Mohon tunggu...
Natasha Nicolas
Natasha Nicolas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lulusan Public Relations yang amatir dalam menulis

Hanya seorang lulusan ilmu komunikasi yang gemar namun amatir dalam menulis artikel. Artikel yang ditulis hanya merupakan sebuah isi pemikiran dan perspektif saya yang sepertinya menarik jika dibagikan ke orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Offline Learning di Tengah Pandemi, Mampukah Kita Beradaptasi?

14 Maret 2021   14:29 Diperbarui: 14 Maret 2021   16:25 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa, sudah berapa purnama yang kita lewati dengan menjalani hidup yang benar benar baru. Saya masih ingat, saat itu saya masih seorang mahasiswa semester 2 ketika Covid-19 pertama kali menampakkan batang hidungnya di muka dunia. Seluruh mahasiswa asing yang juga banyak melanjutkan studi mereka di kampus saya pun diminta untuk isolasi mandiri di asrama dan tidak boleh keluar sampai 2 minggu dikarenakan mereka baru saja kembali dari kampung halaman mereka yang diduga merupakan tempat pertama kali Covid-19 berawal. Ketika situasi sudah tidak terkendali, akhirnya pemerintah pun mewajibkan online learning dan jutaan mahasiswa dipulangkan kerumah masing masing, termasuk saya. Online learning pun berlanjut hingga satu tahun, hingga tiba tiba beberapa hari lalu, pemerintah mengeluarkan pengumuman bahwa pembelajaran tatap muka sudah bisa dimulai sejak Juli 2021. Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan, langkah ini bisa terlaksana apabila vaksinasi Covid-19 bagi tenaga pendidik dapat diselesaikan pada Juni 2021.

"Kami ingin memastikan kalau kita bisa vaksinasi sampai akhir bulan Juni, tahun ajaran berikutnya di bulan Juli, insya Allah kita sudah melakukan proses tatap muka di sekolah," kata Nadiem seperti dilansir oleh kompas.com di hari Selasa (9/3/2021). 

Sementara itu, untuk kebijakan Dirjen Dikti mengenai pembelajaran tatap muka bagi perguruan tinggi, terhitung sejak Januari 2021, masing masing kampus sudah boleh memulai pembelajaran offline apabila memang sudah siap.

Sebagai seorang mahasiswa semester 5, saya sendiri pun sebenarnya masih bimbang apakah keputusan ini memang paling tepat di kondisi sekarang ini. Tidak bisa saya pungkiri, bahwa saya sangat membutuhkan perkuliahan offline. 

Saya membutuhkan pembelajaran praktek dan project offline karena saya adalah seorang mahasiswa jurusan Public Relations. Apalagi di kampus saya, hampir 70% pembelajaran berbasis project dan praktek. Tetapi melihat perkembangan berita Covid-19 sekarang, bagaimana virus Covid-19 bermutasi dan mempunyai varian yang baru dan lebih berbahaya, sejujurnya saya sangat khawatir.

 Apalagi mungkin kita sama sama tau, menjadi seorang mahasiswa adalah masa dimana kita menjadi aktif, baik di organisasi ataupun di pergaulan. Apakah bisa kita tetap menjaga protokol kesehatan disaat sedang berkumpul dengan teman teman kita? Sulit, tampaknya. Tetapi, bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Sumber: ugm.ac.id
Sumber: ugm.ac.id
Menurut saya, jika pihak kampus ingin memberlakukan offline learning di tengah pandemi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni sebagai berikut:
  • Sterilisasi di seluruh ruangan kelas yang dipakai untuk pembelajaran tatap muka

Sterilisasi di seluruh ruangan termasuk membersihkan meja dan kursi yang dipakai oleh tenaga pengajar dan mahasiswa, membersihkan kenop pintu dan jendela, serta menyemprotkan disinfektan ke dalam ruangan. Sebisa mungkin setiap sudut dan barang yang ada pun harus dibersihkan demi kebaikan bersama.

  • Pastikan setiap mahasiswa mencuci tangan dan mengukur suhu tubuh sebelum masuk ke dalam gedung

Kebersihan tangan merupakan salah satu hal yang paling penting dan termasuk dalam salah satu 3M yang sebelumnya digalakkan oleh pemerintah. Gunakan sabun dan cuci tangan dengan baik agar terhindar dari virus yang bisa menjangkit kita. Setelah itu, setiap mahasiswa wajib mengukur suhu tubuh dengan termometer yang telah disediakan oleh kampus.

  • Setiap mahasiswa wajib menggunakan masker

Selama proses pembelajaran tatap muka berlangsung, setiap mahasiswa wajib menggunakan masker dan tidak diperbolehkan melepaskan masker mereka selama berada di kelas demi mencegah penyebaran virus Covid-19 melalui udara. Hindari juga untuk makan dan minum di dalam ruangan yang ramai dengan orang tapi tidak mempunyai sirkulasi udara yang bagus.

  • Pembatasan jumlah mahasiswa di satu ruangan  

Seperti yang kita ketahui dari gerakan 5M yang baru digalakkan pemerintah, salah satunya adalah menghindari kerumunan. Pastikan jumlah mahasiswa yang terdapat di satu ruangan tidak lebih dari 50% kapasitas ruangan dengan posisi tempat duduk yang mempunyai jarak satu sama lain. Setelah itu, bukalah jendela kelas dan nyalakan kipas angin agar sirkulasi udara berputar dengan baik. 

  • Melakukan swab test sebelum memulai pembelajaran tatap muka

Demi menghindari terbentuknya cluster baru, menurut saya ini sangat penting. Pastikan seluruh mahasiswa yang masuk dan mengikuti pembelajaran tatap muka selama 1 semester kedepan benar benar negative dari Covid-19 dengan melakukan swab test. Surat swab test bisa di scan dan dikirimkan ke pihak akademik kampus sehingga bisa meminimalisir kesalahan data.

Memang, seluruh hal ini benar benar baru, dan kita dipaksa untuk melakukan hal hal yang mungkin sebelumnya terkesan asing bagi kita, seperti menggunakan masker dan hand sanitizer setiap kali kita bepergian, mencuci tangan setelah kita menyentuh sesuatu, ataupun menyemprotkan disinfektan ke tubuh dan barang barang yang kita gunakan. 

Hal hal tersebut sangatlah asing bagi kita yang sebelumnya hidup dengan "normal". Tetapi, jika kita melihat hal hal tersebut sekarang, apakah kita masih merasa asing dengan hal hal tersebut? 

Apakah kita masih merasa bahwa hal hal tersebut tidaklah "normal"? Benar, kita semua sudah terbiasa dengan hal tersebut, bukan? Kita bahkan sudah menganggapnya sebagai kebiasaan di hidup kita yang baru, di era "new normal". Disitulah kita sadar bahwa kita sudah beradaptasi dengan pandemi ini. 

Sumber: Brainyquote.com
Sumber: Brainyquote.com
Adaptasi, mungkin merupakan hal yang mudah untuk dilakukan bagi sebagian orang, namun tidak dengan sebagian lainnya. Saya sendiri merupakan orang yang mudah untuk beradaptasi, dalam berbagai keadaan dan tekanan, saya adalah orang yang sangat fleksibel. 

Sebenarnya, ada banyak cara untuk beradaptasi dengan lingkungan dan situasi yang benar benar baru, tetapi satu hal yang sering saya lakukan untuk beradaptasi adalah hanya dengan membiasakan diri dengan semua ini, seperti sebuah ungkapan yang sudah sering kita dengar, "Alah bisa karena biasa". Biasakan dirimu, hingga kamu merasa bahwa semua ini bukanlah kewajiban tapi kebiasaan yang harus dilakukan setiap hari.

Jadi, apakah bisa kita beradaptasi untuk offline class di tengah pandemi? Saya yakin bisa, jika ada kemauan dan tekad yang kuat untuk tidak melanggar protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah. 

Dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, mencuci tangan, memakai masker, menghindari kerumunan, menjaga jarak, dan membatasi interaksi, niscaya, hal tersebut bisa menjadi kebiasaan kita di era new normal ini, dan bisa membuat kita tetap melakukan seluruh aktivitas kita seperti sediakala. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun