Awal kehidupanku berubah semenjak masuk masa SMA. Sejak SMP aku punya keinginan untuk merantau ketika sudah SMA, di benakku merantau itu menyenangkan bahkan aku tidak sabar untuk bersekolah di Jogja. Suatu hari aku bercerita ke teman-teman kalau aku mau bersekolah di JogjaÂ
"Guys nanti sa SMA di Jogja sekalian belajar merantau, kam nanti SMA di mana??"Â
sa pu teman menjawab"kalo sa bakalan tetap sekolah di sini sa tidak mau merantau, pasti berat rasanya berjauhan dengan orang tua"Â
Sa yang tidak terlalu setuju dengan de punya pendapat pun langsung menjawabÂ
"Merantau itu seru, lagi pula sambil mencari pengalaman baru toh".Â
    Setelah pembicaraan beberapa bulan yang lalu itu selesai baru kali ini aku menyadari bahwa perkataanku benar-benar salah. Rasanya aku mau menarik perkataanku lagi karena sudah mengatakan bahwa merantau itu seru. Sampai saat itu pun tiba, awal dari semua huru-hara dalam hidupku bertambah. Semenjak masuk asrama dan berada di sekolah baru aku merasakan banyak hal yang ternyata tidak berjalan sesuai dengan sa punya ekspektasi. Andai aku bisa memutar waktu aku pasti memilih untuk sekolah di tempat tinggalku dari pada bersekolah di Jogja.
   Setiap hari ada saja konflik yang menemani hari-hariku, rasanya ini adalah ujian yang di berikan dari Tuhan untuk saya supaya saya dapat menjadi orang yang sabar. Namun, kenyataan nya setiap masalah yang menimpa saya selalu membuatku kepikiran dan rasanya membuat saya selalu stress untuk memikirkan hal hal itu, sampai saya tidak fokus pada tujuan awalku merantau di sini. Sa sudah berjanji pada saya punya diri sendiri kalau ada masalah yang terjadi dan masalah itu sepele saya tidak perlu memikirkannya namun semua itu hanyalah perkataan nyatanya saya tidak bisa untuk tidak memikirkan itu semua.. Perkataan orang-orang di sekitarku selalu membuat mental saya jatuh, sampai pada akhirnya saya mencurahkan semua keluh-kesahku pada mama.
 Saat sedang Video Call sa bilangÂ
"Mami.. Sa mau pulang.. Sa tidak betah di sini Mami, rasanya sa macam mau pulang ke Papua baru temani Mami.."Â
Sa punya mama  yang mendengar hal itu pun berkata "Nak, memang di situ kau lagi ada masalah apa?? coba ceritakan dulu semuanya ke Mami"
 Lalu sa ceritakan semua keluh kesah ku kepada sa punya mama, Mama yang mendengar hal tersebut pun hanya terdiam dengan menunjukkan raut muka yang khawatir.
 Mama pun berkata "Nak percayalah segala sesuatu yang terjadi pasti karena suatu alasan"Â
Saya yang mendengar hal tersebut hanya termenung, lalu meminta mama untuk mematikan telfon.
  Setelah bertelfonan dengan mama, saya renungkan kembali perkataan mama tentang "Segala sesuatu yang terjadi pasti karena suatu alasan". Semenjak mendengar perkataan dari sa mama, saya merasa harus bangkit dari kesedihanku yang beralut-ralut itu dan pada akhirnya sa bangkit dari luka luka masa laluku itu dan mulai bersyukur dengan segala hal yang terjadi di kehidupanku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H