Di era saat ini, masih banyak ditemui budaya senioritas yang ada di Indonesia, tentunya di lingkungan sekolah. Bagaimana orang bisa di katakan senioritas? Senioritas adalah suatu pandangan status atau tingkatan dari faktor usia atau dari wewenang yang dimilikinya [1]. Kata senioritas sudah tidak asing lagi untuk didengar di kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan masyarakat maupun lingkungan sekolah. Budaya senioritas di era saat ini dianggap lebih mengarah pada perilaku yang negatif. Dengan maraknya berita saat ini terkait dengan penganiayaan, kekerasan dan pembullyan kepada junior atau adik kelasnya oleh seniornya atau kakak kelasnya sendiri di lingkungan sekolah yang berakibat fatal hingga tewas dapat dikatakan sebagai senioritas.
Adanya respon dari lingkungan sekitar juga berpengaruh pada penerapan budaya senioritas ini, jika beberapa siswa dapat merespon dengan baik dengan adanya budaya senioritas di lingkungan sekolah mereka akan merasa lebih aman dan nyaman karena menghadapi adanya budaya senioritas ini dengan menerapkan pengalaman belajar yang baik dan menjaga komunikasi yang sopan dan santun [2]. Akan tetapi, jika beberapa siswa memiliki respon yang sebaliknya yaitu tidak menunjukkan sikap atau perilaku yang baik kepada seniornya akan menimbulkan perilaku kekerasan atau bullying yang menjadi bentuk negatif budaya senioritas. Hal ini lah, yang menjadi timbulnya kekerasan di lingkungan sekolah karena adanya sikap menyinggung perasaan senior dan sikap yang tidak sopan, bahkan sikap ‘sok’ jagoan. Tidak dipungkiri juga budaya senioritas ini terkadang menjadi sebuah tradisi wewenang kepada oknum yang merasa memiliki kekuasaan lebih atas lingkungan disekitarnya. Dijadikan bahan becandaan untuk menjadi merasa senang atas apa yang diperbuat.
Dampak bagi korban dari adanya senioritas kekerasan dan bullying adalah menjadi merasa tertekan, mengurung diri, trauma, dsb karena perlakuan yang didapatkan dari pelaku oknum buaya senioritas. Begitu juga dampak bagi pelaku yaitu semakin merasa berwibawa memiliki wewenang dan mendapatkan kepuasan dari tindakan kekerasan atau bullying tersebut. Kepercayaan diri akan luntur karena adanya penerapan budaya senioritas yang negatif.
Oleh karena itu, untuk meghindari adanya budaya senioritas yaitu memiliki pikiran yang tenang, tidak terpancing emosi. Di dukung juga dengan peran orangtua dalam mendidik anak-anaknya menjadi orang yang memiliki kepribadian yang kuat dan tahan terhadap energi negatif. Tidak lupa juga untuk memiliki sikap yang rendah hati, tidak sombong, menjalin hubungan dengan senior atau siapapun dengan baik, komunikasi yang baik dan sopan santun dan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara junior dan senior. Dan juga peran dari lingkungan sekolahl untuk selalu memberikan edukasi bahkan pengawasan kepada siswa/i nya dengan adanya budaya senioritas ini.
REFERENSI
[1]“Budaya Senioritas di Indonesia, Dampak dan Cara Menghadapinya - NOICE.” https://www.noice.id/info-terbaru/dampak-budaya-senioritas/ (accessed May 17, 2024).
[2]N. Safitri and H. Mugiarso, “Pengaruh Budaya Senioritas terhadap Kepercayaan Diri Siswa,” Bull. Couns. Psychother., vol. 4, no. 1, pp. 1–11, 2022, doi: 10.51214/bocp.v4i1.124.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H