ART ini membantu mengendalikan virus sehingga penderita bisa hidup lebih lama, lebih sehat, serta dapat mengurangi risiko penularan pada orang lain.
Ketiga, herpes juga menjadi salah satu penyakit virus yang berbahaya, hingga bahkan mematikan. Herpes ini dibagi menjadi 8, mulai dari herpes labialis (di mulut/bibir), herpes genitalis (kelamin), herpes zoster, herpes kissing disease, herpes mononucleosis, herpes roseola, herpes pityriasis rose, herpes kaposi's sarcoma pada pengidap penyakit HIV/AIDS.Â
Penyakit herpes ini biasanya muncul dikarenakan hubungan intim, berciuman, luka yang tak segera diberi penanganan, hingga infeksi yang digaruk ketika gatal.Â
Keempat, penyakit virus rabies. Rabies adalah infeksi virus yang menyerang sistem saraf pusat melalui gigitan binatang. Infeksi virus rabies ini dikarenakan gigitan hewan mamalia saja. Tanpa perawatan, virus rabies ini akan mengakibatkan fatalitas.Â
Gejala rabies ini berkembang melalui 5 tahap, mulai dari proses atau masa inkubasi, prodrome, periode neurologis akut, koma, bahkan sampai pada kematian.Â
Selanjutnya, hepatitis juga termasuk ke dalam infeksi virus yang mematikan. Hepatitis sendiri dibagi menjadi enam, yaitu hepatitis A, hepatitis B, hepatitis B kronis, hepatitis C, hepatitis D, hepatitis E.Â
Pertama yaitu hepatitis A. Hepatitis A itu menyerang peradangan hati, sebagai akibat dari paparan racun, penyalahgunaan alkohol, penyakit imun. Kedua, pepatitis B menyerang penyakit menular yang serius. Ibaratnya, apabila satu pihak punya penyakit hepatitis B, maka ia bisa menularkan penyakit itu pada orang lain.Â
Selanjutnya, hepatitis B kronis berkaitan dengan hepatitis B. Bila pengidap penyakit hepatitis B selama 6-12 bulan tidak sembuh, maka dikatakan hepatitis B kronis.Â
Keempat, hepatitis C itu menular dari darah, sebagai akibat dari hubungan seksual antara pria dan pria, hubungan anal antara pria dan wanita tanpa kondom menjadi hal yang paling utama dari adanya penyakit hepatitis C ini.Â
Kelima, hepatitis D juga merupakan lanjutan dari hepatitis B yang tak kunjung berhenti atau kronis, dengan tanda-tanda urin gelap, kelemahan otot, hingga ensefalopati. Terakhir, hepatitis E itu biasanya ditemukan pada ibu-ibu hamil, yang tentunya akan menyalurkan penyakitnya pada janin.
Buku ini sangat cocok dibaca oleh mereka yang berkiprah di bidang kedokteran, MIPA, dan biologi. Bagi mereka, buku ini bisa dijadikan patokan untuk pemahaman baru sebagai tambahan ilmu. Di sisi lain, buku ini juga bisa dibaca oleh kalangan atau masyarakat awam yang menyukai hal-hal tentang penyakit. Selain sebagai wawasan, pembaca awam juga bisa berjaga-jaga agar terhindar dari berbagai penyakit virus dan infeksi.