Homeless media identik dengan mudahnya ketersebaran yang lebih tinggi kepada audiens yang ada dimanapun karena menggunakan media sosial yang sudah menjadi sahabat bagi semua orang. Berbeda dengan media cetak maupun media online lainnya yang perlu berlangganan atau mengaksesnya melalui website atau dapat dikatakan memerlukan effort yang lebih untuk bisa mendapatkan informasi. Homeless media hanya membutuhkan tenaga untuk membuka media sosial saja.
Sesungguhnya, homeless media memberikan keuntungan bagi pemiliknya karena lebih mudah dalam memonetasi dan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk membentuk audiens. Hanya dengan membuat akun pada media sosial dan memberikan suguhan konten yang unik sudah menarik audiens untuk mengikuti.Â
Apalagi homeless media kerap menampilkan potongan gambar dan berita dari media besar lainnya. Jarang dilakukan oleh homeless media untuk membuat berita atau mengambil gambar dan video sendiri. Sehingga tidak memerlukan effort yang besar untuk memberikan informasi kepada audiens.
Kemudahan yang diberikan oleh homeless media membuatnya semakin terlihat berbeda dengan media digital dan konvensional pada umumnya. Bukan lagi melalui iklan yang banyak yang menjadi tolak ukur keberhasilannya, namun dengan banyaknya jumlah view, like, share, komentar dan follow pada akun terkait.
Homeless media juga berkaitan erat dengan jurnalisme data. Jurnalisme data merupakan proses jurnalistik yang mengumpulkan, menganalisis dan menyaring data dan fakta untuk membuat berita. Jurnalisme data membantu proses new gathering, termasuk dalam melakukan penyebaran data, konteks dan pertanyaan kepada publik.
Proses yang biasanya dilakukan dalam jurnalisme data meliputi pengumpulan data, analisis data dan yang terakhir distribusi dengan cara yang informatif serta menarik melalui sosial media. Jurnalisme data akan menarik audiens untuk membaca dan mendapatkan informasi secara utuh, namun tidak membosankan dan tidak terkesan monoton.
Ketika Folkative Tidak Punya Rumah
Kekuatan Folkative terdapat pada kontennya yang simpel, menarik, fokus pada foto, video serta teks yang tidak membuat audiens bosan dan langsung pada inti beritanya. Apalagi Folkative langsung merujuk kepada jenis konsumen yang spesifik yaitu generasi milenial dan Gen Z.
Gen Z memiliki pola kritis terhadap isu sosial, politik dan lingkungan, juga sangat menyukai informasi yang padat, lengkap dan menarik dalam pengemasannya. Oleh karena itu, Folkative menyasar target kepada Gen Z yang merupakan penduduk terbanyak di media sosial.
Selain itu, keberhasilan Folkative sebagai homeless media ditandai dengan tingginya kunjungan konsumen ke akun Instagramnya. Walaupun belum bercentang biru atau terverifikasi oleh Instagram, sampai saat ini Folkative memiliki 3.4  juta pengikut.