Mohon tunggu...
Natasya Calista Wijaya
Natasya Calista Wijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bagaimana Cara Kita Menghadapi 'Si Pencari Sensasi'?

5 Januari 2022   01:10 Diperbarui: 21 Februari 2024   11:21 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis : Castrella, Natasya Calista Wijaya, dan Laila Meiliyandrie Indah Wardani

Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana

"Kaum behavioris memajukan pandangan bahwa apa yang oleh para psikolog sampai sekarang disebut pikiran tidak lain adalah berbicara kepada diri kita sendiri." - John B. Watson

Untuk mengurangi perilaku negatif seseorang, kita dapat menggunakan teori behaviorisme. Teori Behaviorisme menekankan perubahan perilaku berdasarkan prinsip stimulus dan respon (Malone, 2017). John B. Watson merupakan tokoh yang berpengaruh dalam teori behaviorisme. 

Penganut aliran behaviorisme ini percaya bahwa perilaku selalu diawali dengan adanya rangsang (stimulus) dan diikuti oleh suatu reaksi (respons) terhadap rangsang tersebut. 

Behaviorisme adalah cara untuk memperlakukan seluruh materi pelajaran psikologi sebagai aktivitas, atau perilaku (Malone, 2017). Menurut Asfar (2019), salah satu konsep utama aliran behaviorisme yaitu objek penelitian psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.

Konsep Extinction

Di dalam teori behaviorisme terdapat salah satu konsep yang bernama konsep extinction. Menurut Cherry (2021), konsep extinction mengacu pada melemahnya respons terkondisi secara bertahap yang mengakibatkan suatu perilaku menurun atau menghilang. Dengan kata lain, perilaku terkondisi akhirnya berhenti. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi seberapa tahan suatu perilaku terhadap extinction. 

Kekuatan pengkondisian dapat memainkan peran penting. Semakin lama pengkondisian berlangsung dan besarnya respons terkondisi dapat membuat respons lebih tahan terhadap pemadaman. Menurut Li (2021), extinction dalam psikologi mengacu pada memudar dan menghilangnya perilaku yang sebelumnya dipelajari melalui asosiasi dengan peristiwa lain. Hal ini berarti respons terkondisi melemah dan perilaku target akhirnya berhenti dan punah. Hal ini biasanya dicapai dengan menarik stimulus yang tidak terkondisi.

Konsep extinction adalah salah satu konsep yang ada dalam teori behaviorisme yang bertujuan untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Untuk mengurangi perilaku negatif seseorang, dapat menggunakan konsep extinction. Karena semakin individu tersebut merasa diperhatikan, semakin banyak perilaku negatif yang akan individu tersebut tunjukkan. Oleh karena itu, kita dapat mengabaikan perilaku negatif individu tersebut. Dan kita hanya akan memperhatikan individu tersebut apabila individu tersebut berperilaku positif.

Bagaimana Cara Kita Menghadapi 'Si Pencari Sensasi'?

'Si Pencari Sensasi' merupakan seseorang yang berperilaku negatif di sosial media untuk mencari sensasi. Like yang diberikan pada YouTube dan TikTok, dan juga love yang diberikan pada Instagram menciptakan seseorang menjadi tergila-gila untuk memperoleh nya. Jika ia memperoleh banyak, ia akan senang dan sebaliknya jika ia memperoleh sedikit, ia merasa sedih dan kecewa. 

Love dan like merupakan stimulus, dan perasaan bahagia atau kepuasan yang muncul setelah kita mendapatkan love dan like tersebut merupakan bentuk respon. Love dan like yang semakin sering kita dapatkan karena kita sering memposting sesuatu, tanpa disadari membuat kita semakin berisiko untuk menjadi seseorang yang mendambakan pengakuan atau validasi dari orang lain. 

Popularitas yang meningkat melalui sensasi merupakan hal yang biasa untuk sebagian orang saat ini dan terkadang sensasi cenderung memberikan hal-hal negatif atau buruk di masyarakat kepada mereka yang tidak mengerti bagaimana cara memaknainya. Kita sekarang hidup di era global dan digital di mana informasi apa pun dapat disebarluaskan dengan cepat. Hampir setiap hari di Indonesia dan juga di seluruh dunia, hal-hal baru atau sehari-hari bermunculan yang kita sebut trending topik mulai dari gaya hidup, fashion atau teknologi. 

Ketika kita mencari dan menemukan kemunculan trending topik, hal tersebut muncul karena sensasinya. Kita sering menemukan sesuatu atau seseorang yang muncul karena sensasinya, entah di media sosial atau di televisi. Sesuatu yang ditampilkan bukanlah sebuah prestasi melainkan hal yang memalukan. Sebagian orang melakukan hal ini karena hanya ingin cepat terkenal. Hal yang diberikan pun belum tentu bermanfaat dan disukai oleh orang lain, terkadang justru dapat membuat seseorang merasa malu dan bahkan terkesan seperti lelucon yang tidak ada gunanya.

Walaupun tidak jarang juga orang-orang yang tampil dengan prestasinya. Tampil dengan prestasi artinya tampil dengan sesuai fakta, bukan untuk mendapatkan kepopuleran dan menganggap dirinya yang terhebat lalu menjadi sombong. Prestasi adalah sesuatu yang dicapai melalui proses dan tahapan yang panjang serta membanggakan, dan dilalui dengan kesabaran sepanjang prosesnya. Selain itu, melakukan sesuatu yang bermanfaat, berguna, dan bermakna bagi orang lain tanpa memiliki maksud negatif.

Prestasi dapat membuat individu menjadi pribadi yang sukses di berbagai hal. Dan diperoleh melalui proses yang tak mudah, melewati banyak rintangan, hambatan, dan tantangan dalam prosesnya. Namun, justru hal tersebut yang mengajarkan kita untuk terus berjuang dan melakukan banyak hal yang bermanfaat bagi orang lain. Siapa saja dapat menjadi individu yang berprestasi, bahkan seseorang yang memiliki keterbatasan juga dapat menjadi seseorang yang berprestasi.

Dengan demikian, semua tergantung dengan masing-masing individu, apakah ingin memilih cara yang instan namun penuh kontroversi atau memilih jalan yang penuh rintangan dan hambatan namun membuahkan prestasi yang bermanfaat dan bermakna bagi orang lain. Hal inilah yang harus disadari.

Cara kita menghadapi 'Si Pencari Sensasi' yaitu kita sebagai netizen seharusnya tidak memberikan perhatian kepada orang tersebut, sebaiknya kita mengabaikan orang tersebut. Karena semakin orang tersebut merasa diperhatikan, maka orang tersebut akan semakin menunjukan perilaku negatifnya. 

Tentu saja kita pasti tidak ingin jika dunia entertainment Indonesia dipenuhi dengan orang-orang yang tidak memberikan dampak positif namun justru memberikan dampak negatif kepada para penontonnya. Maka dari itu, marilah kita belajar untuk mengabaikan orang-orang yang memberikan dampak negatif bagi kita.

Setelah membaca artikel ini dan mengenal lebih jauh mengenai 'Si Pencari Sensasi'. Menurut Anda, apakah Anda termasuk 'Si Pencari Sensasi'?

Referensi:

Asfar, A. M. Irfan T. A. & Andi Muhammad Iqbal. (2019). TEORI BEHAVIORISME (Theory of Behaviorism). Researchgate, February, 0--32. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.34507.44324

Cherry, K. (2021). How Extinction Is Defined in Psychology. https://www.verywellmind.com/what-is-extinction-2795176

Li, P. (2021). What is Extinction -- Psychology. parentingforbrain.com. https://www.parentingforbrain.com/extinction-psychology/

Malone, J. C. (2017). John B. Watson. Spring Encyclopedia of Animal Cognition and Behavior, January.

Reese, H. W. (2013). Influences of John B. Watson's behaviorism on child psychology. Revista Mexicana de Analisis de La Conducta, 39(2), 48--80. https://doi.org/10.5514/rmac.v39.i2.63918

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun