Mohon tunggu...
Natasya Risma
Natasya Risma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa DKV ISI Yogyakarta tahun 2021

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Analisis Semiotika Roland Barthes Terhadap Kijing Makam Ki Hajar Dewantara

10 Desember 2024   23:02 Diperbarui: 10 Desember 2024   23:07 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tabel 3. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Makam Ki Hajar Dewantara

Berdasarkan data dari hasil survey lapangan yang dilakukan pada kijing Ki Hajar Dewantara, terdapat sejumlah komponen semiotika yang ditemukan. Berikut ini merupakan analisis semiotika berdasarkan teori semiotika Roland Barthes yang dilakukan dengan pemaknaan aspek denotasi dan konotasi.

Tabel 1. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Makam Ki Hajar Dewantara.
Tabel 1. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Makam Ki Hajar Dewantara.

Suwardi Suryaningrat memilih menggunakan nama Ki Hajar Dewantara di saat umurnya yang ke-40 tahun. Pergantian nama ini merupakan bentuk Ki Hajar Dewantara untuk lebih dekat dengan masyarakat. Gelar “Ki” pada nama tersebut merupakan gelar untuk guru laki-laki (yang menjadi panutan) pada Lembaga Tamansiswa. Di dalam Lembaga Tamansiswa “Ki” dan “Nyi” merupakan gelar untuk guru yang menjadi panutan (BPCB Prov. D.I. Yogyakarta, 2020). Penulisan gelar “Ki” pada ukiran nama tersebut menjadi simbol maskulinitas untuk kijing tersebut. Hal ini menunjukkan penerapan pada nilai sila estetika kelima, tentang maskulinitas dan feminitas. Ukiran merupakan karya seni kriya yang lebih mengutamakan keindahan. Motif ukiran sendiri biasanya terinspirasi dari beberapa faktor, diantaranya  lingkungan hidup, flora, dan fauna yang memiliki daya tarik tersendiri (Kasanah U. Naam F.M.,2024). 

Tabel 2. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Makam Ki Hajar Dewantara.
Tabel 2. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Makam Ki Hajar Dewantara.

 

Tabel 3. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Makam Ki Hajar Dewantara
Tabel 3. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Makam Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara merupakan salah satu pendiri Lembaga Tamansiswa. Pemberian lambang pada batu nisan makam Ki Hajar Dewantara merupakan bentuk penghormatan untuk Ki Hajar Dewantara dari Lembaga Tamansiswa. Secara keseluruhan lambang Cakra Garuda memiliki makna “perjuangan Lembaga Tamansiswa dalam mendidik anak didik dan masyarakat secara dinamis dalam mewujudkan masyarakat yang tertib, damai dan salam bahagia” (Sunardi, 2020). Cakra sendiri dalam filosofi masyarakat Jawa memiliki arti hidup adalah roda berputar (Pratiwi D., 2016). Sedangkan garuda dalam cerita Garudeya adalah sosok pemberantas keburukan ( Widayat,  2004:17).

Tabel 4. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Makam Ki Hajar Dewantara
Tabel 4. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Makam Ki Hajar Dewantara

 

Tabel 5. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Makam Ki Hajar Dewantara
Tabel 5. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Makam Ki Hajar Dewantara

 

Tabel 6. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Makam Ki Hajar Dewantara 
Tabel 6. Analisis Semiotika Roland Barthes pada Makam Ki Hajar Dewantara 

Ketiga tanda di atas termasuk dalam cakra kembang. Dalam cerita pewayangan cakra kembang sendiri adalah senjata milik batara kresna yang berguna untuk mencari kesaktian (Randiyo, 2023). Menurut Lembaga Tamansiswa, cakra kembang diasosiasikan sebagai pendidikan. Pendidikan diibaratkan sebagai senjata pamungkas untuk melenyapkan segala penghambat perjuangan (Sunardi, 2020). Cakra kembang dilengkapi delapan trisula yang melambangkan delapan mata angin yang berarti hidup kemanusiaan (universal). Bunga wijaya kusuma yang terdapat di tengah delapan trisula, juga melambangkan kemenangan anak didik dalam mencapai cita-cita (Trisharsiwi, et al., 2020). 

Perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam mendirikan Lembaga Tamansiswa sebagai sebuah lembaga pendidikan, menjadikan beliau sebagai tokoh nasional paling berpengaruh di Indonesia. Bentuk penghormatan dari Lembaga Tamansiswa pada Ki Hajar Dewantara berupa pemberian lambang Lembaga Tamansiswa, yaitu Cakra Garuda dan cakra kembang pada bagian nisan ini menunjukkan penggunaan sila estetika ketiga, yaitu tentang simbol. Hal ini menunjukkan desain kijing makam beliau erat kaitannya dengan simbolisme perjuangan beliau semasa hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun