Mohon tunggu...
Natan Cahyo Adi
Natan Cahyo Adi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Seminaris Seminari Mertoyudan Magelang

Seminaris yang diberikan pena untuk menulis banyak tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Seminari Mertoyudan Untuk Gereja Indonesia dan Kesatuan Umat Allah Mendatang

8 Oktober 2024   10:39 Diperbarui: 8 Oktober 2024   11:27 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku akan mengangkat bagimu gembala-gembala yang sesuai dengan hati-Ku; mereka akan menggembalakan kamu dengan pengetahuan dan pengertian.  (Yeremia 3:15)

Gereja Katolik Indonesia hingga saat ini sudah memasuki lebih dari satu milenium. Gereja Katolik diperkirakan sudah masuk ke Nusantara pada abad ke tujuh Masehi. Periode selanjutnya mengakar secara masif mengikuti perkembangan zaman. Pada mulanya Gereja Katolik Indonesia masih dibawah pengaruh Portugis dan Belanda. Hingga pada akhirnya titik balik penyerahan Gereja Katolik ke Indonesia, lebih tepatnya pribumi Jawa, baru dimulai pada tahun 1912, ketika Mgr. Wllekens menyetujui pembentukan seminari menengah sebagai rumah formasi calon imam untuk pribumi Indonesia, yaitu dengan adanya Seminari Petrus Canisius, yang kala itu masih berada di Yogyakarta. Momen inilah yang menjadi awal tonggak dari penyerahan Gereja Katolik Indonesia ke tangan pribumi dengan menginisiasi pendidikan calon imam Indonesia.

Sumber: Suster Abdi Kristus
Sumber: Suster Abdi Kristus

Inilah peristiwa canon ball dari awal Gereja Katolik Indonesia yang mengalami perubahan dari kolonialsentris menjadi Indonesiasentris teurtama dalam sisi spiritualitas dan kekatolikan di Indonesia. Imam-imam asli Indonesia mulai dibentuk dan dididik di seminari ini, seminari Petrus Canisius. Singkat sejarah, lokasinya yang awalnya berada di Yogyakarta akhirnya berpindah di tanah yang lebih lapang di daerah Mertoyudan, Magelang. Dari awal berdirinya, Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan sudah melahirkan banyak gembala-gembala Gereja untuk umat Allah Indonesia dengan segala perkembangannya, yang juga berpengaruh baik di gereja Indonesia dan masyarakat Indonesia. 

Ada banyak Uskup mula-mula Gereja Indonesia yang sudah dilahirkan di tempat ini, seperti Mgr Albertus Soegijapranata yang kala itu menjadi uskup Keuskupan Agung Semarang pertama dan sekarang ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional Indonesia, Julius Kardinal Darmojuwono yang menjadi kardinal pertama di Indonesia, Julius Kardinal Darmaatmaja kardinal emeritus, Mgr. Alexander Soetandio Djajasiswaja, yang dulu menjadi Uskup Keuskupan Bandung, Mgr Johannes Pujasumarta yang pernah menduduki takhta uskup Bandung dan Keuskupan Agung Semarang, Mgr Blasisus Pujaraharja yang dulu menduduki takhta uskup Keuskupan Purwokerto, dan masih banyak lagi uskup yang dulu menduduki takhta uskup dan kini meninggalkan kesan yang amat banyak untuk umat Katolik di Indonesia.  

Kini, banyak pula kardinal dan uskup yang masih berkarya meneruskan karya-karya uskup perintis untuk Gereja Indonesia pada masa kini. Diantaranya ada Ignatius Kardinal Suharyo yang sekarang berkarya sebagai kardinal dan uskup di Keuskupan Agung Jakarta, Mgr Antonius Bunjamin, OSC ketua KWI dan Uskup Keuskupan Bandung, Mgr Robertus Rubiatmoko yang sekarang menjadi Uskup Keuskupan Agung Semarang, Mgr Yustinus Hardjosusanto, uskup Keuskupan Tanjung Selor, Mgr Aloysius Sutrisnaatmaka MSF, uskup Keuskupan Palangkaraya, Mgr Vitus Rubianto Solichin, S.X. uskup keuskupan Padang, Mgr Christophoris Tri Harsono, yang sekarang menjadi Uskup Keuskupan Purwokerto, Mgr Pius Riana Prapdi, Uskup keuskupan Ketapang, dan uskup-uskup lain yang pernah menjalani formasi di Seminari Mertoyudan, yang sekarang dipercaya oleh Bapa Suci mengemban tugas penggembalaan di keuskupan mereka masing-masing.

Sumber: Hidupkatolik.com
Sumber: Hidupkatolik.com

Tak hanya uskup saja yang sudah dilahirkan dari Seminari Menengah Mertoyudan. Para Imam yang dari sini pula banyak yang dikenang khalayak karena jasa-jasa mereka dan juga tokoh berpengaruh di Indonesia seperti Rama Y.B. Mangunwijaya, Rama Kolonel (Sus) Yoseph Maria Marcelinus Bintoro, yang sekarang menjadi perwira menengah TNI Angkatan Udara dan wakil Ordinariat Militer Indonesia, dan lainnya.

Seminari Menengah Mertoyudan juga tidak menutup kemungkinan bahwa orang-orang yang pernah berformasi di sini juga memilih jalan hidup menjadi rasul awam yang melalang buana seperti penyair ulung Indonesia, mendiang Joko Pinurbo yang menemukan sajak-sajaknya dari sini pula, Jakob Oetomo, guru, wartawan, dan pengusaha yang juga mendirikan surat kabar Kompas, Pollycarpus Swantoro, sejarawan yang juga pendiri Kompas Gramedia, dan sekarang salah satunya adalah A.J. Susmana aktivis partai politik yang masih berkecimpung di dunianya. 

Inilah hasil dari formasi calon imam di Seminari Mertoyudan yang sudah membuahkan banyak buah yang sungguh manis, menjadi daya tarik, dan sungguh berpengaruh bagi kehidupan Gereja Katolik Indonesia dan bangsa Indonesia ini sendiri.

Inilah yang dilakukan oleh Seminari Menengah Santo Petrus Canisus Mertoyudan yang tanpa lelah dan dengan daya usahanya berusaha untuk mendidik para manusia untuk sungguh benar-benar menjadi manusia. Ini juga termaktub kan dalam Misi seminari pada butir kedua yang menyatakan, "Melaksanakan kegiatan Pendidikan dan pembelajaran secara optimal sehingga seminaris dapat mempertanggungjawabkan imannya dan memiliki bekal yang diperlukan untuk melanjutkan ke formation ke jenjang berikutnya." Hal ini menunjukkan bahwa seminari sungguh menjalankan kegiatan pendidikan atau formatio demi terbentuknya manusia-manusia yang sungguh manusia di kehidupan mendatang, untuk Tuhan, sesama, dan pertanggungjawaban kepada dirinya sendiri.

sumber: Katolikana.com 
sumber: Katolikana.com 

Selain dari pada itu, pada zaman ini kita perlu melihat realitas yang terjadi di reksa pastoral Gereja Katolik Indonesia. Perlu disyukuri bahwa perkembangan umat Allah di Gereja Katolik Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Namun daripada itu, kita tak hanya bersyukur akan bertambahnya jumlah umatnya saja, namun juga perlu adanya penambahan gembala-gembala Gereja yaitu imam-imam masa depan yang akan menggembalakan umat Allah di reksa Gereja Katolik Indonesia mendatang. "Kalau sepuluh tahun mendatang kita masih ingin ada Misa, dua puluh tahun mendatang, lima puluh tahun mendatang bahkan saat generasi kita sudah turun temurun, maka satu yang tetap dibutuhkan, yaitu Imam," kata salah satu Imam pengajar di Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, Yogyakarta. Inilah yang menjadi gugahan untuk menjawab tantangan ini.

Tentu di zaman modern ini, dorongan untuk menjadi imam kian sukar dikarenakan tawaran-tawaran zaman yang semakin radikal. Oleh karena itu, wahai umat Allah di Gereja Katolik Indonesia, kita juga melihat lebih dalam kenyataan yang ada di atas untuk menanggapi panggilan Tuhan, terutama bagi para pemuda-pemudi yang ingin membaktikan dirinya sungguh kepada Tuhan dan umat Allah menjadi imam, biarawan, dan biarawati. 

Seminari Mertoyudan menjadi salah satu tempat penyemaian benih panggilan itu. Seminari Mertoyudan siap menuntun, menumbuhkan, dan mendidik generasi muda saat ini menjadi manusia yang sungguh manusia, terutama untuk menjadi Gembala Gereja masa depan. Perlu diketahui pula, bahwa seminari Mertoyudan adalah jenjang Pendidikan untuk mendidik para remaja mulai dari jenjang Sekolah Menengah Atas, untuk sebelumnya memantapkan dan dimantapkan untuk menjalani proses Pendidikan kedepannya. Maka relevan dengan pendidikan model apa pun, terlepas ingin menjadi imam atau tidak, bahwa penyadaran formasi ini perlu dimulai sedari dini, belia, selagi kepribadian itu masih bisa terus dikembangkan dan terus diasah.

Berangkat dari permasalahan diatas, maka dari itu, untuk Anda semua yang membaca tulisan ini, terkhusus kepada kaum muda dan para orang tua yang memiliki jiwa besar kepada Tuhan, mari berikan diri Anda dan mungkin putra-putra bapak dan ibu untuk menjawab tantangan zaman itu, dimana pertumbuhan umat Allah di sini juga banyak, maka kita pun juga memerlukan gembala-gembala yang proporsional pula. 

Seminari Mertoyudan membuka pintu untuk kesiapsediaan Anda-Anda sekalian dalam menanggapi panggilan Tuhan. Mungkin kita masih bingung akan panggilan Tuhan yang macam apa dalam diri kita. Namun dari situlah, pertanyaan, keresahan, dan dorongan akan ditemukan di tempat ini. "Tidak ada krisis panggilan pada masa ini, yang ada adalah krisis jawaban dari para kaum muda saat ini," beginilah yang dikatakan salah satu Imam yang menjadi staf pendidik di Seminari Mertoyudan.

Mari, come and see, Seminari Santo Petrus Canisius Mertoyudan Magelang, rumah formasi gembala-gembala Gereja masa depan, pemimpin masa depan, juga manusia yang sungguh manusia dalam menjawab tantangan zaman di masa depan yang semakin kompleks!

Salam, human formation!

Aloysius Natan Cahyo Adi Putranto

KPA Medan Utama 110

Seminari Menengah Santo Petrus Mertoyudan Magelang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun