Melansir data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), kasus perundungan paling banyak dialami oleh remaja. Terlebih lagi, pada masa pandemi ini, remaja lebih rentan mengalami perundungan baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui media sosial ketika lebih banyak beraktifitas dengan gadget.
Berdasarkan Psikologi Perkembangan, remaja adalah fase-fase perkembangan yang memasuki masa transisi dari tahap kanak-kanak akhir hingga tahap dewasa awal. Dalam tahap ini, remaja sering menguji sejauh mana batasan mereka dan mencoba menemukan identitas diri dengan mempertanyakan siapa dirinya dan ingin menjadi siapa.
Oleh karena itu, untuk membantu remaja dalam memahami dirinya serta membentuk lingkungan yang positif, aman, nyaman, dan menyenangkan yang bertujuan untuk memberikan pencegahan terhadap terjadinya perundungan, diperlukan adanya sebuah perlindungan.
Program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Gelombang 01 Kelompok 19 menyelenggarakan Psikoedukasi dan Roleplay mengenai Pentingnya Membangun Personal Boundaries sebagai Tameng Pencegah Perundungan kepada Siswa-Siswi SMP Muhammadiyah 06 Dau, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Kamis (17/02). Program pengabdian ini dibimbing langsung oleh Hudaniah, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing lapang (DPL).
Kegiatan dilaksanakan dengan menyajikan analisis kasus mengenai Personal Boundaries. Siswa yang bersedia secara sukarela maju ke depan kelas untuk menampilkan perilaku apa yang akan dilakukan ketika dihadapkan pada suatu kasus akan diberikan hadiah (reward) berupa makanan ringan.
Adapun asesmen terhadap siswa dilakukan dengan menggunakan tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana gambaran besar batasan (Personal Boundaries) yang dimiliki oleh siswa saat sebelum (pre-test) dan setelah (post-test) dilakukannya Psikoedukasi dan Roleplay.
Dengan adanya program PMM ini, besar harapan agar remaja dapat membangun batasan diri yang sehat (healthy boundaries) agar mampu menetapkan batasan dan menyatakan kebutuhan mereka secara aman, sehat, dan nyaman. Mampu membangun harga diri yang lebih baik, mendapat kejelasan mengenai siapa diri, apa yang diinginkan oleh diri serta sistem nilai dan keyakinan diri. Yang terakhir mampu membantu remaja untuk meningkatkan kesehatan mental (mental health) dan kesejahteraan emosional (emotional well-being).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H