Mohon tunggu...
Natasya Adismi Putri Laksono
Natasya Adismi Putri Laksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Psikologi

Jadilah seperti bunga yang memberikan keharuman bahkan kepada tangan yang telah merusaknya. – Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Personal Boundaries sebagai Tameng: Upaya Mahasiswa PMM UMM dalam Mencegah Perundungan di Kalangan Remaja

13 Februari 2022   16:16 Diperbarui: 13 Februari 2022   16:18 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa tingkat perundungan masih tinggi di lingkungan sekolah, dimana tingkat kasusnya selalu meningkat setiap tahun. Adapun beberapa faktor yang membentuk perilaku perundungan pada remaja, diantaranya adalah faktor keluarga, teman sebaya, dan sekolah. 

Jika ketiga faktor ini berjalan dengan tidak kondusif, maka remaja akan melampiaskan gejolak emosinya secara negatif, salah satunya dengan melakukan tindakan perundungan.

Menurut salah satu Psikolog terkenal asal Jerman, Erik Erikson, perkembangan usia remaja (13 -- 21 tahun) masuk pada fase "identity vs role confussion", yang berarti bahwa remaja sedang dalam pencarian jati diri. Hal ini berkaitan dengan konsep ideal, nilai, dan kepercayaan yang membentuk karakter seseorang.

Oleh karena itu, dengan membentuk personal boundaries yang sehat, maka remaja akan lebih mudah dalam memahami diri dan membangun identitas dirinya.

Atas dasar hal tersebut, Program Pengabdian Masyarakat (PMM) oleh Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Kelompok 19 Gelombang 01 hadir untuk menyelenggarakan psikoedukasi mengenai pentingnya membangun personal boundaries (batas diri) yang sehat, sebagai salah satu pencegahan terjadinya perundungan di kalangan remaja kepada siswa-siswi SMP PGRI 01 DAU, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Sabtu (12/02). Program Pengabdian ini dilakukan secara langsung di bawah bimbingan Hudaniah, S.Psi., M.Si selaku Dosen Pembimbing Lapang (DPL).

Dokpri
Dokpri

Selain melakukan psikoedukasi, tim PMM Kelompok 19 Gelombang 01 juga melakukan roleplay dengan menyajikan beberapa analisis kasus mengenai personal boundaries. Siswa diminta untuk maju secara sukarela dan mempraktekkan perilaku apa yang akan mereka lakukan jika mereka dihadapkan pada situasi analisis kasus tersebut. Siswa yang berani maju ke depan melakukan roleplay, diberikan reward (hadiah) berupa makanan ringan.

Untuk mengetahui sejauh mana gambaran besar personal boundaries yang dimiliki siswa, tim PMM melakukan asesmen pada saat sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) dilakukannya psikoedukasi dan roleplay. Pre-test menggunakan Personal Boundaries Quiz oleh Stephanie Konter yang diambil dari Wellminded Counseling - Colorado & Florida Online Therapy. 

Berdasarkan pengukuran tersebut, dapat diketahui boundaries (batasan) seperti apakah yang dimiliki oleh siswa: weak boundaries, healthy boundaries, atau rigid boundaries. Sama halnya dengan post-test yang menunjukkan bagaimana siswa-siswi menyikapi peristiwa yang berkaitan dengan personal boundaries.

Sehingga dalam proses pelaksanaan PMM ini, diharapkan pelajar dapat menetapkan personal boundaries (batas diri) yang sehat, memunculkan keberanian dalam memberikan batasan privasi, jarak, dan ruang antara diri sendiri dan orang lain. Mampu mengutamakan kebutuhan diri sendiri yang dapat meningkatkan self-love (mencintai diri sendiri), menghindari emosi negatif, menjadikan diri sebagai pribadi yang lebih tegas dan bertanggungjawab sehingga mengantarkan pada kehidupan yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun