Mohon tunggu...
Natania Eliza Auriel
Natania Eliza Auriel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Carbon Trading: Upaya Mitigasi Perubahan Iklim dan Penunjang Pertumbuhan Green Economy di Indonesia

20 April 2022   18:00 Diperbarui: 21 April 2022   17:21 1016
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: katadata.co.id

Perubahan iklim menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh masyarakat dunia hingga saat ini. Permasalahan terkait perubahan iklim harus terus segera dituntaskan demi keberlangsungan kehidupan manusia di masa depan. Hal tersebut juga menilik fakta bahwa terdapat banyak dampak dari perubahan iklim yang tentunya merusak tatanan hidup manusia, seperti lingkungan, ekonomi, sosial dan masih banyak lagi. 

Permasalahan utama dari terjadinya perubahan iklim dunia, yaitu meningkatnya gas emisi pada permukaan langit sehingga menyebabkan sinar matahari yang memantulkan cahayanya ke bumi tidak dapat dikembalikan secara maksimal karena adanya tutupan gas emisi tersebut. Kejadian ini disebut sebagai gas rumah kaca (GRK). Jika hal tersebut tidak segera dituntaskan secara maksimal maka bumi akan mengalami panas akibat suhu yang meningkat sehingga menimbulkan ketidakstabilan iklim di muka bumi. Menurut World Economic Forum Global Risks Perception Survey (GRPS) 2021-2022, menyatakan bahwa kegagalan dalam mengatasi perubahan iklim menjadi top 10 bagi ancaman kritis dunia. 

Apa itu perubahan iklim?

Menurut National Aeronautics and Space Administration (NASA) perubahan iklim merupakan perubahan cuaca yang biasa terjadi di suatu tempat. Lalu, menurut United Nations (UN), perubahan iklim adalah perubahan yang mengacu pada perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca. Dari kedua pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa perubahan iklim merupakan perubahan cuaca dalam jangka waktu panjang yang terjadi baik secara regional, nasional, dan global dan berpengaruh terhadap suhu serta pola cuaca dalam suatu tempat. 

Dampak dari terjadinya perubahan iklim antara lain, meningkatnya suhu permukaan bumi, kenaikan permukaan air laut, dan menyusutnya ketebalan gletser hingga  mengakibatkan banyaknya salju dan es yang mencair. Dalam sejarahnya, penyebab utama dari perubahan iklim dunia dimulai sejak revolusi industri pada abad ke-19 dimana saat itu terjadi peningkatan gas rumah kaca yang pada awalnya masih memiliki efek kecil terhadap suhu bumi, tetapi secara jangka panjang telah menghasilkan suatu perubahan besar terhadap temperatur permukaan bumi yang semakin panas. Hal ini ditambah lagi dengan makin maraknya pabrik industri, gedung-gedung besar yang menghasilkan emisi hasil pembakaran sehingga terjadi peningkatan CO2 di muka bumi. 

Bagaimana Keterkaitan Perubahan Iklim dengan Ekonomi? 

Peningkatan kebutuhan masyarakat menjadi suatu urgensi penting mengapa perlunya ada pembangunan di setiap daerah baik di perkotaan maupun di pedesaan untuk menunjang kehidupan ekonomi, sosial setiap individu masyarakat. Namun, pembangunan yang terjadi di Indonesia, seringkali malah menghasilkan hal baru, seperti kerusakan lingkungan yang ternyata juga berdampak terhadap perubahan iklim. Perubahan iklim di Indonesia pada nyatanya berdampak terhadap stabilitas keuangan bangsa. Hal ini berhubungan dengan bagaimana terjadinya perubahan iklim yang memiliki implikasi dengan lingkungan dan menimbulkan berbagai kerusakan, seperti banjir, kebakaran, kekeringan, angin topan, dan meningkatnya permukaan air laut laut. 

Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti, dalam salah satu acara G20, yaitu Casual Talks: Building A Resilient Sustainable Finance, mengatakan bahwa pembiayaan atau penanganan kerusakan akibat perubahan iklim memiliki perkiraan biaya yang lebih tinggi dimana dalam 20 tahun terakhir sudah mencapai  US$1,52 triliun  dibandingkan dengan krisis global pada tahun 2008. Dilansir dari laman, world economic forum, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Swiss Re Institute jika tidak ada tindakan untuk mencegah peningkatan suhu bumi maka kerugian PDB global akan mencapai 18 persen. 

Namun, apabila tujuan dari Perjanjian Paris tercapai dan dilaksanakan oleh setiap negara maka kerugian PDB global dapat hanya mencapai 4 persen. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian tersebut juga  menyatakan bahwa negara di Asia terutama Malaysia, Thailand, India, Filipina dan termasuk Indonesia akan mendapat dampak negatif yang lebih signifikan karena negara-negara tersebut masih memiliki sumber daya yang kurang untuk mengatasi efek pemanasan global. 

Dari permasalahan diatas, maka diperlukan suatu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Menurut buku Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi, karya Prof Emil Salim, maka penting untuk kita mengkaji lagi mengenai penggunaan teknologi dalam pembangunan agar tidak merusak lingkungan serta memadukan dan menyeimbangkan kedua hal tersebut untuk mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan atau sustainable.

Apa itu Carbon Trading? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun