Mohon tunggu...
Natanael Ricky Putra
Natanael Ricky Putra Mohon Tunggu... Novelis - Natan

Sastra

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Disrupsi Perilaku Masyarakat di Masa Pandemi

29 Maret 2022   10:30 Diperbarui: 29 Maret 2022   10:35 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan ilmu kebudayaan yang ada di Indonesia, kerap kali ditemukan adanya sikap manusia yang ikut berkembang, sesuai dengan perkembangan IPTEK, budaya, dan lain sebagainya. Tentu saja perubahan sikap ini menjadi salah satu hal yang paling sering dilihat oleh pemerintah. Pemerintah tak semata membiarkan perkembangan tersebut berjalan tanpa arahan. Karena seperti yang kita tahu, perubahan yang dihasilkan dapat berupa perubahan yang baik atau setidaknya dapat mencerminkan tata krama dalam perilaku (ciri khas warga Indonesia) dan berupa perubahan perilaku yang kurang berkenan atas berkembangnya suatu ilmu.

Di masa pandemi, masyarakat sudah dipastikan memiliki perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini mengharuskan mengubah gaya hidup. 'Budaya pandemi' ini seperti penggunaan masker dan penerapan protokol kesehatan lainnya merupakan sebuah perilaku yang harus dilestarikan agar perkembangan virus tidak terlalu cepat, atau bahkan berhenti. Selain itu, di masa pandemi juga diwajibkan vaksin agar virus tentu saja bisa segera hilang dari Indonesia. Dengan adanya kewajiban-kewajiban baru, mengikuti perkembangan budaya pandemi, tentu saja dapat mengubah doktrin masyarakat yang akhirnya menimbulkan disrupsi perilaku. Apalagi, setelah ada aturan jangan saling bersalaman atau bersentuhan, yang tentunya membuat perubahan antara perilaku masyarakat sebelum adanya pandemi (salim itu wajib hukumnya di Indonesia, menyatakan sopan santun) yang kini hilang begitu saja. Dari jabaran tersebut, dapat terlihat bahwa perubahan budaya menjadi suatu hal yang pokok dan harus dilaksanakan, atau intinya sudah jadi suatu keharusan baru.

Tidak hanya berdasar pada situasi pandemi Covid-19, dinamika kebudayaan warga juga berimbas pada mereka. Imbas atau dampak inilah yang dijadikan patokan dari getaran disrupsi perilaku. Menurut Yusri Fajar (2022:40) menjabarkan jikalau seseorang terdampak virus, maka ia harus melakukan isolasi mandiri (isoman). Selama isoman, mereka tentu saja akan merasa kesepian, mengingat mereka harus menjauh dari kerumunan. Apalagi jika orang yang terdampak Covid-19 memiliki kepribadian yang supel. Mereka akan merasakan kesepian, tertekan, atau malah menjadi sulit sembuh dari penyakit itu. Namun, dengan adanya teknologi dan aplikasi-aplikasi seperti whatsapp, hal inilah yang memudahkan mereka untuk berkomunikasi meskipun terhalang jarak oleh mereka. Dengan adanya perkembangan teknologi seperti aplikasi whatsapp, muncullah situasi atau perilaku baru yang tentunya semakin baik (dalam artian membantu mereka yang sedang isolasi mandiri).

Selain perubahan perilaku yang ada di lingkup sosial dan kesehatan, sebenarnya pandemi juga menaruh perubahan pada lingkup kesenian dan budaya Indonesia. Banyak sekali seniman yang dulu sering mencari nafkah di pinggir jalan, dengan cara memamerkan karya seninya. Tentu saja hal ini terjadi jauh sebelum masa pandemi. Namun, di masa pandemi banyak sekali seniman yang kehilangan waktu untuk sekadar memamerkan karya, hingga mendapatkan tambahan uang dari karya seni tersebut. Dari sini, terjadilah disrupsi perilaku pada seniman yang dulu menjadikan seniman sebuah pekerjaan tetap, kini berubah menjadi sekadar hobi.

Contoh di atas merupakan gambaran nyata mengenai disrupsi perilaku yang terjadi. Sebenarnya, disrupsi perilaku masih banyak ditemukan di berbagai lingkup Indonesia, seperti pendidikan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Namun, sebagian besar disrupsi perilaku yang dialami masyarakat itu sama, yaitu kehilangan hal-hal berharga. Dari sisi sosial, masyarakat kehilangan kebiasaan tata krama, dari sisi pekerja seni kehilangan pendapatan, dari sisi kesehatan kehilangan kesempatan untuk melakukan berbagai hal (akibat isolasi mandiri). Intinya, disrupsi perilaku di masa pandemi ini terjadi pada setiap masyarakat Indonesia.

Sumber:

Aziz, Abdul, SR, dkk. 2022. Disrupsi Perilaku. Malang: Intrans Publishing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun