Mohon tunggu...
Natasya Dewi Yolanda
Natasya Dewi Yolanda Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Balik Kontroversi Film The Passion of the Christ (2004)

13 November 2022   00:09 Diperbarui: 13 November 2022   00:44 1748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: believersportal.com

Film The Passion of the Christ menjadi salah satu film kontroversial karena dinilai terlalu sadis. Salah satu jurnalis sekaligus kritikus film, Roger Ebert berpendapat bahwa film ini salah satu film terkejam yang pernah dilihatnya. 

Penonton akan melihat adegan penderitaan Yesus yang dicambuk, dikuliti, dipukul, di remukkan tulang, jeritan kesakitan, kekejaman perwira sadis, dan juga aliran darah yang merambah setiap inci tubuh Yesus.

sumber: uk.movies.yahoo.com
sumber: uk.movies.yahoo.com

Dalam proses pembuatan film pasti akan melibatkan beribu-ribu keputusan, Gibson hampir selalu memutuskan proses kejadian tersebut dalam tingkat yang mengerikan. Terlihat dengan jelas luka-luka fisik yang sangat detail. Penyiksaan yang digambarkan ini terjadi terus menerus membuat penonton ikut merasakan kesakitan yang tak kunjung usai. 

Film ini menjadi salah satu cara Gibson untuk mengkomunikasikan gagasannya. Gibson ingin orang memahami kedalaman apa yang dilakukan Yesus. Tetapi, hal ini justru memunculkan kritik-kritik yang menilai film ini merupakan anti-Yahudi. 

Sebelum film ini resmi ditayangkan, beberapa kelompok Yahudi dan cendekiawan mencela film tersebut dan menyebutnya sebagai film anti-semit (Brown, dkk, 2007: 93). 

Seorang direktur nasional Liga Anti-Pencemaran Nama Baik Yahudi, Abraham H. Foxman menyatakan bahwa mereka sangat prihatin dengan film tersebut, karena akan menyulut kebencian, kefanatikan, dan anti-semitisme. 

sumber: slashfilm.com
sumber: slashfilm.com

Bagaimana Khalayak Memaknai Pesan yang Ingin disampaikan?

Narasumber pertama yaitu MC (20) yang merupakan mahasiswa jurusan hubungan internasional. MC berpendapat bahwa sebenarnya terkait dengan sadistic yang digambarkan pada film ini merupakan upaya sutradara untuk menunjukkan bagaimana sengsaranya Yesus untuk menebus dosa manusia. Selain itu juga menunjukkan sifat egoisnya Herodes yang menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kedudukannya. 

Banyak orang yang menilai film ini terlalu dilebih-lebihkan, tetapi menurut MC itu karena kita sebagai manusia tidak punya saksi hidup atau documentary yang bisa menjelaskan dengan detail kejadian tersebut. Jadi, film ini sebenarnya hanya ingin menunjukkan bagaimana kisah sengsara Yesus menjelang wafatnya di kayu salib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun