Narasumber kedua yaitu FC (24) yang merupakan videografer. FC berpendapat bahwa film ini menarik baginya terutama karena dirinya sebagai umat nasrani, FC merasa bisa jauh lebih mengerti kisah perjalanan sejarah bukan hanya tokoh Yesus tetapi juga sejarah bangsa Romawi.Â
Hal ini juga dapat menambah pemahamannya tentang kotornya politik saat itu, kotornya hukum yang ada di sana, dan pola pikir masyarakat yang benar-benar egois. Menurutnya, film ini tidak hanya menjadi ajang entertainment semata saja tetapi menjadi sarana refleksi bagi iman-iman masyarakat nasrani karena berhasil menggetarkan hati penontonnya.Â
Narasumber ketiga yaitu RE (25) yang merupakan seorang wirausahawan. RE berpendapat bahwa film ini sangat powerful lewat penggambaran emosi yang baik berkat akting para aktornya. Walaupun banyak scene yang terkesan dilebih-lebihkan dan terasa sadis, namun pesan yang ingin disampaikan dapat dengan baik diterima oleh penonton.Â
Menurutnya, sutradara film ini ingin menunjukkan sekaligus menyadarkan manusia akan penderitaan Yesus demi menebus dosa umatnya. Jadi, dengan adanya film ini bisa menjadi refleksi akan besarnya pengorbanan Yesus demi umatnya.
Daftar Pustaka
Brown, dkk. (2007). Audience Responses to The Passion of the Christ. Journal of Media and Religion, 6(2), 87-107.
Dwita, D. & Sommaliagustina, D. (2018). Interpretasi Feminisme: Analisis Resepsi Khalayak Pekanbaru tentang Film 'Kartini'. Jurnal Perspektif Komunikasi, 2(2).
KapanLagi.com. (2004). 'THE PASSION OF THE CHRIST': 12 Jam Saat Terakhir Yesus yang Penuh Darah. Diakses melalui https://www.kapanlagi.com/film/internasional/the-passion-of-the-christ-12-jam-saat-terakhir-yesus-yang-penuh-darah.htmlÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H