Suasana di kelas begitu hidup, diiringi rintik hujan yang mempercantik suasana yang semakin ramai. Setelah melalui ujian semester ganjil, para siswa dan siswi bersiap memasuki semester genap dengan berbagai pembelajaran dan proyek menarik yang menanti.
Ibu guru dengan semangat mengumumkan, "Kita akan memulai kegiatan P5 semester ini dengan sebuah pementasan." Saat itu, pundak merasa percaya diri dan penuh semangat karena dipercayakan sebagai ketua koordinator kegiatan P5 oleh seluruh kelas. Meski kekhawatiran tentang tanggung jawab besar menyelip di benaknya, pundak dengan mantap menerima tawaran tersebut.
Dengan tekad yang kuat, pundak bersiap memimpin dan mengorganisir kegiatan tersebut. Suasana kelas yang semula riuh berubah menjadi penuh antusiasme, diwarnai dengan ketertiban dan semangat kolaboratif. Rintik hujan yang terus mengguyur memberikan nuansa khusus pada momen tersebut.
Pundak sadar bahwa pundaknya menjadi pijakan bagi rekan-rekan sekelasnya. Ia merangkul tanggung jawab dengan penuh hormat terhadap kepercayaan yang diberikan oleh teman-teman dan guru. Meski rasa khawatir masih menghantuinya, pundak memilih untuk melihatnya sebagai tantangan yang dapat diatasi bersama.
Seiring berjalannya waktu, pundak terus bekerja keras dan berkumpul dengan teman-temannya untuk merencanakan pementasan yang akan menjadi sorotan semester genap ini. Proses tersebut bukan hanya tentang pembuatan pertunjukan, melainkan juga tentang tumbuh bersama sebagai tim dan memahami arti sebenarnya dari tanggung jawab.
Hujan yang terus merintik di luar jendela kelas menjadi saksi bisu semangat dan komitmen pundak serta teman-temannya dalam menjalani perjalanan P5 ini. Mereka menyadari bahwa di pundak mereka terletak kesempatan untuk menciptakan pengalaman berharga dan memahami makna sebenarnya dari kebersamaan dalam sebuah proyek.
"Pundak, bantu aku kerjain ini dong."
"Pundak, ini gimana ya cara kerjain nya."
"Pundak, aku tidak tahu caranya."
ucap teman temannya yang meminta tolong.
Pundak menjalankan tugas-tugas dengan sigap, menghandle semua pekerjaan yang ada. Namun, konflik muncul ketika teman-temannya terlihat malas mengerjakan tugas, melemparkan semua tanggung jawab pada pundak.
Hingga suatu ketika, suasana panas tercipta karena keengganan anak-anak untuk bekerja dan sikap egois masing-masing, yang menyebabkan adu mulut besar. Pundak merasa gagal sebagai ketua yang seharusnya memimpin dengan baik.
Setelah kejadian itu, pundak mulai mudah lelah, stres, banyak diam, merenung, bahkan hingga sakit beberapa kali karena terlalu memikirkan P5, sehingga lupa menjaga diri sendiri seperti makan, mandi, tidur, dan sebagainya. Meskipun kondisi fisiknya tidak prima, pundak tetap kumpul dan memaksakan diri untuk mengerjakan semua tugas yang ada.