"Ibu tidak bisa mendapatkan kekerasan seperti ini terus. Laporkan saja, Bu."
"Aku nunut suami. Membuka aib suami sama saja dengan membuka aibku sendiri toh?"
Perempuan penyeka air mata itu angkat bicara," Masalah harus didudukkan pada tempatnya, Bu. Ibu nunut pada Imam yang memang layak menjadi Imam? Laporkan saja Bu tindak kekerasan ini."
Semakin lama perempuan itu semakin menikmati kekerasan pada dirinya. Ia bahkan menangis,ketika tak merasakannya sehari saja.
Tetapi, hari itu akhirnya ia bertekad membuat laporan.
"Nama Ibu?"
"Nashatra."
"Masih jadi konselor KDRT,Bu?"
Tersenyum ia menjawab," Iya masih sampai bulan ini. Bulan depan cuti."
"Silahkan diperiksa oleh petugas kami di sana. Oya, Ibu dapat giliran nomor tiga. Sekitar dua jam lagi. Dokter sedang ada tindakan bedah sesar."
Suara dalam hati berbisik,"Ayo Nak,tendang lagi. Biar Ummi bisa lapor pada dokter,betapa aktifnya dirimu." Dan perempuan itu kembali menyeka airmata haru.