Mohon tunggu...
Healthy

Baik atau Jahatkah Kemoterapi?

24 September 2017   21:40 Diperbarui: 24 September 2017   21:56 2594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kedua, kemoterapi mempunyai banyak efek samping. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, kemoterapi memiliki banyak efek samping seperti rambut rontok, gangguan saraf, mukositis, mual dan juga muntah. Mungkin untuk rambut rontok, beberapa orang tidak begitu memikirkannya karena mereka berpikiran rambut bisa tumbuh lagi. Namun, apa mereka juga memikirkan berapa lama rambut akan tumbuh? Setahu saya, orang yang menjalani kemoterapi akan kehilangan sebagian besar rambut di kepalanya (gundul). Ada beberapa orang yang menganggap hal itu adalah hal yang biasa atau bisa dibilang cuek sama hal itu. Namun, ada juga beberapa penderita kanker yang merasa malu atau kurang percaya diri apabila rambutnya rontok atau gundul. Penderita kanker yang biasanya merasa kurang percaya diri dengan kepala yang gundul/botak mayoritas perempuan. Walaupun efek samping memang tidak terjadi selamanya namun hal tersebut tetap saja mengganggu.

Ketiga, kemoterapi bukan penyembuhan yang sekali dilakukan langsung sembuh. Kemoterapi membutuhkan jangka waktu yang tidak pendek untuk benar-benar membunuh sel kanker. Itupun kalau berhasil. Bagaimana kalau tidak berhasil? Pastinya pasien akan melakukan kemoterapi lebih banyak/sering dan secara rutin. Dengan begitu, dapat dipastikan bahwa penderita kanker yang melakukan kemoterapi harus sabar dan juga telaten untuk mengikuti kemoterapi. Baik sabar dengan prosesnya dan juga sabar dengan segala efek sampingnya. Jika penderita kanker tidak sabar dan malah kondisinya drop (apalagi jika kemo-nya gagal), itu dapat mempengaruhi proses penyembuhan dan juga kesehatannya.

Keempat, obat dari kemoterapi memang tidak menimbulkan dampak pada sel yang sedang dalam masa istirahat atau tidak melakukan pembelahan namun obat kemoterapi  dapat berpengaruh pada sel-sel rambut dan juga sel-sel yang sedang aktif membelah. Hal itu dapat terjadi apabila siklus mitosis sel yang aktif membelah berada dalam target obat kemoterapi yang digunakan.  Jadi disini, obat dari kemoterapi tidak hanya membunuh sel-sel kanker, namun juga membunuh sel yang masih aktif membelah. Obat kemoterapi juga dapat membunuh jaringan-jaringan yang masih baru, yang dihasilkan dari gabungan sel-sel yang mengalami pembelahan. Kesimpulannya, obat kemoterapi tidak hanya membunuh yang jahat namun yang baik juga dibunuh. :(

Kelima, tentunya obat kemoterapi mayoritas terbuat dari zat-zat kimia. Zat kimia sendiri sebenarnya ada yang berbahaya dan juga ada yang tidak berbahaya bagi tubuh. Namun, jika dipikir lagi, zat kimia yang masuk dalam tubuh kita tidak mungkin akan langsung berefek sekarang. Zat kimia yang masuk ke dalam tubuh akan berakibat tidak baik jika terus dikonsumsi dalam jangka panjang. Seperti orang jika sudah mengkonsumsi obat dalam  jangka panjang akan berakibat pada ginjalnya terutama obat yang berbahan dasarkan zat kimia.

Keenam, baik pasien yang menjalani kemoterapi dan juga orang yang tinggal bersamanya harus berhati-hati selama 48 jam karena obat kemoterapi tidak hanya mempunyai efek menimbulkan kanker bai penderitanya namun juga bagi orang yang ada di sekitarnya yang melakukan kontak secara langsung dengan muntah, urin, dan juga feses dari orang yang menjalani kemoterapi. 

Hal itu dikarenakan urin, tinja atau apapun yang dikeluarkan dari pasien (termasuk darah) yang menjalani kemoterapi baru bersih dalam 2 hari jadi kita, orang yang berada disekitarnya, tidak diperkenankan untuk melakukan kontak langsung dengan urin atau tinja selama 48 jam. Jadi bisa dibilang kemoterapi juga tidak hanya berbahaya bagi penderita kanker namun juga berbahaya bagi orang yang melakukan kotak langsung. 

Walaupun begitu, antara penderita kanker dan orang di sekitarnya (keluarga) masih diperbolehkan untuk menggunakan toilet dan kamar mandi yang sama asalkan pasien benar-benar menyiram bekas urin dan feses sampai bersih. Perawat yang bekerja di ruang obat kemoterapi juga memiliki resiko terkena kanker apalagi jika perawat tersebut tidak menggunakan sarung tangan, masker atau pelindung. Kanker tidak akan menyerang langsung saat itu juga namun kanker akan menyerang sekitar 15-20 tahun kemudian.

Ketujuh, obat kemoterapi dapat membuat si pasien mengalami kanker kedua dan yang paling sering terjadi adalah kanker darah atau leukimia. Hal ini disebabkan karena leukimia mengalami pertumbuhan yang sangat cepat jika dibandingkan dengan kanker-kanker lainnya. Misal saja ada seorang wanita terkena kanker payudara lalu ia melakukan kemoterapi , sejak saat itu ia mempunyai resiko untuk terkena kanker darah karena seperti yang sudah dijelaskan kanker darah adalah kanker yang bertumbuh secara cepat. Hal ini tidak akan selalu terjadi dan tidak selalu kanker darah, jenis kanker yang lain juga dapat menyerang.

Kesimpulannya saya setuju bahwa kemoterapi lebih membawa dampak negatif daripada dampak positif namun kita juga harus ingat bahwa kemoterapi tetaplah obat bagi penderita kanker untuk menyembuhkan mereka. Dan perlu diingat juga bahwa kemoterapi tidak hanya menyerang pasien penderita kanker namun juga orang yang melakukan kontak langsung dengan pasien. Jadi kemoterapi itu bisa menjadi baik dan juga bisa menjadi jahat.

Terima kasih sudah menyempatkan diri untuk membaca. Semoga artikel ini bermanfaat.

 Daftar Pustaka:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun