Selain peran aktif dari para pemuda di Sidoarjo, pelestarian Reog Cemandi ini juga harus dilakukan oleh pemerintah kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan fakta yang terlihat di lapangan, Reog Cemandi jarang sekali ditampilkan pada acara-acara yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten Sidoarjo. Bahkan pada acara karnaval pada hari jadi kabupaten Sidoarjo pun Reog Cemandi tidak ditampilkan. Ini sangat disayangkan, ketika acara seramai itu kesenian khas Sidoarjo malah tidak ditampilkan.
Menurut saya, pemerintah kabupaten Sidoarjo harus bisa mendongkrak popularitas Reog Cemandi dengan cara sering menampilkan kesenian tersebut pada acara-acara tertentu sehingga masyarakat Sidoarjo mengenal Reog Cemandi. Karena banyak warga Sidoarjo sendiri yang tidak tahu bagaimana pertunjukkan Reog Cemandi itu. Malah mereka lebih tahu pertunjukkan Reog Ponorogo yang notabene bukan kesenian khas Sidoarjo.
Kemudian menurut saya pemerintah kabupaten Sidoarjo juga harus berperan dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat Sidoarjo terutama generasi muda agar mau melestarikan Reog Cemandi. Cara yang dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran bermacam-macam seperti menganjurkan sekolah-sekolah agar ada ekstrakulikuler latihan memainkan Reog Cemandi, mengadakan lomba memainkan Reog Cemandi, mengadakan lomba membuat topeng Reog Cemandi, mengadakan lomba melukis topeng Reog Cemandi, dan lain sebagainya. Dengan begitu Reog Cemandi bisa terekspos dan bisa menjadi bahan pemberitaan media. Hal ini dapat menumbuhkan rasa kebanggaan tersendiri masyarakat Sidoarjo terhadap Reog Cemandi, dan tentunya hal ini pun juga akan munculkan kesadaran untuk melestarikanya.
Cara berikutnya yang dapat dilakukan oleh pemerintah kabupaten Sidoarjo untuk melestarikan Reog Cemandi menurut saya adalah melalui pertukaran budaya. Tentunya setiap daerah pernah diundang untuk menampilkan kesenian khas daerahnya entah itu di dalam negeri maupun luar negeri. Berdasarkan sumber yang ada, Sidoarjo sendiri pernah diundang dalam ajang pertukaran budaya internasional di kota kembar Jinan, Provinsi Shandong, China, 21-23 September 2012 silam. Tetapi pada saat itu Sidoarjo menampilkan tarian khas Jawa Timur yaitu Remo. Menurut saya ini itu adalah event yang sangat menarik karena bertaraf internasional namun sayangya Sidoarjo tidak menampilkan kesenian khas daerahanya sendiri yaitu Reog Cemandi. Oleh karena itu saya berharap pemerintah kabupaten Sidoarjo jika mendapat undangan dalam ajang pertukaran budaya harus menampilkan kesenian khas daerahnya sendiri seperti Reog Cemandi ini agar bisa dikenal oleh masyarakat luas. Melalui pertukaran budaya baik dalam negeri maupun luar negeri ini dapat tercipta kerja sama yang saling menguntungkan dalam bidang kebudayaan. Maka dari itu pertukaran budaya ini harus dimaksimalkan betul oleh pemerintah kabupaten Sidoarjo untuk mendongkrak popularitas kesenian khas sidoarjo seperti Reog Cemandi.
Upaya melindungi kepunahan Reog Cemandi pada dasarnya bukan tugas individu maupun kelompok tertentu, namun tugas semua masyarakat Sidoarjo terutama generasi muda. Generasi muda adalah harapan masa depan bangsa, calon pemimpin masa depan, oleh karena itu di pundak generasi muda lah nasib suatu bangsa dipertaruhkan. Suatu bangsa apabila generasi mudanya memiliki kualitas yang unggul dan semangat kuat untuk memajukan budaya daerah yang didasari dengan keimanan dan akhlak mulia, maka bangsa itu akan besar. Mari bergandeng tangan dalam kobaran semangat menjaga dan melestarikan warisan budaya Indonesia.
REFERENSI
Dwiyani, N. A. (2017). Kesenian Reog Cemandi di Kabupaten Sidoarjo Tahun 2000-2015. AVATARA-e-Journal Pendidikan Sejarah , 5(1), 1432-1442.
Kustopo. (2010). Mengenal Kesenian Nasional 5 : Reog. Semarang: PT. Bengawan Ilmu.
Nurcahyo, H. (2010). Potensi Kesenian Sidoarjo . Sidoarjo: Dewan Kesenian Sidoarjo.
Pradita, V. E. (2013). Reog Cemandi di Desa Cemandi Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo : Kajian Koreografis. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya .