Menjadi bagian dari jurusan terbaru di Atma Jaya ini memang tak lepas dari kontroversi, entah itu berbentuk petuah dari orang tua, sindiran dari anak jurusan sebrang (contoh: "mau jadi operator telepon ya?") atau sekedar berbentuk penilaian dalam hati masyarakat. Anggapan seperti "semua orang bisa menulis" atau "semua orang bisa berbicara" mungkin sering tertangkap telinga kami. Well, anggapan itu sih belum seberapa. Masih banyak komentar dan pemikiran yang absurd terhadap jurusan dan mahasiswa komunikasi hmmm jujur saja, apa kalian salah satu dari mereka, yang pernah memandang kami.......
1. Buangan & bodoh?
Hanya karena kami tidak mengambil jurusan hukum ataupun ekonomi, bukan berarti kami ditolak dari jurusan-jurusan yang lebih dulu berdiri di Atma Jaya. Mayoritas mahasiswa yang memilih jurusan komunikasi sebagai pilihan utama beralasan bahwa jurusan komunikasi di Atma Jaya tidak hanya melatih fungsi otak kanan (seperti jurusan pada umumnya) tapi juga mengembangkan fungsi otak kiri (dengan proses belajar yang kreatif)
Tugas anak komunikasi memang kelihatannya sepele, padahal harus melewati proses yang panjang, seperti contohnya makalah riset pemasaran, diperlukan perjuangan lebih untuk mendapatkan data yang valid. Untungnya lingkungan disini cenderung ambisius dan disiplin sehingga siapapun akan dengan mudah tertular semangat. Bagi mahasiswa komunikasi Atma Jaya, mengerjakan tugas bukan lagi beban melainkan tantangan. (Apalagi kalau diremehin teman sendiri yea curhat)
3. Suka bohong?
Dalam perminatan komunikasi korporasi, mahasiswa akan dituntut untuk dapat mengangkat atau memperbaiki citra perusahaan lewat tindakan maupun ucapan. Yang perlu digarisbawahi, mahasiswa komunikasi Atma Jaya diajarkan untuk memframing fakta, bukan memutarbalikan fakta. Pelajaran ini jelas berguna untuk kehidupan sehari-hari, terlebih jika kalian dihadapkan berbagai tuduhan atau cap buruk. (HEHE IYA INI CONTOHNYA, SAYA LAGI MEMFRAMING JURUSAN KOMUNIKASI)
4. Fashionable?
[caption caption="gaya berbusana yang sopan & sederhana, sesuai budaya di Atma Jaya"]
Tidak ada yang salah dengan rambut ombre, celana cullote, atau atribut lainnya yang menunjukkan kekinian. Setiap orang bebas berekspresi, jadi tidak masalah jika up to date atau tidak terhadap dunia fashion. Karena bagi mahasiswa komunikasi Atma Jaya, yang terpenting adalah peka dan memahami isu atau konflik yang sedang happening di sekitar. (Percuma kan dibilang keren karena pake celana jogger tapi gak tau penyebab melonjaknya harga daging sapi?)
5. Jago menulis?
Kemampuan menyusun kata memang penting untuk diperhatikan anak komunikasi, mulai dari merangkai kata di blog, makalah, bahkan di kertas ujian (fyi, rule ujian komunikasi : lebih baik bertele-tele mengembangkan semua hal yang relevan daripada to the point). Meski dipaksa untuk selalu menulis, anak komunikasi Atma Jaya tidak lantas membenci malahan mencintai dunia tulis menulis. Hal itu terbukti dengan berdirinya majalah prodi Komunikasi, yakni Alinea Magazine, yang selalu menampilkan karya tulis mahasiswa-mahasiswi komunikasi Atma Jaya dengan topik yang menarik.
[caption caption="Suasana rapat tim redaksi Alinea"]
6. Totalitas dalam event?
[caption caption="Workshop terkait image profesional"]
Apalah arti ide briliant jika tidak diimbangi jerih payah? Mahasiswa komunikasi Atma Jaya tidak hanya diajarkan untuk berpikir out of the box untuk menarik pangsa pasar, tapi juga diajarkan untuk berusaha keras jika ingin mendapatkan sesuatu. Terbatasnya dana IKM yang diberikan, membuat anak komunikasi menjadi gigih dalam mencari dana dan sponsor untuk membuat suatu acara. Hasilnya? Berbagai event atau workshop yang diselenggarakan anak komunikasi seringkali bekerjasama dengan brand ternama. Kemandirian dan tanggung jawab yang ditanamkan Atma Jaya tentulah bekal untuk masa depan.
7 Punya dosen yang keren?
[caption caption="Kak Andina, salah seorang dosen manis penyuka sastra"]
Tak ada alasan utnuk melewatkan kelas yang disediakan komunikasi Atma Jaya. Puluhan menit mendengarkan dosen berbicara pun terasa menyenangkan. Sebut saja Andina Dwifatma yang luas wawasannya terkait informasi di luar maupun dalam negeri. Atau Agus Mulyono yang mengajarkan untuk selalu melihat suatu hal dari berbagai sudut. Belum lagi, Aloisius Nugroho dan Matius Ali yang sangat idealis dan tidak mainstream. Menghabiskan waktu bersama dosen komunikasi Atma Jaya membuat waktumu menjadi berkualitas.
8. Cerewet?Â
Status "anak komunikasi" kerap membuat orang berpikir bahwa kami orang yang gemar berkoar-korar tidak tahu waktu dan tempat. Padahal, yang kami pelajari adalah mengemas suatu pesan dengan baik agar diterima dan direspon sesuai keinginan. Jadi, bukan mencari perhatian dengan nyerocos mulu tanpa inti melainkan diingat karena sekalinya berbicara memiliki makna yang sangat dalam.
9. Cuma belajar komunikasi?
Banyak mahasiswa baru yang tidak tahu ilmu apa saja yang akan dipelajari selama 4 tahun kedepan. Begitupun dengan mereka yang tidak berkecimplung di jurusan komunikasi. Akankah kita berkomunikasi dengan alam? Dengan makhluk halus? Tentu saja tidak, di awal semester, anak komunikasi akan bertemu dengan mata kuliah seperti filsafat, ekonomi, politik bahkan statistik. Lalu di pertengahan barulah mereka fokus pada minat mereka. Jika anda memilih marketing communication, anda akan bertemu dengan mata kuliah teorik komunikasi pemasaran, strategi riset pemasaran, dsb. Bagi peminat corporate communication tersedia mata kuliah produksi media kehumasan, metode & riset humas, dll. Di luar ekspetasi ya? Ternyata jurusan komunikasi tidak hanya mempelajari etika komunikasi, tetapi beberapa hal yang sekiranya menjadi bekal untuk menghadapi karakteristik publik ketika berada di perusahaan nanti. Percayalah, ilmu yang baik adalah ilmu yang tidak mengkotak-kotakkan tetapi menghubungkan satu sama lain.
10. Menarik hati?
Sudah menjadi rahasia umum bila fisik atau penampilan seseorang memiliki peran penting dalam menarik hati. Tapi sadarkah anda bila kharisma memiliki pengaruh yang lebih kuat ketimbang fisik atau penampilan? Di jurusan komunikasi Atma Jaya, anda akan belajar untuk lebih percaya diri, lebih berwawasan, lebih kritis, dan lebih jitu dalam menarik hati publik yang beragam kharakteristiknya. Untuk dapat menaikkan omzet penjualan maupun citra perusahaan, individu dengan kompetensi komunikasi jelas sangat dibutuhkan di perusahaan.
Jadi, sudahkah anda memiliki kharisma layaknya anak komunikasi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H