Mohon tunggu...
Natasya Aline Limarga
Natasya Aline Limarga Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa President University

What you believe as a truth does not mean it is true.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Semakin Merajalela, Ini 4 "Obat" Pencegahan Virus Hoax

22 Mei 2019   15:45 Diperbarui: 22 Mei 2019   19:13 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini rakyat Indonesia sedang berada di tengah gonjang-ganjing dunia politik. Pemilihan Umum 2019 yang diadakan serentak untuk menentukan Presiden dan Wakil Presiden serta wakil rakyat Indonesia terus menjadi perbincangan hangat di semua kalangan. Namun sangat disayangkan, momen ini menjadi bahan perdebatan hingga timbul kekacauan.

"Kandidat mana yang akan menang? Pasti si A, ya?"
"Kandidat B menang! Hasilnya sudah ada di berita."

Banyak asumsi yang tergiring akibat tidak adanya pengetahuan tentang penyaringan informasi ataupun kemauan untuk mencari kebenaran. Ketika ketidakbenaran tersebar, itu berati virus hoax sudah mulai bekerja. Berdasarkan tirto.id, survei yang diadakan oleh Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) membuktikan bahwa 44,3% masyarakat Indonesia menerima hoax tiap harinya dan 91,8% dari berita tersebut berbicara tentang sosial politik khususnya pemilihan kepala daerah atau pemerintah. Lebih menegangkannya lagi, 92,4% hoax tersebut tersebar luas melalui media sosial.
Sudah jelas terlihat disini bahwa hoax adalah sebuah virus. Virus ini akan terus menular dan menimbulkan penyakit yang sangat berbahaya, salah satunya penyakit kehancuran.


But, no worries, virus ini masih bisa dihentikan dengan 4 "obat" sederhana sebagai berikut:

1. Observasi sebelum membagi

Berita atau gambar yang tersebar di sosial media tidak semuanya benar. Bagaimanapun, semua orang bisa membagikan opininya secara bebas. Sebelum membagikan sesuatu, beri jeda 1 sampai 2 menit untuk memeriksa kebenarannya. Jangan bagikan sesuatu yang negatif atau yang tidak diketahui kebenarannya.

2. Batasi rasa percaya

Baik dari orang terdekat ataupun hanya sebuah tulisan atau gambar dari seseorang yang belum tentu dikenal, keduanya bisa mengecewakan. Coba beri dinding tipis saat membaca sesuatu, jangan mudah percaya dan tertipu, bisa jadi itu hanyalah opini belaka.

3. Amati sampai akhir, jangan potong bacaan

Sebuah kalimat yang tidak dibaca secara utuh akan mengubah arti, bahkan bisa mengubah sesuatu yang positif menjadi negatif dan sebaliknya. Selesaikan bacaan sampai akhir tanpa melewatkan satu kata pun, dapatkan arti yang utuh, dan jangan ubah apapun saat membagi.

4. Jangan subjektif, jadilah netral

"Itu pasti benar, si A tidak mungkin curang."
"Jelas berita ini benar, sudah dari awal saya dukung si B."

Jangan pernah percaya sesuatu karena subjeknya, bagaimanapun seseorang akan melakukan apapun untuk menggapai tujuannya. Agama, ras, ataupun jabatan tidak membuat sebuah tulisan ataupun perkataan opini menjadi suatu kebenaran.


What you believe as a truth does not mean it is true. Jadilah rakyat yang cerdas, bijak, dan memegang teguh prinsip kebenaran. Setuju?


Penulis: Natasya Aline Limarga

Editor: Catleya Ayundasari

Fotografer: Adhitya Engelbert Sumual

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun