperti saat kaldron dinyalakan di pembukaan Asian Games 2010 di Guangzhou-China, kemarin. Nathalia mulai jahil, jari-jari mungilnya sibuk mencolek gula-gula berbentuk bunga di kue tart tersebut, hingga penyair istana menggamit lengannya dan membawanya menjauh dari kue. "Kemarikan moncong kau yang belepotan kue, biar Om lap dengan tissue. Ingat, itu kue belum waktunya kau makan, nanti lagi ya?" Nathalia mengangguk kecewa. "Ehem.. ehem! tes!! Tes!! TESSSSS!!" Suara Arief sebagai Tim Hore eh MC yang melengking dan ngebas  (jadi ngebanyangin, ngebas tapi melengking kaya apa ya?, red) membuat suasana yang tadinya hiruk pikuk menjadi hening. "Selamat petang menjelang malam Bapak-bapak, Ibu-ibu, Om-om, Tante-tante dan juga Saudara-saudari sekalian. Di hari yang sedikit ramai lancar ini, saya ingin mengucapkan selamat datang di Negeri Ngotjoleria tercinta. Pada kesempatan yang langka ini, kita berkumpul untuk menyatukan hati, jiwa, pikiran juga uang oh, maaf, semangat maksudnya untuk merayakan keberhasilan Bagindang ASA sebagai penguasa Negeri Ngotjoleria selama 32 tahun lamanya, atas keberhasilannya mendapatkan gelar sebagai Penguasa terpopuler di jagat mayapada ini. Oleh Sebab itu, kepada Bagindang Andy Soekry Amal, kita berikan tepuk tangan yang meriah.." Plok...plok..plok!! Suit..suit.. swiwiiitt.. prikitiiiwww!! seisi aula bergemuruh oleh tepuk tangan para tamu menyambut kehadiran Bagindang ASA dan Permaisuri Inge. "Kepada Bagindang, kami persilahkan untuk memberikan satu dua patah kata sambitan, oh maaf, sambutan. Waktu dan tempat, kami persilahkan" (maklum, Arief masih mabuk, karena baru saja membantu kucingnya Putri Ayu Laksmi melahirkan, sehingga agak sedikit belepotan berbicara, red). MC Arief menyerahkan mikrofonnya kepada Bagindang ASA. Bagindang membelai kepala Permaisuri dengan penuh sayang. Senyumnya terlihat sumringah, Permaisuri semakin tersipu malu dibuatnya. "Saudara-saudara, teman dan temin saya semua. Sebenarnya saya risih atas penghargaan tersebut, tapi seperti kata Bondan Winarno, ya sudahlah, dengan berat hati dan pajak, hadiah netbooknya saya terima" Plok..plok..plok..plak, Ika Katana, menepuk nyamuk yang hinggap di jidatnya. "Sebenarnya, saya mengundang saudara-saudari semua bukan untuk merayakan kesuksesan saya mengalahkan Mad Mizan dalam pemilihan kompasianer terpopuler, walau saya akui dengan penuh kerendahan hati, bahwa memang dia menjadi yang paling kontroversial bersandingan dengan Juragan Qripix, tapi bukan itu alasan saya mengadakan pesta ini. Alasan utama saya adalah untuk merayakan hari ulang tahun istri saya tercinta, Permaisuri Negeri Ngotjoleria, Inge. Untukmu Inge tersayang, dengan penuh ketulusan hati dari kami, saya mewakili mereka, mengucapkan Selamat Ulang Tahun, semoga panjang umur, sehat selalu, cepat selesai kuliahnya, cepat kembali ke negeri tercinta dan jangan bawa si Matt bersamamu ya?" Permaisuri Inge terpana. Dia tak mampu berkata-kata, hanya menangis terharu dan memeluk Bagindang serta Nathalia, putri dudulsnya. Lantas, Wakil Perdana Menteri, Zulfikar Akbar, menyalakan lilin yang menjadi pemicu kembang api berbentuk bintang di atas kue. Bersamaan dengan itu, Jeng Hadi Samsul dengan legging ketat totol-totol dan bolong-bolong seperti yang biasa dipakai Sule, keluar dari kue raksasa di tengah aula dan mulai menari ala India. 'Tumpah seair.. jadi banjire... (terusin sendiri ya? pengdul nggak hapal, red).

SELAMAT ULANG TAHUN BUNDA INGE TERSAYANG

1 Desember  2010

[caption id="attachment_77834" align="aligncenter" width="300" caption="Bunda Inge, manis kan :)"]

1291169716389661012
1291169716389661012
[/caption]

WE LOVE YOU, MAY GOD ALWAYS BLESSING YOU ALL THE TIME.. AMEN

__________________________________________________________________________

Mohon Maaf kepada yang namanya saya cantumkan, ini hanya bercanda, jangan marah ya? :)

Om Cech, PRnya udah jadi :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun