Penolakan atas izin pengeboran minyak ini terjadi karena adanya ancaman emisi karbon, meningkatkan krisis iklim, dan ancaman hancurnya habitat spesies asli Arktik dan mengubah pola migrasi hewa termasuk di dalamnya beruang kutub, anjing laut, dan karibu. Juga dari proses pengolahan minyak akan menghasilkan 9.2 juta metrik ton polusi karbon yang dapat menghangatkan planet dan setara dengan menambah 2 juta mobil di dunia. Hal ini sangat bertentangan dengan janji kampanye yang dilakukan Biden untuk memerangi perubahan iklim serta mengakhiri pengeboran lahan pada wilayah publik.
Disetujuinya pengeboran yang akan mengancam iklim dunia ini sulit untuk dihentikan, tekanan politik pada pemerintahan juga sangat kuat untuk memperkuat punggung ekonomi negara namun tak dapat dipungkiri bahwa tindakan manusia tersebut lambat laun juga akan memusnahkan alam dan bumi seisinya.
Mempertimbangkan dampak ekonomi dan lingkungan global yang akan mengancam satwa bahkan manusia itu sendiri dalam Willow Project ini dapat dikatakan bahwa perlindungan dan keselamatan umat manusia dan makhluk hidup lebih utama. Secara ekonomi mungkin Amerika Serikat gagal mendapatkan keuntungan dan kekuatan perekonomian negaranya karena batalnya pengeboran. Namun keberadaan umat manusia dan makhluk hidup jauh lebih utama khususnya untuk masa depan generasi penerus.
Organisasi dunia seperti PBB juga harus menindak karena adanya ancaman internasional atas aktivitas yang dilakukan oleh Amerika Serikat demi meraih keuntungan bagi negaranya dengan mengorbankan masa depan bumi dan manusia. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres menentang investasi baru pada energi karbon dimanapun karbon tersebut dihasilkan termasuk Amerika Serikat, teluk dll. Lalu kemudian pada hari Senin, 13 Maret 2023 lalu Departemen Dalam Negeri AS memberikan lampu hijau untuk tiga dari lima lokasi pengeboran untuk dapat dijalankan meski suara penolakan lebih besar atas dasar kekhawatiran perubahan iklim. Pemberlakuan sanksi, denda, atau hukuman terhadap Amerika Serikat dari organisasi dunia setidaknya akan dapat membantu mengupayakan memberhentikan proyek.
Di sisi lain karena faktor kekuatan Amerika Serikat yang jauh lebih baik, baik dari sisi pertahanan, militer, dan perekonomian maka posisi Amerika Serikat sedikit banyak akan sulit untuk dikontrol oleh negara bahkan organisasi besar dunia seperti PBB. Pada dasarnya Amerika Serikat sendiri juga merupakan penyumbang dana terbesar di PBB yang nilainya kurang lebih sebesar 25% sedangkan negara berkembang lain hanya sebesar 0.01%.Â
Lalu adanya hak veto yang dimiliki Amerika mampu memveto keputusan dari Dewan Keamanan PBB yang sekiranya merugikan kepentingan negaranya. Banyak sistem dan regulasi yang sebenarnya masih perlu dibenahi dalam perpolitikan di dunia. Dapat dilihat bahwa kekuatan atau power negara sangat berpengaruh. Jika Dewan Keamanan saja tidak berdaya apalah daya dari suara warga dunia.Â
Bahkan apabila negara yang berkerja sama dengan Amerika memutuskan untuk memberi sanksi pada Amerika hal itu justru dapat berujung merugikan negara mereka sendiri. Amerika dapat dikatakan telah memegang kendali atas regulasi dan perputaran yang ada di dunia bahkan PBB juga tidak dapat banyak berkutik karena power yang dimilikinya (Revelina, 2014)
Oleh karena itu suara publik belum jua didengar namun konsistensi untuk melawan Proyek Willow dan juga kesadaran diri akan dampak yang akan ditimbulkan diharapkan mampu memberhentikan aktivitas negara Amerika Serikat yang mana dapat mengubah iklim dunia secara global. Karena pada dasarnya proyek yang dilakukan Amerika Serikat tidak hanya akan berdampak pada wilayah di Alaska saja namun juga negara, dunia, dan seluruh makhluk hidup di muka bumi.
Change.org. (2023). Stop the willow project. https://www.change.org/p/stop-the-willow-project-90614d72-92eb-414f-a9cd-c608cf247bbe.
Revelina, D. (2014). Dominasi Amerika di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). https://www.kompasiana.com/dhoraemon/54f7ca0ba33311bc208b49a8/dominasi-amerika-di-perserikatan-bangsabangsa-pbb.
Â