1
Merupakan hal yang biasa ketika mendengar jurusan komunikasi khususnya Public Relations dipandang sebelah mata oleh masyakarat. Banyak orang mengira jurusan atau bahkan profesi ini sangat mudah untuk dijalani karena hanya bermodalkan bicara dan menulis semata.
Namun hal ini dibantah oleh dua profesional pada bidang ini yakni Bapak Moch. N. Kurniawan dan Ibu Henny Puspitasari dalam acara "Perhumas Roadshow to Campus". Bertemakan Peran PR & Media Bertahan di Era Revolusi Industri 4.0, acara yang diadakan oleh jurusan komunikasi President University pada 25 Juni 2019 ini memberi pengertian mengenai betapa besarnya tanggung jawab seorang PR.
Berikut 5 fakta menjadi seorang PRÂ yang tidak bisa diremehkan :
1. Tidak akan digantikan oleh robot!
 Anathasia Citra, salah satu dosen komunikasi President University yang juga menjadi moderator dalam acara tersebut mengungkapkan "Kalau ada perubahan, pasti ada yang tersingkirkan. Tapi sekarang kita bicara bagaimana untuk bertahan. Adapt or die.".
Uniknya, Bapak Kurniawan menjelaskan bahwa walaupun ada revolusi industri 4.0, profesi ini tidak akan lenyap.
"Apakah robot punya sense untuk menulis yang bagus atau mengambil foto yang baik?", ungkapnya.
Jadi sampai kapanpun, PRÂ akan selalu dibutuhkan tanpa memandang perkembangan jaman. Yang terpenting adalah seorang public relations harus terus beradaptasi sesuai jaman untuk mengetahui strategi dan taktik yang tepat untuk digunakan.
2. Dari Nobody menjadi Somebody (atau sebaliknya)
Di era ini, sosial media adalah salah satu stakeholder utama dari PR. Seseorang bisa berubah dari tidak dikenal menjadi sangat dikenal dan dapat pula menyalurkan suara atau memberi tanggapan langsung menggunakan sosial media. Disinilah kekuatan PRÂ terletak, lewat tulisan atau hanya sebuah foto, sebuah reputasi pribadi atau perusahaan yang menaunginya akan dipertaruhkan. Maka dari itu, seorang PRÂ diwajibkan untuk menguasai sosial media secara detail.
3. Punya Dampak Yang Sangat Besar
Selain menjaga reputasi, seorang PRÂ juga harus mendapat trust dari masyarakat. Sehingga praktisi PRÂ dituntut mempunyai perilaku, koneksi, dan memberi dampak positif terhadap sekitarnya. Tanpa hal tersebut, praktisi dapat dikatakan gagal dalam menjalani profesinya.
Â
"Impact itu berkontribusi untuk kebaikan stakeholdersnya.", jelas Pak Kurniawan dengan berbekal pengalaman menjadi Senior Spesialist Media Relations di INPEX MASELA, Ltd.
4. Multi-talent dan Multi-tasking
Social media monitoring, penyelesaian isu, hoax, dan krisis, merancang acara, stakeholder engagement, menulis artikel dan press release, berwawasan luas, dan juga networking merupakan sebagian kecil dari keahlian yang perlu dimiliki seorang praktisi PR. Selain itu, seorang PR juga harus memiliki jiwa pejuang, tahan banting serta bekerja cepat dan tepat dalam berbagai situasi.
5. Punya Faktor "ASK"
Tidak hanya bermodal pintar bicara dan menulis! Seorang PRÂ juga harus memiliki faktor A (Attitude), S (Skill), dan juga tentunya K (Knowledge).
Â
 "Keywordnya, PR adalah role model. Contoh bagi semua karyawan. Reputasi tidak hanya mengenai pribadi tapi juga perusahaan" jelas Ibu Henny, PR Publicity Manager Metro TV.
 Artinya, selain memiliki knowledge dan skill, seorang PR juga harus memiliki attitude yang baik karena selain menjaga nama baik perusahaan, ia juga harus menjadi contoh bagi para karyawan yang lain.
Jadi, yakin kalo PRÂ itu cuma modal ngomong dan nulis? Coba pikir lagi deh!
Â
Penulis : Natasya Aline Limarga, Melinda Stefani Yaputri
Fotografer : Melinda Stefani Yaputri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H